
Cerbung by : Rini Diah Mardiyati
Di kamar Nagita,
Hoahmmmm,,
Tersadar dari tidurku yang nyenyak, aku sudah berada kembali didalam kamar hotel, aku mencoba mengingat kejadian semalam di tepi pantai. Bukankah aku bertemu dengan seseorang di tepi pantai kemarin tapi kenapa sekarang aku ada di dalam selimut hangat ini, tapi aku juga masih memakai baju yang aku pakai semalam, apakah dia yang membawaku kembali ke kamar atau malah orang lain. Entahlah, sungguh pagi yang membingungkan. Aku berusaha mengumpulkan kesadaranku pagi ini, tapi sepertinya aku masih ingin berada di balik selimut, enggan beranjak.
Tok,,,Tok,, terdengar suara pintu kamarku diketuk, baru saja aku ingin tidur kembali tiba-tiba harus terganggu dengan suara ketukan pintu, aku berjalan mendekati pintu kamarku seraya mencoba membuka mata.
"Siapa sih yang pagi-pagi udah bertamu,"keluh ku, dan saat ku membuka pintu,,
"Pagi princess, lhoh kok masih kucel, baru bangun ya emang kemaren malem tidur jam berapa sih,??"tanya Nanda. Iya, yang megetuk pintu adalah Nanda, dia sudah tampak rapi pagi ini, kenapa dia datang sepagi ini sementara mataku masih sulit terbuka. Mataku terasa begitu berat mungkin karena semalam aku tidur terlalu larut malam.
"Iya kemaren malem agak susah tidur jadi baru bangun deh, ada apa pagi-pagi begini udah ketuk-ketuk pintu??"
"Masih pagi gimana, ini udah siang tuh, makanya gorden kamarnya dibuka, ehm aku kesini mau minta kamu nemenin aku sarapan, yuk,ya udah mandi gih, aku tunggu dibawah, cepetan pokoknya gak pake lama."
"Kenapa gak sarapan dikamar aja, masih ngantuk banget nih??"
"Bosen, dikamar terus, yuk cepetan,"
"Ya udah, aku mandi dulu habis itu aku ke bawah," ucapku disusul dengan anggukan kepala Nanda, lalu aku pun pergi mandi.
Hoahmmmm,,
Tersadar dari tidurku yang nyenyak, aku sudah berada kembali didalam kamar hotel, aku mencoba mengingat kejadian semalam di tepi pantai. Bukankah aku bertemu dengan seseorang di tepi pantai kemarin tapi kenapa sekarang aku ada di dalam selimut hangat ini, tapi aku juga masih memakai baju yang aku pakai semalam, apakah dia yang membawaku kembali ke kamar atau malah orang lain. Entahlah, sungguh pagi yang membingungkan. Aku berusaha mengumpulkan kesadaranku pagi ini, tapi sepertinya aku masih ingin berada di balik selimut, enggan beranjak.
Tok,,,Tok,, terdengar suara pintu kamarku diketuk, baru saja aku ingin tidur kembali tiba-tiba harus terganggu dengan suara ketukan pintu, aku berjalan mendekati pintu kamarku seraya mencoba membuka mata.
"Siapa sih yang pagi-pagi udah bertamu,"keluh ku, dan saat ku membuka pintu,,
"Pagi princess, lhoh kok masih kucel, baru bangun ya emang kemaren malem tidur jam berapa sih,??"tanya Nanda. Iya, yang megetuk pintu adalah Nanda, dia sudah tampak rapi pagi ini, kenapa dia datang sepagi ini sementara mataku masih sulit terbuka. Mataku terasa begitu berat mungkin karena semalam aku tidur terlalu larut malam.
"Iya kemaren malem agak susah tidur jadi baru bangun deh, ada apa pagi-pagi begini udah ketuk-ketuk pintu??"
"Masih pagi gimana, ini udah siang tuh, makanya gorden kamarnya dibuka, ehm aku kesini mau minta kamu nemenin aku sarapan, yuk,ya udah mandi gih, aku tunggu dibawah, cepetan pokoknya gak pake lama."
"Kenapa gak sarapan dikamar aja, masih ngantuk banget nih??"
"Bosen, dikamar terus, yuk cepetan,"
"Ya udah, aku mandi dulu habis itu aku ke bawah," ucapku disusul dengan anggukan kepala Nanda, lalu aku pun pergi mandi.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Pagi Wan, Pagi Ki,"ucapku menyapa
"Pagi Fi,,"
"Pagi juga Fi yuk sarapan bareng, kenapa senyum-senyum gitu sih" tanya Kia.
"Gak, gak ada apa-apa,"ucapku.
Pagi ini begitu berbeda dari biasanya itu karena kejadian semalam yang tak mungkin aku lupakan, membuatku akan tersenyum bahagia terus hari ini. Kuambil beberapa roti isi dan segelas susu yang sudah tersedia, perutku terasa lapar sekali pagi ini karena semalam lupa makan, maklum lah lagi kebanyakan pikiran. Sarapanku sudah siap, dan setelah mencuci tangan tanpa basa-basi ku santap roti isi yang sudah ada di genggaman tanganku sekarang, satu persatu ku masukkan ke mulutku.
"Weits, pelan-pelan bro,ntar keselek baru tau rasa, emang gak makan berapa hari sih loe," tegur Irwan.
"Iya Fi, pelan-pelan aja," ucap Zaskia sambil menggelengkan kepalanya.
Aku hanya nyengir mendengar celotehan dua temanku ini,aku tidak sanggup bicara karena mulutku penuh dengan makanan. Mereka tidak tahu saja apa yang membuatku begitu bersemangat pagi ini, seandainya mereka tahu ucapku didalam hati.
"Uhuk, uhuk, uhuk,,"
"Tu kan bener kejadian, loe sih makan gak aturan, nih minum dulu,"ucap Irwan sambil memberikan minuman miliknya.
"Udah Fi,, nih tambah minuman gue kalo kurang,"
"Apaan sih Ki, temen lagi keselek malah dibecandain,"
"Iyee, maaf Fi,,"
Seketika ekspresi wajahku berubah yang sebelumnya tersenyum bahagia menjadi kusut, itu semua karena aku melihat siapa yang baru saja masuk ke dalam restoran. Sepasang kekasih yang ku kenal, Gigi dan Nanda. Ada rasa cemburu yang timbul tapi ya sudahlah memang harus begini jalannya, memang tidak dapat dipungkiri mereka berdua menjalin hubungan bahkan akan segera menikah, dan aku sudah berjanji dengan diriku sendiri untuk mengikhlaskan semuanya yang terpenting dari semua ini adalah Gigi sudah memaafkanku atas kesalahan di masa lalu.
"Sayang, itu kan Gigi, "ucap Kia
Zaskia yang sadar akan kedatangan temannya memanggil mereka agar ikut bergabung di meja kami. Aku dan Irwan kompak melihat ke orang yang dipanggil oleh Zaskia.
"Giii, sini aja duduk sini,"ucapnya. Gigi pun menoleh ke arah kami.
"Heii, sarapan juga ya, bentar gue ambil sarapan gue dulu," ucap Gigi.
Dari kejauhan kulihat Gigi nampak mengajak Nanda bersamanya agar ikut juga bergabung. Sepertinya aku harus berlatih mulai dari sekarang melihatnya selalu berada di dekat Nanda sebelum dia benar-benar menikah, supaya nanti aku akan lebih siap menghadapinya.
"Heii Ki, kenalin ini Nanda,, Nanda ini Zaskia dan itu suaminya Irwan, "ucap Gigi, mereka saling berjabat tangan.
"Salam kenal semuanya, nice to meet you," ucap Nanda
"Silahkan duduk, nah kalo gini kan rame jadi seru deh sarapan pagi ini,"ucap Zaskia.
"Fi, loe gak kenalan sama Nanda??" kata Irwan.
"Dan loe Fi,, apa kabar loe," ucap Nanda mengagetkan ku. Ada rasa kesal, marah, kecewa yang ku rasakan ketika aku melihat wajah Nanda, dia sudah merusak nafsu makanku pagi ini, ada juga rasa malas untuk menjawab pertanyaan darinya tapi mana mungkin aku menunjukkannya, hanya bisa bersikap layaknya tidak ada apa-apa.
"Udah kenal kok,, hei bro, kabar baik. Kan baru ketemu kemaren, udah nanya kabar lagi loe, hehehe,"seloroh ku.
"Bener juga loe Fi,,ya udah silahkan lanjutin sarapannya."
Lalu Nanda dan Gigi duduk, kemudian menyantap makanan mereka, selesai sarapan aku, Irwan dan Nanda terlibat obrolan seru antara para lelaki sesekali ku lirik Gigi yang juga sibuk mengobrol dengan Zaskia. Dia tampak begitu dingin padaku, memang harus begitu karena sekarang dia sedang berada di samping calon suaminya.
"Loe bisa kenal Nanda, Fi,,?? "
"Dia temen SMA gue Wan,, ya kan bro,??
"Yup,, gue, Gigi dan Raffi, satu angkatan."
"Jadi judulnya reuni nih, hehehe,"
"Ya semacam itulah hahahaha,"
Semua pun larut dalam obrolan masing-masing pagi ini.
"Eh iya Gi gue sekalian pamit ya, nanti siang gue mau langsung cabut ke Aussie nih, "ucap Zaskia
"Loh, cepet banget honey moon nya,"
"Iya nih,,"
"Loe bakal menetap disana ya Ki,"
"Iya Gi, Irwan punya bisnis kecil- kecilan disana, kalo soal honey moon kan bisa dilakuin dimana aja."
"Bener juga hehehe, "
"Loe baik-baik disini, kabarin gue kalo ada yang penting, keep in contact ya," tambah Zaskia
"Beres Ki, gue janji loe orang pertama yang gue kabarin kalo ada apa-apa," ucap Gigi.
"Nan, mereka ini ya kalo udah kaya gini, pasti deh udah kayak mau pisah jauh dalam waktu lama, padahal cuma Indo-Aussie aja,"ucap Irwan
"Seperti itu ya Wan, maklumlah cewek,"
"Biarin kenapa sih, ya kan Fi,"ucap Zaskia
"Idih, napa loe nyangkut-nyangkutin gue, emang gue cewek,"
"Loe gitu sih Fi, gak belain gue,"ucap Zaskia
"Biarin aja,"
"Ya udah yuk jangan ngambek dong sayang, udah mepet nih waktunya kita harus balik ke kamar, packing, "ajak Irwan.
"Yuk yank, bye Gi,,bye semua."
"Gue pergi dulu Fi,, Nan,"
"Okey, Hati-hati ya bro,"
"Take care, see you soon bro,"
Kami saling berpelukan lalu Zaskia dan Irwan pun pergi meninggalkan aku bersama pasangan ini, sang calon pengantin. Suasana canggung begitu terasa terutama aku dan Gigi, aku berpura-pura melanjutkan sarapan ku sambil sesekali memainkan ponselku.
"Gi, selesai sarapan kita langsung ketemu pihak WO dari hotel ya, meeting soal tempat yang kita mau lihat," ucap Nanda.
"Tuh kan, katanya cuma mau ditemenin sarapan, aku masih ngantuk Nan, hari ini gak ikut dulu deh."
"Gak bisa, kamu harus ikut dong, masa iya cuma aku yang dateng, kan kamu yang rekomen tempat ini,"
"Ya udah iya, aku ikut,"
"Nah, gitu dong. Kan jadi seneng dengernya hehehe,"
Perasaan cemburu begitu membuncah di dadaku, tidak mungkin aku berada di tengah-tengah pembicaraan soal rencana pernikahan mereka, lelaki mana yang mau di posisi ku sekarang. Tidak ada yang sanggup tersakiti seperti ini lebih baik aku menjauh, tak ingin aku mendengar dan mengetahuinya lebih banyak lagi lalu aku menyelesaikan sarapan pagiku dengan terpaksa kemudian memutuskan untuk pergi dari tempat ini.
"Ehm,, kalo gitu gue balik ke kamar dulu ya,"ucapku sambil mengelap mulutku dengan tisu.
"Fi bentar, loe mau kemana,??
"Balik ke kamarlah,emang kemana lagi bro,"
"Mending loe ikut kita aja. Gue juga perlu masukan dari banyak orang nih, dari sisi maskulin gitu, ya kan Gi, biar seru kalo rame-rame, loe lagi gak ada kerjaan kan,?"tanya Nanda.
"Iya Fi,,,"kata Gigi singkat.
"Ehm gimana ya, gue harus,, "ucapku
"Udah ikut aja Fi,, loe mau ngapain sih paling juga tidur di kamar, mending ikut gue,biar cepet ketularan, hehehe,"ucap Nanda
"Emang agendanya apaan sih, ntar gue malah ganggu kalian lagi, gue kan ga ada urusannya sama ini,"
"Gak lah, lagian cuma dengerin presentasi dari pihak WO hotel, sama apalagi ya gue lupa, apa Gi,, inget gak,??"tanya Nanda.
"Ehm,, pihak vendor maksudnya,?? "
"Iya, itu juga,, yuk ikut aja Fi, loe kan salah satu temen laki-laki gue, gue yakin loe pasti punya taste yang kurang lebih sama kayak gue." ucap Nanda menambahkan.
"Mau ikut ato gak, cepetan ngomong, keburu ditunggu orang nih?? "tanya Gigi padaku
"Pagi Fi,,"
"Pagi juga Fi yuk sarapan bareng, kenapa senyum-senyum gitu sih" tanya Kia.
"Gak, gak ada apa-apa,"ucapku.
Pagi ini begitu berbeda dari biasanya itu karena kejadian semalam yang tak mungkin aku lupakan, membuatku akan tersenyum bahagia terus hari ini. Kuambil beberapa roti isi dan segelas susu yang sudah tersedia, perutku terasa lapar sekali pagi ini karena semalam lupa makan, maklum lah lagi kebanyakan pikiran. Sarapanku sudah siap, dan setelah mencuci tangan tanpa basa-basi ku santap roti isi yang sudah ada di genggaman tanganku sekarang, satu persatu ku masukkan ke mulutku.
"Weits, pelan-pelan bro,ntar keselek baru tau rasa, emang gak makan berapa hari sih loe," tegur Irwan.
"Iya Fi, pelan-pelan aja," ucap Zaskia sambil menggelengkan kepalanya.
Aku hanya nyengir mendengar celotehan dua temanku ini,aku tidak sanggup bicara karena mulutku penuh dengan makanan. Mereka tidak tahu saja apa yang membuatku begitu bersemangat pagi ini, seandainya mereka tahu ucapku didalam hati.
"Uhuk, uhuk, uhuk,,"
"Tu kan bener kejadian, loe sih makan gak aturan, nih minum dulu,"ucap Irwan sambil memberikan minuman miliknya.
"Udah Fi,, nih tambah minuman gue kalo kurang,"
"Apaan sih Ki, temen lagi keselek malah dibecandain,"
"Iyee, maaf Fi,,"
Seketika ekspresi wajahku berubah yang sebelumnya tersenyum bahagia menjadi kusut, itu semua karena aku melihat siapa yang baru saja masuk ke dalam restoran. Sepasang kekasih yang ku kenal, Gigi dan Nanda. Ada rasa cemburu yang timbul tapi ya sudahlah memang harus begini jalannya, memang tidak dapat dipungkiri mereka berdua menjalin hubungan bahkan akan segera menikah, dan aku sudah berjanji dengan diriku sendiri untuk mengikhlaskan semuanya yang terpenting dari semua ini adalah Gigi sudah memaafkanku atas kesalahan di masa lalu.
"Sayang, itu kan Gigi, "ucap Kia
Zaskia yang sadar akan kedatangan temannya memanggil mereka agar ikut bergabung di meja kami. Aku dan Irwan kompak melihat ke orang yang dipanggil oleh Zaskia.
"Giii, sini aja duduk sini,"ucapnya. Gigi pun menoleh ke arah kami.
"Heii, sarapan juga ya, bentar gue ambil sarapan gue dulu," ucap Gigi.
Dari kejauhan kulihat Gigi nampak mengajak Nanda bersamanya agar ikut juga bergabung. Sepertinya aku harus berlatih mulai dari sekarang melihatnya selalu berada di dekat Nanda sebelum dia benar-benar menikah, supaya nanti aku akan lebih siap menghadapinya.
"Heii Ki, kenalin ini Nanda,, Nanda ini Zaskia dan itu suaminya Irwan, "ucap Gigi, mereka saling berjabat tangan.
"Salam kenal semuanya, nice to meet you," ucap Nanda
"Silahkan duduk, nah kalo gini kan rame jadi seru deh sarapan pagi ini,"ucap Zaskia.
"Fi, loe gak kenalan sama Nanda??" kata Irwan.
"Dan loe Fi,, apa kabar loe," ucap Nanda mengagetkan ku. Ada rasa kesal, marah, kecewa yang ku rasakan ketika aku melihat wajah Nanda, dia sudah merusak nafsu makanku pagi ini, ada juga rasa malas untuk menjawab pertanyaan darinya tapi mana mungkin aku menunjukkannya, hanya bisa bersikap layaknya tidak ada apa-apa.
"Udah kenal kok,, hei bro, kabar baik. Kan baru ketemu kemaren, udah nanya kabar lagi loe, hehehe,"seloroh ku.
"Bener juga loe Fi,,ya udah silahkan lanjutin sarapannya."
Lalu Nanda dan Gigi duduk, kemudian menyantap makanan mereka, selesai sarapan aku, Irwan dan Nanda terlibat obrolan seru antara para lelaki sesekali ku lirik Gigi yang juga sibuk mengobrol dengan Zaskia. Dia tampak begitu dingin padaku, memang harus begitu karena sekarang dia sedang berada di samping calon suaminya.
"Loe bisa kenal Nanda, Fi,,?? "
"Dia temen SMA gue Wan,, ya kan bro,??
"Yup,, gue, Gigi dan Raffi, satu angkatan."
"Jadi judulnya reuni nih, hehehe,"
"Ya semacam itulah hahahaha,"
Semua pun larut dalam obrolan masing-masing pagi ini.
"Eh iya Gi gue sekalian pamit ya, nanti siang gue mau langsung cabut ke Aussie nih, "ucap Zaskia
"Loh, cepet banget honey moon nya,"
"Iya nih,,"
"Loe bakal menetap disana ya Ki,"
"Iya Gi, Irwan punya bisnis kecil- kecilan disana, kalo soal honey moon kan bisa dilakuin dimana aja."
"Bener juga hehehe, "
"Loe baik-baik disini, kabarin gue kalo ada yang penting, keep in contact ya," tambah Zaskia
"Beres Ki, gue janji loe orang pertama yang gue kabarin kalo ada apa-apa," ucap Gigi.
"Nan, mereka ini ya kalo udah kaya gini, pasti deh udah kayak mau pisah jauh dalam waktu lama, padahal cuma Indo-Aussie aja,"ucap Irwan
"Seperti itu ya Wan, maklumlah cewek,"
"Biarin kenapa sih, ya kan Fi,"ucap Zaskia
"Idih, napa loe nyangkut-nyangkutin gue, emang gue cewek,"
"Loe gitu sih Fi, gak belain gue,"ucap Zaskia
"Biarin aja,"
"Ya udah yuk jangan ngambek dong sayang, udah mepet nih waktunya kita harus balik ke kamar, packing, "ajak Irwan.
"Yuk yank, bye Gi,,bye semua."
"Gue pergi dulu Fi,, Nan,"
"Okey, Hati-hati ya bro,"
"Take care, see you soon bro,"
Kami saling berpelukan lalu Zaskia dan Irwan pun pergi meninggalkan aku bersama pasangan ini, sang calon pengantin. Suasana canggung begitu terasa terutama aku dan Gigi, aku berpura-pura melanjutkan sarapan ku sambil sesekali memainkan ponselku.
"Gi, selesai sarapan kita langsung ketemu pihak WO dari hotel ya, meeting soal tempat yang kita mau lihat," ucap Nanda.
"Tuh kan, katanya cuma mau ditemenin sarapan, aku masih ngantuk Nan, hari ini gak ikut dulu deh."
"Gak bisa, kamu harus ikut dong, masa iya cuma aku yang dateng, kan kamu yang rekomen tempat ini,"
"Ya udah iya, aku ikut,"
"Nah, gitu dong. Kan jadi seneng dengernya hehehe,"
Perasaan cemburu begitu membuncah di dadaku, tidak mungkin aku berada di tengah-tengah pembicaraan soal rencana pernikahan mereka, lelaki mana yang mau di posisi ku sekarang. Tidak ada yang sanggup tersakiti seperti ini lebih baik aku menjauh, tak ingin aku mendengar dan mengetahuinya lebih banyak lagi lalu aku menyelesaikan sarapan pagiku dengan terpaksa kemudian memutuskan untuk pergi dari tempat ini.
"Ehm,, kalo gitu gue balik ke kamar dulu ya,"ucapku sambil mengelap mulutku dengan tisu.
"Fi bentar, loe mau kemana,??
"Balik ke kamarlah,emang kemana lagi bro,"
"Mending loe ikut kita aja. Gue juga perlu masukan dari banyak orang nih, dari sisi maskulin gitu, ya kan Gi, biar seru kalo rame-rame, loe lagi gak ada kerjaan kan,?"tanya Nanda.
"Iya Fi,,,"kata Gigi singkat.
"Ehm gimana ya, gue harus,, "ucapku
"Udah ikut aja Fi,, loe mau ngapain sih paling juga tidur di kamar, mending ikut gue,biar cepet ketularan, hehehe,"ucap Nanda
"Emang agendanya apaan sih, ntar gue malah ganggu kalian lagi, gue kan ga ada urusannya sama ini,"
"Gak lah, lagian cuma dengerin presentasi dari pihak WO hotel, sama apalagi ya gue lupa, apa Gi,, inget gak,??"tanya Nanda.
"Ehm,, pihak vendor maksudnya,?? "
"Iya, itu juga,, yuk ikut aja Fi, loe kan salah satu temen laki-laki gue, gue yakin loe pasti punya taste yang kurang lebih sama kayak gue." ucap Nanda menambahkan.
"Mau ikut ato gak, cepetan ngomong, keburu ditunggu orang nih?? "tanya Gigi padaku
"Ya udah,
ayo,," ucapku
"Nah,
itu baru sobat gue namanya, bro Raffi Ahmad hehehe,"
Ada-ada saja tingkah laku orang yang mau menikah seperti temanku satu ini. Mau tidak mau suka tidak suka dan dengan sangat terpaksa aku harus menyanggupi ajakan Nanda yah setidaknya aku bisa menghabiskan waktu bersama Gigi seharian ini. Selesai sarapan kami bertiga berjalan ke ballroom hotel untuk bertemu dengan WO pernikahan yang dimaksud. Sepertinya semua yang berkaitan dengan rencana pernikahan sudah datang, tampak beberapa orang sibuk menjelaskan sesuatu yang aku sendiri tidak ingin tahu tentang itu, lalu meeting pun dimulai, semua orang sudah menempati kursi masing-masing kemudian mereka semua dengan serius mendengarkan penjelasan dari pihak WO hotel dan dilanjutkan dari pihak vendor sesekali kulihat Gigi yang juga sibuk mencorat-coret sesuatu di notes miliknya mungkin mencatat lebih tepatnya. Aku duduk di bangku paling belakang karena aku tidak ikut berkepentingan dalam meeting ini,sampai sempat tertidur malah saking lamanya. Semua mata tertuju pada sebuah layar berukuran besar berisikan tentang gambaran ruang pertemuan, dekorasi, rangkaian bunga dan lain sebagainya. Selesai meeting didalam ruangan mereka berlanjut ke arah venue di tepi pantai seperti yang ku dengar tadi bahwa resepsi akan dilakukan di venue ini. Aku mengikuti mereka dari belakang. Keren juga pilihan mereka berdua, seleranya sangat berkelas. Tidak akan mungkin aku bisa memberikan Gigi sebuah pesta pernikahan sekelas ini, sebuah pernikahan yang mewah bak putri dari kerajaan, memang Nanda adalah lelaki pilihan yang tepat dan sepadan untuknya bukan aku yang hanya orang dari kalangan sederhana tapi cenderung ke kalangan biasa.
"Bagaimana menurut anda Pak Nanda, ada yang tidak berkenan mungkin dengan desain yang kami berikan,?? " kata salah satu pihak dari WO.
"Sejauh ini, saya sangat menyukainya, yah mungkin kedepannya akan saya pikirkan lagi apa yang perlu ditambah atau diganti, menurut kamu Gi,, gimana,??"
"Sama sih, belum ada yang harus diubah, semuanya bagus,"ucap Gigi.
"Tapi untuk bunga dan warna lampu untuk pelaminan, lebih baik saya diskusikan dulu, masih bingung mau pilih warna apa yang cocok,"
"Kalau begitu kami tunggu kabar selanjutnya saja dari anda, ehm maaf apakah Pak Nanda bisa ikut saya sebentar, ada yang ingin kami sampaikan,"
"Oh ya, baiklah,,"
"Gi, tunggu disini dulu ya."
Dari kejauhan aku melihat Nanda dan Gigi bersalaman dengan pihak WO hotel pertanda urusan mereka sudah selesai. Aku beranjak bangkit dari tempat duduk ku, lalu perlahan aku mendekati Gigi.
"Minum dulu Gi,,"ucapku sambil menyodorkan sebotol air mineral. Gigi yang sedang duduk sendirian di sudut bangunan menikmati pemandangan dan tentu saja tanpa Nanda disampingnya.
"Thanks Fi,,tau aja gue lagi haus banget."
"Nih, udah aku buka tinggal minum aja Gi,"
" Thanks Fi, bentar gue minum dulu ya,,"
"Silahkan,, "
"Heemmm,, akhirnya basah juga tenggorokan ini, bikin seger lagi," ucap Gigi
"Nanda mana Gi,,?? "
"Ehm dia lagi ada urusan penting sama pihak hotel, gue juga gak tau persis apaan urusannya, dia emang sibuk banget orangnya, gak bisa tidur kalo semua belum dicek sama dia, semuanya harus sempurna,eh kok loe gak minum,??"
"Udah kok tadi, kebanyakan minum malah hehehe."
"Keren ya viewnya, kalian gak salah pilih tempat Gi,," ucapku lagi.
"Gue juga berpikiran yang sama, gue suka tempat ini sejak pertama gue sampai disini, apalagi liat Zaskia-Irwan kemarin, what a beautiful moment"
"Iya, memang indah, seperti kamu Gi,". Tiga kata terakhir yang keluar dari mulutku itu kuucapkan dengan sangat pelan, aku tidak mau memperkeruh suasana lagi seperti tempo hari, aku tidak mau dia tersinggung lagi.
"Emang orang kayak kalian gitu seleranya kelas tinggi, hehehe,,." ucapku
"Orang kayak gimana tuh maksudnya,,??"
"Ya, orang mampu kayak kalian gitu, ya walaupun sebenarnya kalian bisa aja sih bikin yang lebih wah daripada ini Gi."
"Emang gitu ya, gak lah, ini yang pilih kebanyakan juga Nanda, gue cuma kasih saran dikit-dikit,, hehehehe,,loe bosen ya, tadi nungguin kita?? "
"Gak juga, biasa aja, lagian aku juga cuma duduk-duduk aja dibelakang tadi, kerasa ngantuk eh sempet ketiduran juga sih hehehe,"
"Ehmm Fi,, soal semalem, sory gue ketiduran jadi bikin loe repot,"
"Oo,itu,, yang semalem,,?!"
"Iya,, yang semalem, loe gue tinggal tidur, eh paginya gue udah ada dikamar aja ternyata,loe gendong gue??"tanya Gigi padaku.
"Iya,udah gak usah dipikirin, malah seneng bisa lihat kamu tidur, imut banget, cantik,"
"Tapi gue dibantu sama petugas hotel kok, gue gak sendirian mssuk kamar kamu, jadi semua aman. Aku gak ngapa-ngapain kamu semalem,"
"Percaya, percaya,, "ucap Gigi
"Ihh, kok senyum-senyum gitu, aku ngomong jujur nih gak bohong, eh tapi kalo senyum gitu kamu tambah cantik lho Gi,"
"Halah,, dasar gombal, mulut laki-laki sama semuanya manis banget,, hehehe"
"Sering digombalin ya, sampe kayak gitu ngomongnya,"
"Hahahaha, gak gitu. Cuma mengungkapkan kenyataannya,"
"Aku seneng ternyata kamu gak lupa kejadian semalam,"ucapku sambil memandang matanya, jantungku berdetak kencang dibuatnya.
"Ya gak mungkin lupa, kan baru semalem, emang gue amnesia mendadak apa, dasar,"
Gigi tampak bingung mendengar apa yang aku katakan tadi , kemudian dia malah tertawa.
"Kenapa, kok ketawa," tanyaku. Gigi terus tertawa renyah membuatku penasaran.
"Apaan sih Gi, ada yang salah ya,?? "
"Gak, bukan itu. Dari kemaren sejak pertama kali kita ketemu lagi loe sadar gak sih, kalo loe nyebut aku kamu terus, geli dengernya tau, agak aneh, hahahaha," ucap Gigi. Aku sendiri juga tidak sadar dengan topik yang dibicarakan oleh Gigi,memang letak masalahnya dimana.
"Emang salah ya, aku kamu loe gue, emang kenapa gak boleh,??" tanyaku ketus
"Gak kok, cuma belum terbiasa aja. Silahkan aja sih kalo loe mau manggil itu ke gue,"
"Nah,gitu dong. Udah dapet ijin berarti kan aku hehehe ,". Baru aku sadari memang agak lucu di dengar, tapi karena sudah terlanjur ya sudahlah. Apa mau dikata.
"Ehmm Gi, emang berapa lama lagi acaranya maksud aku acara pernikahannya," ucapku gugup
"Pastinya belum tahu kalo gak salah 4-5 bulan lagi, cepet ya, gue sendiri juga kaget,".ucapnya
Seketika badan ini terasa lemas lunglai seperti tulang lepas dari engsel, seperti tidak dapat merasakan kakiku sendiri sehingga aku terduduk di kursi. Saat mendengar apa yang menjadi jawaban Gigi, kata-kata yang tadi diucapkan Gigi membuatku begitu gelisah sepertinya tak banyak waktu lagi yang ku punya atau bahkan sama sekali tak punya waktu dan kesempatan untuk memiliki Gigi seutuhnya.
"Secepat itu ya ternyata, sayang sekali,huh."
"Apanya yang sayang Fi,?? "
"Fiuhhhhh,, gak kok, gak ada apa-apa," ucapku berbohong.
"Gi, boleh aku minta sesuatu dari kamu," ucapku lagi.
Gigi melihat ke arahku berusaha mengetahui apa yang aku pikirkan.
"Apa,?? "
"Peluk aku, mungkin aku lancang tapi aku ingin itu, maukah kamu mengabulkan permintaanku barusan"??
Gigi hanya bengong saja, tidak ada perkataan yang terucap, kemudian tanpa persetujuan dari Gigi aku menariknya kedalam tubuhku,aku dekap erat tubuh Gigi yang sudah berada di pelukan ku sekarang, awalnya Gigi tak membalas pelukan ku mungkin dia masih terheran-heran kenapa aku tiba-tiba bersikap seperti ini, tapi setelah kueratkan lagi pelukan ku, dia lalu membalasnya. Bagai sepasang kekasih yang meluapkan kerinduan tubuh kami seakan tak dapat terlepas. Ku pejamkan mata, kuletakkan kepalaku di dekat lehernya menikmati aroma tubuhnya, aroma yang tak pernah berubah dari pertama kali aku mengenalnya, keharuman tubuhnya yang membuatku tak ingin melepas pelukanku. Cukup lama aku tenggelam dalam perasaan ini setelah merasa puas kulepaskan perlahan pelukanku, lalu kutatap matanya yang indah ku pegang kedua lengannya, seakan tidak peduli dengan sekitar tanpa berlama-lama ku kecup bibirnya. Untuk kali ini ku buat Gigi senyaman mungkin dengan keadaan kami sekarang, tidak seperti kemarin, ku perlakukan dia dengan sangat amat lembut, kusibakkan rambutnya yang jatuh menutupi sebagian wajahnya karena hembusan angin, benar saja pelan-pelan Gigi mulai turut mengikuti apa yang aku lakukan, terlihat dia sudah menutup matanya menikmati setiap sentuhan yang aku berikan. Lalu kuangkat dagunya perlahan agar lebih leluasa mencium bibirnya. Seperti lepas kendali kami saling berbagi rasa lewat kecupan demi kecupan, merasakan setiap incinya.
"Terimakasih Gi, ucapku lirih disela aktifitas kami. Gigi membuka mata dan melepaskan ciuman kami karena dia mulai kehabisan nafas. Saat kembali sadar, kami berdua tersenyum tersipu malu mengingat apa yang barusan terjadi, tapi tubuh kami masih dalam keadaan berpelukan aku tidak ingin melepaskannya.
"Fi, tolong lepasin tangan loe,,"
"Eh iya, maaf Gi,, "ucapku gugup
"Woy kalian, gue cariin juga ngapain disini, berduaan lagi. Jangan-jangan kalian macem-macem ya,?? " ucap Nanda mengejutkan aku dan Gigi.
"Ee enggak ada apa-apa kok bro," ucapku
"Iya gak ngapa-ngapain,tadi cuma ngobrol aja," ucap Gigi sambil melihat ke arah ku. Aku dan Gigi gugup berusaha menutupi kelakuan kami tadi dengan berbohong lagi kepada Nanda.
"Oo gitu,, oh ya gimana menurut loe Fi, keren gak konsep pernikahan gue, apa mungkin loe punya masukan buat gue??"
"Ehm keren, keren banget malah, pasti para tamu undangan suka dengan suasananya, viewnya keren kok,"ucapku
"Syukurlah kalau begitu, gue sedikit lega, minimal bukan hanya gue yang bilang ini bagus," ucap Nanda.
"Nanda, yuk balik ke hotel, udah gak enak angin nya nih," ajak Gigi.
"Ya udah yuk,, ayo Fi, by the way makasih buat waktunya."
"Iya bro,sama-sama."
"Tapi, tadi loe beneran gak ngapa-ngapain kan,??"
"Eh, eh,, ya gak lah,"
Aku menggaruk kepalaku yang tak terasa gatal, mengikuti Nanda dan Gigi yang berjalan di depanku merasa bersalah tapi juga merasa bahagia di satu sisi yang lain. Oh Tuhan jangan biarkan Nanda tahu apa yang baru saja terjadi diantara aku dan Gigi, tidak ada maksud hati untuk menghancurkan rencana pernikahan walaupun aku bisa, di dalam hati aku menginginkan, akulah lelaki yang jadi pendamping hidupnya. Tapi ya sudahlah aku harus merelakan semua, kejadian tadi merupakan dosa termanis antara Gigi dan aku biarlah tetap menjadi rahasia cintaku selamanya.
Ada-ada saja tingkah laku orang yang mau menikah seperti temanku satu ini. Mau tidak mau suka tidak suka dan dengan sangat terpaksa aku harus menyanggupi ajakan Nanda yah setidaknya aku bisa menghabiskan waktu bersama Gigi seharian ini. Selesai sarapan kami bertiga berjalan ke ballroom hotel untuk bertemu dengan WO pernikahan yang dimaksud. Sepertinya semua yang berkaitan dengan rencana pernikahan sudah datang, tampak beberapa orang sibuk menjelaskan sesuatu yang aku sendiri tidak ingin tahu tentang itu, lalu meeting pun dimulai, semua orang sudah menempati kursi masing-masing kemudian mereka semua dengan serius mendengarkan penjelasan dari pihak WO hotel dan dilanjutkan dari pihak vendor sesekali kulihat Gigi yang juga sibuk mencorat-coret sesuatu di notes miliknya mungkin mencatat lebih tepatnya. Aku duduk di bangku paling belakang karena aku tidak ikut berkepentingan dalam meeting ini,sampai sempat tertidur malah saking lamanya. Semua mata tertuju pada sebuah layar berukuran besar berisikan tentang gambaran ruang pertemuan, dekorasi, rangkaian bunga dan lain sebagainya. Selesai meeting didalam ruangan mereka berlanjut ke arah venue di tepi pantai seperti yang ku dengar tadi bahwa resepsi akan dilakukan di venue ini. Aku mengikuti mereka dari belakang. Keren juga pilihan mereka berdua, seleranya sangat berkelas. Tidak akan mungkin aku bisa memberikan Gigi sebuah pesta pernikahan sekelas ini, sebuah pernikahan yang mewah bak putri dari kerajaan, memang Nanda adalah lelaki pilihan yang tepat dan sepadan untuknya bukan aku yang hanya orang dari kalangan sederhana tapi cenderung ke kalangan biasa.
"Bagaimana menurut anda Pak Nanda, ada yang tidak berkenan mungkin dengan desain yang kami berikan,?? " kata salah satu pihak dari WO.
"Sejauh ini, saya sangat menyukainya, yah mungkin kedepannya akan saya pikirkan lagi apa yang perlu ditambah atau diganti, menurut kamu Gi,, gimana,??"
"Sama sih, belum ada yang harus diubah, semuanya bagus,"ucap Gigi.
"Tapi untuk bunga dan warna lampu untuk pelaminan, lebih baik saya diskusikan dulu, masih bingung mau pilih warna apa yang cocok,"
"Kalau begitu kami tunggu kabar selanjutnya saja dari anda, ehm maaf apakah Pak Nanda bisa ikut saya sebentar, ada yang ingin kami sampaikan,"
"Oh ya, baiklah,,"
"Gi, tunggu disini dulu ya."
Dari kejauhan aku melihat Nanda dan Gigi bersalaman dengan pihak WO hotel pertanda urusan mereka sudah selesai. Aku beranjak bangkit dari tempat duduk ku, lalu perlahan aku mendekati Gigi.
"Minum dulu Gi,,"ucapku sambil menyodorkan sebotol air mineral. Gigi yang sedang duduk sendirian di sudut bangunan menikmati pemandangan dan tentu saja tanpa Nanda disampingnya.
"Thanks Fi,,tau aja gue lagi haus banget."
"Nih, udah aku buka tinggal minum aja Gi,"
" Thanks Fi, bentar gue minum dulu ya,,"
"Silahkan,, "
"Heemmm,, akhirnya basah juga tenggorokan ini, bikin seger lagi," ucap Gigi
"Nanda mana Gi,,?? "
"Ehm dia lagi ada urusan penting sama pihak hotel, gue juga gak tau persis apaan urusannya, dia emang sibuk banget orangnya, gak bisa tidur kalo semua belum dicek sama dia, semuanya harus sempurna,eh kok loe gak minum,??"
"Udah kok tadi, kebanyakan minum malah hehehe."
"Keren ya viewnya, kalian gak salah pilih tempat Gi,," ucapku lagi.
"Gue juga berpikiran yang sama, gue suka tempat ini sejak pertama gue sampai disini, apalagi liat Zaskia-Irwan kemarin, what a beautiful moment"
"Iya, memang indah, seperti kamu Gi,". Tiga kata terakhir yang keluar dari mulutku itu kuucapkan dengan sangat pelan, aku tidak mau memperkeruh suasana lagi seperti tempo hari, aku tidak mau dia tersinggung lagi.
"Emang orang kayak kalian gitu seleranya kelas tinggi, hehehe,,." ucapku
"Orang kayak gimana tuh maksudnya,,??"
"Ya, orang mampu kayak kalian gitu, ya walaupun sebenarnya kalian bisa aja sih bikin yang lebih wah daripada ini Gi."
"Emang gitu ya, gak lah, ini yang pilih kebanyakan juga Nanda, gue cuma kasih saran dikit-dikit,, hehehehe,,loe bosen ya, tadi nungguin kita?? "
"Gak juga, biasa aja, lagian aku juga cuma duduk-duduk aja dibelakang tadi, kerasa ngantuk eh sempet ketiduran juga sih hehehe,"
"Ehmm Fi,, soal semalem, sory gue ketiduran jadi bikin loe repot,"
"Oo,itu,, yang semalem,,?!"
"Iya,, yang semalem, loe gue tinggal tidur, eh paginya gue udah ada dikamar aja ternyata,loe gendong gue??"tanya Gigi padaku.
"Iya,udah gak usah dipikirin, malah seneng bisa lihat kamu tidur, imut banget, cantik,"
"Tapi gue dibantu sama petugas hotel kok, gue gak sendirian mssuk kamar kamu, jadi semua aman. Aku gak ngapa-ngapain kamu semalem,"
"Percaya, percaya,, "ucap Gigi
"Ihh, kok senyum-senyum gitu, aku ngomong jujur nih gak bohong, eh tapi kalo senyum gitu kamu tambah cantik lho Gi,"
"Halah,, dasar gombal, mulut laki-laki sama semuanya manis banget,, hehehe"
"Sering digombalin ya, sampe kayak gitu ngomongnya,"
"Hahahaha, gak gitu. Cuma mengungkapkan kenyataannya,"
"Aku seneng ternyata kamu gak lupa kejadian semalam,"ucapku sambil memandang matanya, jantungku berdetak kencang dibuatnya.
"Ya gak mungkin lupa, kan baru semalem, emang gue amnesia mendadak apa, dasar,"
Gigi tampak bingung mendengar apa yang aku katakan tadi , kemudian dia malah tertawa.
"Kenapa, kok ketawa," tanyaku. Gigi terus tertawa renyah membuatku penasaran.
"Apaan sih Gi, ada yang salah ya,?? "
"Gak, bukan itu. Dari kemaren sejak pertama kali kita ketemu lagi loe sadar gak sih, kalo loe nyebut aku kamu terus, geli dengernya tau, agak aneh, hahahaha," ucap Gigi. Aku sendiri juga tidak sadar dengan topik yang dibicarakan oleh Gigi,memang letak masalahnya dimana.
"Emang salah ya, aku kamu loe gue, emang kenapa gak boleh,??" tanyaku ketus
"Gak kok, cuma belum terbiasa aja. Silahkan aja sih kalo loe mau manggil itu ke gue,"
"Nah,gitu dong. Udah dapet ijin berarti kan aku hehehe ,". Baru aku sadari memang agak lucu di dengar, tapi karena sudah terlanjur ya sudahlah. Apa mau dikata.
"Ehmm Gi, emang berapa lama lagi acaranya maksud aku acara pernikahannya," ucapku gugup
"Pastinya belum tahu kalo gak salah 4-5 bulan lagi, cepet ya, gue sendiri juga kaget,".ucapnya
Seketika badan ini terasa lemas lunglai seperti tulang lepas dari engsel, seperti tidak dapat merasakan kakiku sendiri sehingga aku terduduk di kursi. Saat mendengar apa yang menjadi jawaban Gigi, kata-kata yang tadi diucapkan Gigi membuatku begitu gelisah sepertinya tak banyak waktu lagi yang ku punya atau bahkan sama sekali tak punya waktu dan kesempatan untuk memiliki Gigi seutuhnya.
"Secepat itu ya ternyata, sayang sekali,huh."
"Apanya yang sayang Fi,?? "
"Fiuhhhhh,, gak kok, gak ada apa-apa," ucapku berbohong.
"Gi, boleh aku minta sesuatu dari kamu," ucapku lagi.
Gigi melihat ke arahku berusaha mengetahui apa yang aku pikirkan.
"Apa,?? "
"Peluk aku, mungkin aku lancang tapi aku ingin itu, maukah kamu mengabulkan permintaanku barusan"??
Gigi hanya bengong saja, tidak ada perkataan yang terucap, kemudian tanpa persetujuan dari Gigi aku menariknya kedalam tubuhku,aku dekap erat tubuh Gigi yang sudah berada di pelukan ku sekarang, awalnya Gigi tak membalas pelukan ku mungkin dia masih terheran-heran kenapa aku tiba-tiba bersikap seperti ini, tapi setelah kueratkan lagi pelukan ku, dia lalu membalasnya. Bagai sepasang kekasih yang meluapkan kerinduan tubuh kami seakan tak dapat terlepas. Ku pejamkan mata, kuletakkan kepalaku di dekat lehernya menikmati aroma tubuhnya, aroma yang tak pernah berubah dari pertama kali aku mengenalnya, keharuman tubuhnya yang membuatku tak ingin melepas pelukanku. Cukup lama aku tenggelam dalam perasaan ini setelah merasa puas kulepaskan perlahan pelukanku, lalu kutatap matanya yang indah ku pegang kedua lengannya, seakan tidak peduli dengan sekitar tanpa berlama-lama ku kecup bibirnya. Untuk kali ini ku buat Gigi senyaman mungkin dengan keadaan kami sekarang, tidak seperti kemarin, ku perlakukan dia dengan sangat amat lembut, kusibakkan rambutnya yang jatuh menutupi sebagian wajahnya karena hembusan angin, benar saja pelan-pelan Gigi mulai turut mengikuti apa yang aku lakukan, terlihat dia sudah menutup matanya menikmati setiap sentuhan yang aku berikan. Lalu kuangkat dagunya perlahan agar lebih leluasa mencium bibirnya. Seperti lepas kendali kami saling berbagi rasa lewat kecupan demi kecupan, merasakan setiap incinya.
"Terimakasih Gi, ucapku lirih disela aktifitas kami. Gigi membuka mata dan melepaskan ciuman kami karena dia mulai kehabisan nafas. Saat kembali sadar, kami berdua tersenyum tersipu malu mengingat apa yang barusan terjadi, tapi tubuh kami masih dalam keadaan berpelukan aku tidak ingin melepaskannya.
"Fi, tolong lepasin tangan loe,,"
"Eh iya, maaf Gi,, "ucapku gugup
"Woy kalian, gue cariin juga ngapain disini, berduaan lagi. Jangan-jangan kalian macem-macem ya,?? " ucap Nanda mengejutkan aku dan Gigi.
"Ee enggak ada apa-apa kok bro," ucapku
"Iya gak ngapa-ngapain,tadi cuma ngobrol aja," ucap Gigi sambil melihat ke arah ku. Aku dan Gigi gugup berusaha menutupi kelakuan kami tadi dengan berbohong lagi kepada Nanda.
"Oo gitu,, oh ya gimana menurut loe Fi, keren gak konsep pernikahan gue, apa mungkin loe punya masukan buat gue??"
"Ehm keren, keren banget malah, pasti para tamu undangan suka dengan suasananya, viewnya keren kok,"ucapku
"Syukurlah kalau begitu, gue sedikit lega, minimal bukan hanya gue yang bilang ini bagus," ucap Nanda.
"Nanda, yuk balik ke hotel, udah gak enak angin nya nih," ajak Gigi.
"Ya udah yuk,, ayo Fi, by the way makasih buat waktunya."
"Iya bro,sama-sama."
"Tapi, tadi loe beneran gak ngapa-ngapain kan,??"
"Eh, eh,, ya gak lah,"
Aku menggaruk kepalaku yang tak terasa gatal, mengikuti Nanda dan Gigi yang berjalan di depanku merasa bersalah tapi juga merasa bahagia di satu sisi yang lain. Oh Tuhan jangan biarkan Nanda tahu apa yang baru saja terjadi diantara aku dan Gigi, tidak ada maksud hati untuk menghancurkan rencana pernikahan walaupun aku bisa, di dalam hati aku menginginkan, akulah lelaki yang jadi pendamping hidupnya. Tapi ya sudahlah aku harus merelakan semua, kejadian tadi merupakan dosa termanis antara Gigi dan aku biarlah tetap menjadi rahasia cintaku selamanya.
Bersambung...
0 Response to "Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 13"
Post a Comment