Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 12


Cerbung by : Rini Diah Mardiyati

[FLASHBACK--NAGITA]
"Raffi kemana ya cepet banget ilang nya,, apa mungkin dia nyelonong ke kantin, gue susul deh kalo gitu, itu anak ke kantin gak ngajak-ngajak, awas aja,"ucapku sambil berjalan santai ke kantin sekolah. Sesampainya di kantin ku tengok ke kanan dan kiri tak kuketemukan orang yang sedari tadi aku cari. Aku pun kembali ke kelas, mungkin Raffi udah balik ke kelas, pas di tengah jalan aku bertemu dengan teman sekelas ku yang sedang asyik mengobrol. 
"Woy,,kaget ya hehehe sory ganggu ada yang liat Raffi gak dari tadi gue muter-muter nyariin dia gak ketemu?"tanyaku. 
"Tadi sih gue liat dia yang paling pertama keluar dari ruang ujian, habis itu gak tau deh kemana," jawabnya. 
"Tumben pisah, biasanya juga kemana-mana ngintilin loe Gi, berdua udah kayak orang pacaran." ujar temenku yang lain. 
"Enak aja kalo ngomong, pacar gue Nanda bukan Raffi, dia itu sahabat gue, kalo Nanda denger omongan loe barusan pasti loe ditimpuk pake bola basket, mau loe kena bola basket,?? "
"Yaelah,, becanda kali." ucap temanku lagi. 
"Ya udah deh,,gue balik duluan kalo gitu, kalo ketemu Raffi tolong bilangin ya, gue nyariin dia gitu, by the way thanks . Eh iya satu lagi met liburan ya semuanya,, bye,"pamit ku. Tak biasanya Raffi kayak gini, pulang tanpa menunggu ku. Dari awal aku kenal hingga kini Raffi tidak pernah meninggalkanku sendiri disaat jemputanku belum datang, Raffi selalu menunggu dengan sabar dan ikhlas walaupun kadang aku merepotkannya dengan segala permintaanku yang macam-macam. Sampai sekarang pun masih begitu, meskipun aku sudah memiliki kekasih, Raffi juga masih sering menemaniku saat Nanda belum bisa datang menemui ku setelah jam pulang sekolah. Aku berpikir sejenak, apa mungkin dia berada di tempat rahasia, untung saja aku terpikir tentang itu sebaiknya aku melihat kesana barangkali Raffi tertidur di dalam gudang. Sesampainya di depan pintu gudang aku terkejut ternyata pintunya terkunci, kenapa tiba-tiba pintu gudang di gembok, gemboknya pun dari luar, apa mungkin pihak sekolah yang menutupnya. Tapi itu menandakan bahwa tak ada Raffi di dalam sana. Sebaiknya aku memberitahu Raffi pasti dia belum mengetahui tentang ini. Yang jadi permasalahannya adalah Raffi dimana?? 
"Huh, capek juga muter-muter, kemana tuh anak. Kantin gak ada disini juga gak ada. Masa dia udah pulang jam segini, biasanya juga maen dulu, auk ahh capek," 
Ku putuskan untuk pulang saja karena supir ku sudah menunggu sejak dua jam lalu, biar nanti saat sampai di rumah aku telepon Raffi, lagi pula aku juga harus packing dan istirahat karena besok pagi aku, Nanda dan keluarganya akan melancong ke Singapore mengisi liburan sekolah. 
"Udah selesai Non ujiannya,?"tanya Pak Bambang, supir ku. 
"Udah Pak,, ayo buruan pulang yuk, fiuh panasnya" ucapku.
"Memang habis ngapain Non, ampe keringatan begitu,?? 
"Ada deh, pak Bambang mau tau aja,"
Aku kembali melihat ke arah gerbang sekolah dari kaca mobil yang mungkin sedang ada Raffi berdiri disana tapi ternyata nihil. 
"Cari siapa Non, apa lagi nunggu temennya??"
"Oh,, gak Pak,, yuk langsung jalan aja Pak,"ucapku sambil menutup pintu mobil dan berlalu pulang, tapi hatiku masih bertanya-tanya kemana Raffi. 
Setiba di rumah aku langsung bergerak ke ruang tengah meraih gagang telepon dan menghubungi nomor telepon rumah Raffi, sekian menit menunggu tapi tidak ada jawaban dari yang empunya rumah, ku coba mengecek nomor yang aku tekan kalau-kalau salah memencet nomor telepon. Nomornya benar,lalu aku coba lagi tetap tidak ada yang menerima ku coba ulangi lagi dan lagi hasilnya tetap nol besar.Aku letih, ku banting tubuhku di sofa yang bersebelahan dengan meja telepon bukan menyerah tapi akan ku coba lagi nanti, mungkin dia belum sampai di rumah, atau keluarganya sedang tidak ada jadi tidak ada yang bisa menerima telepon dariku, baru selangkah aku menjauh tiba-tiba teleponku berbunyi. 
Kring,, 
"Halo Fi,, oh maaf yank,, iya ini udah sampe rumah. iya tadi pulang duluan, Pak Bambang udah nungguin soalnya, aku inget kok. Besok pagi jam 10 kan. Okey. Sampai jumpa besok, bye yank."
Kututup telepon dengan rasa kecewa, aku kira Raffi yang menelepon balik. Ternyata telepon dari Nanda mengingatkan jam keberangkatan pesawat ke Singapore besok pagi . Raffi liburan kemana ya tanyaku dalam hati. Sebaiknya aku segera ke kamar untuk beres-beres, packing lalu istirahat.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Pagi yank, udah siap buat liburan,?"tanya Nanda bersemangat. 
"Udah yank,"ucapku singkat 
"Kamu kenapa sih, kok lemes gitu,sakit,?" ucap Nanda sambil menyentuh dahiku. 
"Gak, aku gak papa kok yank, mungkin karena kemarin tidur telat soalnya aku packing ampe malem banget,"
"Yakin kamu yank,?? "
"Iya,," 
Nanda heran kenapa aku tidak terlihat semangat seperti hari kemarin, padahal sebelumnya akulah yang paling antusias dengan rencana liburan ini. 
"Yuk berangkat keburu macet lho nanti. Tolong bawain koperku ya, makasih,",ucapku mengalihkan perhatian Nanda. Sebenarnya aku masih kepikiran soal Raffi yang tidak kunjung ada kabar, aku takut jika nanti saat Raffi menghubungi ku, aku sudah berangkat ke bandara atau bahkan sudah sampai di Singapore. 
"Yuk, yank," ajak Nanda sambil membukakan pintu mobil. 
"Iya,,"
"Eh Nagita, apa kabar kamu, udah siap liburan,"
"Sudah Om,, "
"Udah bikin daftar belanjaan yang mau dibeli belum,??" kata Mamanya Nanda. 
"Belum Tante, semuanya dibeli aja daripada bingung hehe,"ucapku menghibur diri. 
"Betul juga ya, hahahaha,"
"Let's go, kita pergi liburan." 
Sudah saatnya untuk berangkat meskipun rasa gelisah masih ada di hati tapi rencana liburan ini harus tetap terlaksana. Kami pun bertolak menuju bandara. Setelah mengurus semuanya, rombongan yang terdiri dari Papa Mamanya Nanda, aku, kemudian Nanda sudah berada di dalam pesawat terbang yang akan membawa kami ke tempat tujuan, aku duduk disamping Nanda sementara orang tua Nanda berada di belakang kami. Nanda begitu gembira, senyuman manis tak pernah lepas dari wajahnya, sembari tangannya terus menggenggam tanganku sedangkan aku hanya duduk diam sambil menatap ke luar jendela pikiran ku masih tertuju pada Raffi. Kurang lebih 1 jam 30 menit, pesawat pun mendarat di Bandara Changi Singapore. Bersiap untuk liburan sesungguhnya. Satu minggu kedepan aku akan bersama Nanda menikmati setiap tempat di Singapore untuk berbelanja, sebelum memulai kegiatan itu kita semua bergegas menuju hotel guna beristirahat menghimpun tenaga untuk esok hari. Hari pertama kami lalui di Orchad Road, jalan paling termasyhur di Singapore, berlanjut ke China Town di hari kedua untuk membeli oleh-oleh karena disitulah kita bisa mendapatkan barang bagus tapi murah, sekedar berupa cenderamata gantungan kunci atau kaos dan ketempat lain untuk hari-hari berikutnya. Tak terasa lima hari sudah kami berada liburan dan sepanjang liburan ku habiskan waktu untuk memenuhi isi koper-koper yang aku siapkan karena memang Singapore tujuan wisata belanja. Sejenak aku bisa melupakan Raffi, ku nikmati semua yang ada di sini. Kususuri toko demi toko, keluar masuk toko demi toko Nanda pun setia menemani membawakan kantong-kantong belanjaku,dan sampai dihari terakhir aku liburan di Singapore, kami memutuskan untuk berpencar saja. Ketika menyusuri pertokoan tidak sengaja aku melihat satu barang yang mengingatkanku pada seseorang, aku memasuki toko tersebut dan melihat lebih dekat barang yang aku maksud. 
"Can I help you darling,"ucap pemilik toko. 
"Yes, please. How much does it cost,,??"tanyaku sambil menunjuk satu barang didalam etalase toko. 
"It's cost two hundred dollars,,"
"Is there a discount for this,?? 
"I'm sorry, it's a fixed price darling,,"
"Oo, okey, I'll take it,, "
Tanpa sepengetahuan Nanda aku membeli barang yang ada di toko itu, setelah selesai berbelanja kemudian aku kembali ke tempat kami berjanji bertemu tadi. 
"fiuhh,, capek ya yank, udah puas kan belanjanya ?" tanya Nanda
"Untuk hari ini sih puas banget plus capek, tapi kalo besok bisa belanja lagi aku sih masih kuat hehehe,"
"Kamu kalo dikasih waktu 2x24 jam juga kurang yank,ini kan hari terakhir kita liburan."
"Hehehe, iya juga sih. Yuk pulang,,"
"Langsung ke hotel atau makan dulu nih kita?? tanya Nanda 
"Ke hotel aja, udah pengen istirahat nih, Papa Mama kamu mana, gak ditungguin dulu, "ucapku. 
"Gak usah, mereka udah tau kok jalan balik ke hotel,"
"Oo,, gitu,"
"Ya udah sekarang kita pulang ke hotel ya, kamu istirahat besok pagi kita pulang ke Jakarta, okey."ucapnya 
"okee deh,"
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Di Jakarta,
Aku, Nanda dan keluarga sudah tiba kembali di Jakarta pagi ini setelah keluar dari pintu kedatangan aku meminta Nanda untuk langsung mengantarkan ku pulang saja karena keluarga Nanda berencana untuk makan dulu. Aku ingin segera sampai di rumah untuk beristirahat melepas lelah. Aku dan Nanda menggunakan taksi, setelah menurunkanku beserta semua koper-koper milikku kemudian Nanda langsung berpamitan. 
"Mbok,, Mbok,, "panggil ku sesampainya di ruang tamu. 
"Iya Non,"jawab mbok Surti 
"Selama saya pergi ada telepon gak dari temen saya, namanya Raffi,??"tanyaku 
"Gak ada Non," jawabnya. 
"Itu anak bener-bener ya, sesibuk apa sih sampe gak bisa telpon balik, telepon juga cuma lima menit," gerutuku
"Ya udah bik, tolong bantu pak Bambang ya, terimakasih. "
"Baik non, permisi." 
Aku sangat kecewa mendengar jawaban mbok Surti. Apa sih kegiatan Raffi sampai tidak sempat untuk memberi kabar padaku. Memang Raffi liburan kemana sampai-sampai dia tidak punya waktu untuk menghubungi ku. Benar-benar keterlaluan Raffi, rasa lelah ku kini bercampur dengan rasa kesal, tapi untungnya liburan akhir semester sudah selesai dan besok pagi sudah mulai masuk sekolah, aku akan bertemu dengan Raffi. Awas saja tunggu pembalasan yang akan dia terima besok pagi di sekolah. Tak akan aku beri ampun dia. Aku pun pergi ke kamar untuk mandi kemudian tidur melepas lelah, dan bersiap kembali ke sekolah besok pagi.
Keesokan harinya di sekolah, 
Sinar matahari begitu hangat menyapa, sampai di gerbang sekolah aku pun turun dari mobil dan melihat sekeliling, kangen juga ternyata setelah menghabiskan waktu liburan sekolah padahal kalau mau bangun pagi untuk berangkat sekolah saja malas-malasan hehehe. Ku langkahkan kaki pagi itu menuju kelas, tak sabar rasanya ingin memberi sedikit pelajaran pada Raffi karena kelakuannya. Suasana kelas masih tampak sangat lengang karena saking semangatnya, aku datang jauh lebih awal daripada teman-temanku yang lain, perlahan ku hampiri bangku yang selama ini aku duduki lalu terlintas sesuatu di kepala kira-kira hukuman apa yang pantas yang akan aku beri ke Raffi ya, kutempelkan jari telunjuk di bibir sembari berpikir. Tak lama Nanda datang menghampiri ku nafasnya terengah-engah. 
"Hei, pagi yank, kamu kenapa pagi-pagi udah lari-larian,"
"Gi, kamu udah tahu kabar terbaru belum?? tanyanya 
"Kabar apa sih yank, serius banget kayaknya, sini duduk dulu"ucapku penasaran. 
"Ini soal Raffi. Raffi pindah sekolah yank, kamu gak dikasih tahu Raffi soal ini?? ucapnya terbata-bata. Aku mengernyitkan dahi berusaha memahami apa yang baru saja kudengar, sedikit bingung lalu aku tersadar ini pasti ulah Raffi, dia bekerjasama dengan Nanda untuk mengerjai ku, pasti mereka sedang berlakon sekarang. 
"Apaan sih yank, gak lucu, lelucon kamu sama Raffi udah ketebak sama aku, udah ah mana Raffi nya sekarang, aku ada perlu sama dia."
"Aku gak becanda yank, ini serius."
Ekspresi Nanda bukan seseorang yang sedang bergurau, tidak pernah kulihat dia seserius ini,ku tatap mata Nanda aku mencoba mencari kebenaran atas apa yang dia katakan, dan ternyata memang Nanda tidak sedang berbohong perlahan kuletakkan punggungku bersandar di kursi terkejut setengah mati tak menduga ini akan terjadi, tak menyangka Raffi setega itu melakukan ini, apa maksud semua ini kenapa Raffi pergi tanpa memberitahukan terlebih dulu. Airmata tak kuasa lagi ku bendung dadaku terasa panas, sesak, sulit untuk bernafas. 
"Yank, kamu gak papa, jangan nangis dong, kalau kamu mau yuk kita ke Tata Usaha cari info Raffi pindah kemana, yuk, tapi hapus dulu air matanya,".ucap Nanda sambil mengusap pipiku. 
Aku hanya bisa terdiam mendengar ajakan Nanda, tapi sepertinya aku harus menuruti apa yang dia katakan tadi. Aku menganggukkan kepala mengikuti langkah Nanda, entah kenapa hatiku seperti dilempar sesuatu yang membuatnya terasa begitu sakit, tangis ku pun pecah setelah sampai di ruang TU mengetahui bahwa pihak keluarga Raffi tidak memberi keterangan pindah kemana. Sejak kejadian itu aku lebih banyak diam, menyendiri. Hari terus berganti terasa begitu sepi setelah kepergiannya, satu bangku bekas tempat duduknya tidak ada yang menempati memang aku yang meminta agar dikosongkan. Kalau aku tiba-tiba diserang rasa rindu padanya, aku pindah ke bangku itu. Di hari-hari berikutnya terkadang aku meluangkan waktu pergi ke tempat rahasia kami, membersihkannya dari rumput liar dan terkadang diiringi tangisan saat mengingat semua kenangannya. 
[FLASBACK-NAGITA OFF]
Kembali ke pantai, 
"Gi,, "
"Akhirnya datang juga loe," 
"Kenapa malam-malam begini kamu ngajak ketemuan, nanti kamu sakit Gi, yuk balik besok aja kita,,,,"
"Loe pergi kemana waktu itu,??tanya Gigi menghentikan perkataanku. Langkahku terhenti mendengar pertanyaannya, kuhela nafas panjang kemudian berbalik arah menuju Gigi dan duduk di samping nya. Sepertinya dia sangat ingin mengetahui apa alasanku sehingga aku meninggalkannya begitu saja tanpa berpamitan. Ku tarik nafasku untuk kedua kalinya untuk memulai berbicara, sangat sulit untuk membuka kenangan lama yang sudah aku pendam dalam-dalam di hatiku tapi tetap harus diungkapkan. 
"Boleh kan, aku duduk disampingmu??. Tidak ada jawaban darinya. 
"Apa kamu benar-benar ingin mendengarnya,??"ucapku lagi. 
Ku arahkan pandanganku padanya, Gigi pun hanya membalasnya dengan menatap mataku seakan mengisyaratkan keinginannya yang begitu besar, bola matanya yang indah sudah mulai terlihat berkaca-kaca. 
"Sebelumnya aku mau minta maaf atas kesalahan yang aku lakuin di masa lalu, udah pergi tanpa ada satu kata perpisahan, saat itu aku juga bingung mau bagaimana lagi. Kabar kepindahan Papaku sangat mendadak. Bukan maksud aku menyembunyikannya tapi asal kamu tau di hari terakhirku di sekolah sebenernya aku pengen pamitan sama kamu, saat ujian berlangsung aku tidak konsentrasi mengerjakannya, pikiranku hanya tertuju padamu. Ketika itu aku ingin bilang tapi aku gak tega liat kamu menangis sedih. Aku gak sanggup Gi. Aku cuma pengen liat kamu tersenyum bahagia saat bersamaku. Semua hal juga diurus dengan terburu-buru sampai-sampai aku tidak punya waktu untuk bisa memahami apa yang terjadi. Awalnya aku ingin berontak karena aku gak mau pisah sama kamu, aku pengen tetep ada disamping kamu Gi tapi dengan aku melihat ada Nanda disamping kamu waktu itu, yang sayang banget sama kamu, yang bisa buat kamu ketawa bahagia, yang bisa ngemong kamu, itu semua membuat aku jadi lebih merasa tenang untuk pergi, jadi aku menyetujui rencana pindah orang tua ku, "jelasku panjang lebar. 
Suasana menjadi lebih hening daripada sebelumnya, setelah penjelasanku yang panjang lebar, Gigi hanya menutup mulutnya tanpa ada respon sedikitpun. 
"Pindah kemana, lalu kenapa dari pihak keluarga loe gak ngasih kabar ke sekolah?"tanya Gigi dengan nada datar sambil terus memandang laut lepas. 
"Oo, kalo itu memang aku yang minta, supaya aku bisa menjalani kehidupan baru ku tanpa bayangan masa lalu, aku mau semuanya dimulai dari awal lagi. Mungkin itu keputusan yang terbaik untuk kita semua, tapi percayalah Gi, itu sangat menyakitkan untuk dilakuin."ucapku. 
Gigi mengusap pipinya ternyata dia menangis, air matanya yang sedari tadi ia tahan jatuh juga. 
"Loe jahat banget Fi, loe gak tau gimana ling-lungnya gue setelah loe pergi,gimana gue ngadepin hari tanpa loe, gue coba ke rumah loe beberapa kali bertanya ke tetangga sebelah kanan kiri ternyata gak ada yang tau keluarga loe pindah kemana, tiap pulang sekolah gue selalu bertanya ke orang rumah ada gak yang telepon dari loe,"ucapnya lirih. Gigi terus menangis tapi biarlah dia seperti itu, biar saja dia mengungkapkan perasaan yang selama ini dipendam mungkin saat ini yang dia tunggu begitupun aku. Kuraih tubuhnya ingin kupeluk untuk menenangkannya tapi ditepis oleh Gigi, aku hanya bisa mengerti dengan sikapnya itu, tidak mudah baginya menerima penjelasan dariku. 
Deburan ombak menjadi saksi meluap nya emosi Gigi padaku, dalam keheningan angin malam ku lepas jaket milikku kemudian kututupi tubuhnya yang terlihat mulai menggigil, ku paksakan agar jaket milikku tetap menempel di tubuhnya aku cemas kalau-kalau dia sakit. Menit demi menit pun berlalu Gigi terlihat sudah lebih tenang dia kembali terdiam, air matanya tak lagi mengalir, tatapan matanya lurus kedepan.
"Fi, please,, lepasin,"
Ku coba kembali memeluknya, dengan sedikit perlawanan Gigi tetap tak mau. Ku putuskan untuk aku saja yang menghampirinya lalu kutarik tubuhnya agar mendekat terserah dia mau berontak seperti apa, setelah mencoba beberapa kali tapi untuk kali ini ternyata dia menerima pelukanku, ku usap-usap lengan dan punggungnya dengan itu sedikit bisa memberi kehangatan di suasana pinggir pantai yang anginnya kencang. 
"Sudah memaafkan ku??" tanyaku pada Gigi, tak kudengar jawaban Gigi, tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya lalu kulihat ke dalam pelukanku nampak mata Gigi sudah terpejam. Rupanya dia sudah tertidur pulas di pelukanku, tak tega hatiku ini membangunkannya. Aku nikmati saja situasi ini dengan Gigi berada di pelukanku setidaknya dia telah merasa nyaman saat bersamaku, hari sudah larut malam kuputuskan untuk mengendong Gigi mengembalikannya ke kamar, aku takut Nanda mencarinya karena aku tidak mau sesuatu terjadi di saat proses menuju pernikahan mereka nanti. Aku sudah lega karena masalah kami sudah selesai dan aku ikhlas melepaskannya bahagia bersama orang lain.
Bersambung...

Related Posts :

0 Response to "Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 12"

Post a Comment