
Cerbung
by : Rini Diah Mardiyati
Malam
tiba,
Aku mengetuk pintu kamar Gigi untuk mengajaknya makan malam,
Tok,, Tok
"Gigi,, yuk makan malam dulu,"
"Iya Fi, loe duluan aja, gue lagi beres-beres bentar lagi kelar ntar gue nyusul,"ucapnya
"Oo gitu, ya udah aku duluan, aku tunggu di meja makan ya, Mama juga udah ada, jangan lama-lama,"
"Okey,,. "
Aku pun berjalan duluan ke meja makan, disusul Gigi yang mengikutiku di belakang.
"Masakan Tante memang menggoda,,dari kamar aja udah enak baunya bisa gendut nih pulang dari sini hehehe,"
"Aduh, Gigi bisa aja, ini semua makanan yang Affi suka, mumpung dia dirumah, dan satu lagi Gi, kamu cepetan ambil karena bentar lagi pasti habis."ucap Mama sambil melirik padaku.
"Oo, gitu ya Tante, makan loe banyak juga ya Fi,,"
"Emang iya Gi, kenapa gak dihabisin rejeki makanan seenak ini, ya udah gak usah pake lama, sikat,,, "
Selama makan malam dan sampai saat mencuci piring kulihat Mama begitu nyaman mengobrol dengan Gigi, entah apa yang dibicarakan oleh mereka kadang sampai membuat Mama tertawa lepas, yang sebelumnya hilang sejak Papa pergi. Mama sangat menerima kedatangan Gigi, bertambahlah satu anak perempuan untuknya. Aku hanya bisa memandang dari tempat dudukku, sebuah pemandangan yang sangat indah melihat dua orang wanita yang aku cintai tertawa bersama. Daripada aku menganggu kutinggalkan saja mereka untuk menonton televisi di ruang tengah.
"Gi, Tante pamit pergi dulu ya," ucap Mama sambil mematut diri didepan kaca.
"Mau kemana Tante,?? "
"Ada pertemuan ibu-ibu warga sekompleks sebentar kalau butuh apa-apa bilang sama Affi aja ya Gi,,"
"Ma, yang anak Mama kan Affi, kenapa Gigi yang dipamitin sih,"keluh ku.
"Hahahaha, kok Affi ngomong gitu, ya udah, Affi anak Mama paling kasep,, Mama pergi dulu ya jangan lupa jagain Gigi,"
"Tu kan Gigi lagi ujungnya,,"
"Hehehe, udah ah, protes terus,Mama pergi ya Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," jawab ku bersamaan.
Selesai dari kegiatan mencuci piring Gigi lalu duduk di sofa ikut menonton televisi denganku.
"Nonton apa Fi,,?? "
"Gak tau nih, gak ada acara yang bagus, ehm kamu gak tidur,??"
"Belum ngantuk,, masih jam segini,, "
"Oo, gitu,,"
"Fi,, boleh nanya sesuatu,?? "
"Ya bolehlah Gi,, emang ada apa,??"ucapku sambil merubah posisi duduk menghadapnya.
"Bokap loe dimana,,udah malem gini belum pulang ato lagi dinas di luar kota ya, kok gak keliatan dari tadi," tanya Gigi. Aku tersenyum mendengarnya. Aku bangkit dan berjalan menuju satu gambar seorang pria yang tampak sangat gagah terpajang di dinding rumah, lalu aku menatapnya, membersihkannya dari debu dengan tanganku.
"Papaku udah meninggal Gi, dua tahun setelah aku dan keluarga pindah ke Bandung. Gara-gara kerjaan Papa yang begitu banyak, saking sibuknya Papa lupa istirahat, hari itu Papa kena serangan jantung, "
"Maaf ya Fi, aku gak bermaksud.,,"
"Santai aja kali Gi, kita semua udah ikhlas. Papa juga udah tenang disana. Lagian sekarang semua juga jauh lebih baik. Mama punya kesibukan jadi gak kesepian kalau ditinggal anak-anaknya bekerja dan kuliah,"
"Jadi, sekarang kamu yang jadi tulang punggung keluarga??"
"Yup,, "
"Loe kerja dimana Fi,??"
"Ehmm,, ".
Bingung mau menjawab apa karena tidak mungkin aku jujur tentang pekerjaanku sebagai pembalap liar, bahkan Mama dan Nanas pun tidak tahu tentang apa yang aku kerjakan beberapa tahun terakhir ini. Mereka tidak tahu menahu dari mana asal uang yang aku berikan untuk mencukupi semua kebutuhan sehari-hari dan untuk membayar biaya kuliah Nanas. Kalau mereka tahu aku mendapatkan uang itu dengan bertaruh nyawa pasti mereka tidak akan setuju.
"Aku kerja di salah satu cabang perusahaan milik bokapnya Irwan, makanya aku jadi kenal sama Irwan, dan kamu sendiri Gi, setelah balik dari luar negeri kegiatan kamu apa sekarang??
"Aku punya usaha kecil-kecilan di bidang fashion sama temen-temen, lumayan lah buat jajan,".
Entah kenapa aku ingin tertawa mendengar semua kata yang keluar dari mulutnya, aku mencoba menahan tawa saat mengobrol dengan Gigi.
"Kenapa sih Fi, ada yang lucu emangnya, muka aku belepotan sabun ya, habis nyuci piring tadi,?? "
"Iya, kamu tuh lucu. Bukan di muka kamu tapi di omongan kamu. Kemarin waktu di Bali kamu negur aku soal loe gue aku kamu tapi sekarang kamu juga gitu, kadang loe gue kadang aku kamu, maunya yang mana hehee." Gigi tersipu malu seperti biasa pipinya merona pink, dia baru menyadari bahwa dia juga sudah mulai merubah panggilan untukku dari loe gue ke aku kamu.
"Pilih salah satu Gi," ucapku pelan sambil memegang dagunya mengarahkan ke wajahku. Pipinya semakin memerah seperti tomat segar sangat bertolak belakang dengan warna kulitnya yang putih, aku sangat suka melihatnya malu-malu seperti ini. Dia wanita yang sangat cantik dimataku. Wajah kami semakin dekat, tatapan mataku hanya tertuju pada bola matanya, entah berapa kali kami di posisi ini. Dan...
"Tidak untuk malam ini Fi," ucap Gigi sambil berlalu pergi ke kamar menjauh dariku. Kulihat dia tersenyum puas melihat ekspresi wajah seseorang yang kecewa tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Gigi mempermainkan hatiku.
"Sudah malam, aku tidur dulu ya, good night Fi,,"ucapnya tersenyum, seolah-olah senyum itu untuk mengejek ku.
"Awas aja kamu Gi, huh dasar tuh anak merusak momen, tinggal sedikit lagi padahal. Gigi,, Gigi,, gak jadi mimpi indah malam ini,"gerutuku.
Aku mengetuk pintu kamar Gigi untuk mengajaknya makan malam,
Tok,, Tok
"Gigi,, yuk makan malam dulu,"
"Iya Fi, loe duluan aja, gue lagi beres-beres bentar lagi kelar ntar gue nyusul,"ucapnya
"Oo gitu, ya udah aku duluan, aku tunggu di meja makan ya, Mama juga udah ada, jangan lama-lama,"
"Okey,,. "
Aku pun berjalan duluan ke meja makan, disusul Gigi yang mengikutiku di belakang.
"Masakan Tante memang menggoda,,dari kamar aja udah enak baunya bisa gendut nih pulang dari sini hehehe,"
"Aduh, Gigi bisa aja, ini semua makanan yang Affi suka, mumpung dia dirumah, dan satu lagi Gi, kamu cepetan ambil karena bentar lagi pasti habis."ucap Mama sambil melirik padaku.
"Oo, gitu ya Tante, makan loe banyak juga ya Fi,,"
"Emang iya Gi, kenapa gak dihabisin rejeki makanan seenak ini, ya udah gak usah pake lama, sikat,,, "
Selama makan malam dan sampai saat mencuci piring kulihat Mama begitu nyaman mengobrol dengan Gigi, entah apa yang dibicarakan oleh mereka kadang sampai membuat Mama tertawa lepas, yang sebelumnya hilang sejak Papa pergi. Mama sangat menerima kedatangan Gigi, bertambahlah satu anak perempuan untuknya. Aku hanya bisa memandang dari tempat dudukku, sebuah pemandangan yang sangat indah melihat dua orang wanita yang aku cintai tertawa bersama. Daripada aku menganggu kutinggalkan saja mereka untuk menonton televisi di ruang tengah.
"Gi, Tante pamit pergi dulu ya," ucap Mama sambil mematut diri didepan kaca.
"Mau kemana Tante,?? "
"Ada pertemuan ibu-ibu warga sekompleks sebentar kalau butuh apa-apa bilang sama Affi aja ya Gi,,"
"Ma, yang anak Mama kan Affi, kenapa Gigi yang dipamitin sih,"keluh ku.
"Hahahaha, kok Affi ngomong gitu, ya udah, Affi anak Mama paling kasep,, Mama pergi dulu ya jangan lupa jagain Gigi,"
"Tu kan Gigi lagi ujungnya,,"
"Hehehe, udah ah, protes terus,Mama pergi ya Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," jawab ku bersamaan.
Selesai dari kegiatan mencuci piring Gigi lalu duduk di sofa ikut menonton televisi denganku.
"Nonton apa Fi,,?? "
"Gak tau nih, gak ada acara yang bagus, ehm kamu gak tidur,??"
"Belum ngantuk,, masih jam segini,, "
"Oo, gitu,,"
"Fi,, boleh nanya sesuatu,?? "
"Ya bolehlah Gi,, emang ada apa,??"ucapku sambil merubah posisi duduk menghadapnya.
"Bokap loe dimana,,udah malem gini belum pulang ato lagi dinas di luar kota ya, kok gak keliatan dari tadi," tanya Gigi. Aku tersenyum mendengarnya. Aku bangkit dan berjalan menuju satu gambar seorang pria yang tampak sangat gagah terpajang di dinding rumah, lalu aku menatapnya, membersihkannya dari debu dengan tanganku.
"Papaku udah meninggal Gi, dua tahun setelah aku dan keluarga pindah ke Bandung. Gara-gara kerjaan Papa yang begitu banyak, saking sibuknya Papa lupa istirahat, hari itu Papa kena serangan jantung, "
"Maaf ya Fi, aku gak bermaksud.,,"
"Santai aja kali Gi, kita semua udah ikhlas. Papa juga udah tenang disana. Lagian sekarang semua juga jauh lebih baik. Mama punya kesibukan jadi gak kesepian kalau ditinggal anak-anaknya bekerja dan kuliah,"
"Jadi, sekarang kamu yang jadi tulang punggung keluarga??"
"Yup,, "
"Loe kerja dimana Fi,??"
"Ehmm,, ".
Bingung mau menjawab apa karena tidak mungkin aku jujur tentang pekerjaanku sebagai pembalap liar, bahkan Mama dan Nanas pun tidak tahu tentang apa yang aku kerjakan beberapa tahun terakhir ini. Mereka tidak tahu menahu dari mana asal uang yang aku berikan untuk mencukupi semua kebutuhan sehari-hari dan untuk membayar biaya kuliah Nanas. Kalau mereka tahu aku mendapatkan uang itu dengan bertaruh nyawa pasti mereka tidak akan setuju.
"Aku kerja di salah satu cabang perusahaan milik bokapnya Irwan, makanya aku jadi kenal sama Irwan, dan kamu sendiri Gi, setelah balik dari luar negeri kegiatan kamu apa sekarang??
"Aku punya usaha kecil-kecilan di bidang fashion sama temen-temen, lumayan lah buat jajan,".
Entah kenapa aku ingin tertawa mendengar semua kata yang keluar dari mulutnya, aku mencoba menahan tawa saat mengobrol dengan Gigi.
"Kenapa sih Fi, ada yang lucu emangnya, muka aku belepotan sabun ya, habis nyuci piring tadi,?? "
"Iya, kamu tuh lucu. Bukan di muka kamu tapi di omongan kamu. Kemarin waktu di Bali kamu negur aku soal loe gue aku kamu tapi sekarang kamu juga gitu, kadang loe gue kadang aku kamu, maunya yang mana hehee." Gigi tersipu malu seperti biasa pipinya merona pink, dia baru menyadari bahwa dia juga sudah mulai merubah panggilan untukku dari loe gue ke aku kamu.
"Pilih salah satu Gi," ucapku pelan sambil memegang dagunya mengarahkan ke wajahku. Pipinya semakin memerah seperti tomat segar sangat bertolak belakang dengan warna kulitnya yang putih, aku sangat suka melihatnya malu-malu seperti ini. Dia wanita yang sangat cantik dimataku. Wajah kami semakin dekat, tatapan mataku hanya tertuju pada bola matanya, entah berapa kali kami di posisi ini. Dan...
"Tidak untuk malam ini Fi," ucap Gigi sambil berlalu pergi ke kamar menjauh dariku. Kulihat dia tersenyum puas melihat ekspresi wajah seseorang yang kecewa tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Gigi mempermainkan hatiku.
"Sudah malam, aku tidur dulu ya, good night Fi,,"ucapnya tersenyum, seolah-olah senyum itu untuk mengejek ku.
"Awas aja kamu Gi, huh dasar tuh anak merusak momen, tinggal sedikit lagi padahal. Gigi,, Gigi,, gak jadi mimpi indah malam ini,"gerutuku.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
**Fi,
cepat kembali race baru akan dimulai minggu
depan. **
Pesan masuk dari Om John yang dikirim semalam tapi baru aku buka pagi ini. Ku balas pesannya bahwa aku akan segera kembali dalam dua hari. Tak lama Om John membalas, dia mengiyakan isi pesanku. Aku tidak bisa tidur lagi, aku pun terbangun dari ranjang dan membuka jendela kamarku, disambut udara Bandung yang dingin, sejuk,dan menyegarkan, kulihat jam dinding di kamar menunjukkan pukul setengah enam pagi. Aku mencuci muka kemudian keluar dari kamar kulihat Mama sudah sibuk di dapur.
"Pagi Ma,"ucapku sambil mengambil air putih
"Pagi Aa, mau kemana pagi-pagi begini udah bangun,?? "
"Mau olahraga dulu Ma, lari keliling komplek, kangen juga pengen nikmatin suasana pagi di sekitar komplek,,maaf kemarin Affi tidur duluan gak nunggu Mama pulang."
"Iya,gapapa Aa,, udah gih berangkat keburu ilang segernya,"
"Aa pamit ya,,"
"Iya,, "
Lari berkeliling komplek rumah pun cukup membuatku mengeluarkan keringat, diterpa hawa dingin pun tak menyurutkanku untuk terus berlari. Banyak bangunan baru dan orang baru di komplek rumah, satu dua putaran sudah terlampaui setelah dirasa cukup kuputuskan untuk pulang karena matahari sudah keluar dari peraduannya. Sampai di rumah aku mengambil ember dan perlengkapan yang lain di gudang belakang untuk mencuci mobil sekalian capeknya, karena masih dalam rangka olahraga pagi, jadi kucuci mobil Gigi.
"Rajin banget nih pagi-pagi,".
Suara wanita mengagetkan ku yang ternyata suara Gigi. Ku balikan badan ke arah rumah, kulihat Gigi berdiri dan di tangannya sudah membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu.
"Udah bangun ternyata tuan putri,kirain masih tidur, eh sarapan buat siapa tuh,??
"Gak tau, tadi Mama kamu yang nyuruh bawain ini kesini, ya udah aku bawa lagi deh ke dalem,"
"Eh kok dibawa lagi, "
"Salah sendiri tinggal makan aja susah amat pake ngatain orang."
"Hehehe, iya maaf ya,, enak juga ya kayak gini. Dibawain sarapan udah kayak suami istri, ya gak Gi,"ucapku sambil mendekat padanya.
"Huu, ngomongin apa sih jadi ngelantur kamu, udah buruan habisin sarapannya habis itu mandi, bau asem."
"Namanya juga olahraga Gi, oh iya besok aku harus kembali bekerja. Kamu siap-siap ya kita besok pulang ke Jakarta."
"Okey, kalau gitu aku masuk dulu ya,"ucapnya sambil bangkit dari tempat duduk, Kuraih tangan Gigi.
"Terima kasih buat sarapan dan pagi yang indah ini Gi,"
"Sama-sama,".
Gigi melemparkan senyumnya yang manis padaku, kalau melihat dia seperti itu ingin rasa hati memeluknya, gemes, tapi apalah daya. Cuci mobil selesai, sarapan juga sudah selesai, setelah mengembalikan semua peralatan ke gudang lalu aku masuk rumah pergi ke kamar dan mandi. 15 menit berlalu, selesai mandi aku menemui Mama untuk memberitahu bahwa besok aku harus kembali ke Jakarta. Mama terkejut tapi mau apalagi karena memang anaknya harus pergi bekerja walaupun Mama masih kangen. Tapi sebelum itu aku ingin mengajak Mama dan Gigi untuk jalan-jalan ke mall hari ini sekedar membeli sesuatu.
"Affi emang gak bisa pulangnya ditunda, kan baru nyampe, dua hari lagi ya,, Gigi tolong bujuk Affi dong,"
"Mau dibujuk Gigi kayak apa juga, Affi tetep harus pulang, nanti kalau ada waktu pasti Affi pulang Ma."
"Iya Tante, benar kata Raffi, itu kan masalah kerjaan, Gigi juga gak bisa apa-apa,"
"Terus kapan pulang lagi,?? "
"Ehm, secepatnya lah pokoknya Ma,,"
"Affi mah tukang bohong. "
"Hehehe,, biar gak sedih yuk pergi belanja, mau kan pasti,??"
"Ya maulah,, "ucap Mama.
"Hemm, kalo belanja aja pasti langsung semangat,"
"Ihh, kamu jangan gitu sama Mama sendiri, yuk siap-siap,"ujar Gigi.
depan. **
Pesan masuk dari Om John yang dikirim semalam tapi baru aku buka pagi ini. Ku balas pesannya bahwa aku akan segera kembali dalam dua hari. Tak lama Om John membalas, dia mengiyakan isi pesanku. Aku tidak bisa tidur lagi, aku pun terbangun dari ranjang dan membuka jendela kamarku, disambut udara Bandung yang dingin, sejuk,dan menyegarkan, kulihat jam dinding di kamar menunjukkan pukul setengah enam pagi. Aku mencuci muka kemudian keluar dari kamar kulihat Mama sudah sibuk di dapur.
"Pagi Ma,"ucapku sambil mengambil air putih
"Pagi Aa, mau kemana pagi-pagi begini udah bangun,?? "
"Mau olahraga dulu Ma, lari keliling komplek, kangen juga pengen nikmatin suasana pagi di sekitar komplek,,maaf kemarin Affi tidur duluan gak nunggu Mama pulang."
"Iya,gapapa Aa,, udah gih berangkat keburu ilang segernya,"
"Aa pamit ya,,"
"Iya,, "
Lari berkeliling komplek rumah pun cukup membuatku mengeluarkan keringat, diterpa hawa dingin pun tak menyurutkanku untuk terus berlari. Banyak bangunan baru dan orang baru di komplek rumah, satu dua putaran sudah terlampaui setelah dirasa cukup kuputuskan untuk pulang karena matahari sudah keluar dari peraduannya. Sampai di rumah aku mengambil ember dan perlengkapan yang lain di gudang belakang untuk mencuci mobil sekalian capeknya, karena masih dalam rangka olahraga pagi, jadi kucuci mobil Gigi.
"Rajin banget nih pagi-pagi,".
Suara wanita mengagetkan ku yang ternyata suara Gigi. Ku balikan badan ke arah rumah, kulihat Gigi berdiri dan di tangannya sudah membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu.
"Udah bangun ternyata tuan putri,kirain masih tidur, eh sarapan buat siapa tuh,??
"Gak tau, tadi Mama kamu yang nyuruh bawain ini kesini, ya udah aku bawa lagi deh ke dalem,"
"Eh kok dibawa lagi, "
"Salah sendiri tinggal makan aja susah amat pake ngatain orang."
"Hehehe, iya maaf ya,, enak juga ya kayak gini. Dibawain sarapan udah kayak suami istri, ya gak Gi,"ucapku sambil mendekat padanya.
"Huu, ngomongin apa sih jadi ngelantur kamu, udah buruan habisin sarapannya habis itu mandi, bau asem."
"Namanya juga olahraga Gi, oh iya besok aku harus kembali bekerja. Kamu siap-siap ya kita besok pulang ke Jakarta."
"Okey, kalau gitu aku masuk dulu ya,"ucapnya sambil bangkit dari tempat duduk, Kuraih tangan Gigi.
"Terima kasih buat sarapan dan pagi yang indah ini Gi,"
"Sama-sama,".
Gigi melemparkan senyumnya yang manis padaku, kalau melihat dia seperti itu ingin rasa hati memeluknya, gemes, tapi apalah daya. Cuci mobil selesai, sarapan juga sudah selesai, setelah mengembalikan semua peralatan ke gudang lalu aku masuk rumah pergi ke kamar dan mandi. 15 menit berlalu, selesai mandi aku menemui Mama untuk memberitahu bahwa besok aku harus kembali ke Jakarta. Mama terkejut tapi mau apalagi karena memang anaknya harus pergi bekerja walaupun Mama masih kangen. Tapi sebelum itu aku ingin mengajak Mama dan Gigi untuk jalan-jalan ke mall hari ini sekedar membeli sesuatu.
"Affi emang gak bisa pulangnya ditunda, kan baru nyampe, dua hari lagi ya,, Gigi tolong bujuk Affi dong,"
"Mau dibujuk Gigi kayak apa juga, Affi tetep harus pulang, nanti kalau ada waktu pasti Affi pulang Ma."
"Iya Tante, benar kata Raffi, itu kan masalah kerjaan, Gigi juga gak bisa apa-apa,"
"Terus kapan pulang lagi,?? "
"Ehm, secepatnya lah pokoknya Ma,,"
"Affi mah tukang bohong. "
"Hehehe,, biar gak sedih yuk pergi belanja, mau kan pasti,??"
"Ya maulah,, "ucap Mama.
"Hemm, kalo belanja aja pasti langsung semangat,"
"Ihh, kamu jangan gitu sama Mama sendiri, yuk siap-siap,"ujar Gigi.
Setelah bersiap-siap kami masuk ke mobil menuju
tempat tujuan kami. Namanya juga wanita kalau sudah belanja ya sama saja, Mama
dan Gigi larut dalam dunia mereka. Tapi aku bahagia melihatnya karena Gigi
terlihat menyayangi Mama selayaknya ibunya sendiri. Seharian berada di mall tak
terasa hari sudah gelap saatnya untuk pulang ke rumah, dan beristirahat.
Pukul 8
pagi,
Kami bersiap pulang ke
Jakarta karena aku harus menjalani race yang dimulai minggu depan, sesuai
permintaan Om John bahwa aku harus cepat kembali. Sedari pagi mobil sudah ku
siapkan. Aku cek keadaan mesin, oli, dan lain-lain setelah selesai lalu aku
pergi mandi. 30 menit kemudian aku yang sudah berpakaian rapi keluar dari
kamar, tak lama Gigi menyusul keluar kamar juga, semua sudah siap sepertinya.
"Udah siap Gi,,?? "
"Udah,,"
Aku kembali ke dalam rumah mengangkat semua barang memastikan tidak ada yang tertinggal, saat sibuk memasukkan koper ke dalam bagasi mobil ku lihat Gigi masih mengobrol dengan Mama di teras rumah.
"Gigi sayang titip Raffi ya nak, baru kamu wanita yang diajak Raffi kesini. Itu berarti kamu wanita spesial buat Affi, jagain Affi, ingatkan dia agar istirahat,"
"Iya Tante,"ucap Gigi.
"Kamu juga jangan lupa main kesini lagi yaa, biar tante ada temennya, kamu juga belum ketemu Nanas kan,"
"Pasti Gigi maen kesini lagi, Tante. "
Mama dan Gigi pun berpelukan, saatnya berpamitan.
"Udah mellow-mellow nya, yuk Gi berangkat keburu macet jalanan, Affi pamit dulu Ma, Mama jaga kesehatan telpon Affi kalau ada apa-apa," ucapku, Kupeluk dan ku cium kening Mama.
"Gigi pulang dulu Tante,"
"Iya hati-hati kalian. Affi jangan ngebut,"pesan Mama sambil mengusap air matanya
"Aduh Mama kenapa nangis, cengeng banget sih, " ucapku kesal karena Mama terlalu berlebihan
"Raffiiii,"bentak Gigi padaku
"Iya, maaf." ucapku
"Sini Affi peluk, jangan nangis nanti kalo Affi libur pasti pulang, jangan sedih lagi dong, muahh," Kucium pipi Mama
"Iya,"
"Gigi pamit ya Tante,, Assalamualaikum," sambil mencium tangan Mama
"Waalaikumsalam, hati-hati,"
Kunyalakan mesin dan mobil pun keluar dari pekarangan rumah, kulambaikan tangan ke arah Mama, begitu pula Gigi.
"Udah siap Gi,,?? "
"Udah,,"
Aku kembali ke dalam rumah mengangkat semua barang memastikan tidak ada yang tertinggal, saat sibuk memasukkan koper ke dalam bagasi mobil ku lihat Gigi masih mengobrol dengan Mama di teras rumah.
"Gigi sayang titip Raffi ya nak, baru kamu wanita yang diajak Raffi kesini. Itu berarti kamu wanita spesial buat Affi, jagain Affi, ingatkan dia agar istirahat,"
"Iya Tante,"ucap Gigi.
"Kamu juga jangan lupa main kesini lagi yaa, biar tante ada temennya, kamu juga belum ketemu Nanas kan,"
"Pasti Gigi maen kesini lagi, Tante. "
Mama dan Gigi pun berpelukan, saatnya berpamitan.
"Udah mellow-mellow nya, yuk Gi berangkat keburu macet jalanan, Affi pamit dulu Ma, Mama jaga kesehatan telpon Affi kalau ada apa-apa," ucapku, Kupeluk dan ku cium kening Mama.
"Gigi pulang dulu Tante,"
"Iya hati-hati kalian. Affi jangan ngebut,"pesan Mama sambil mengusap air matanya
"Aduh Mama kenapa nangis, cengeng banget sih, " ucapku kesal karena Mama terlalu berlebihan
"Raffiiii,"bentak Gigi padaku
"Iya, maaf." ucapku
"Sini Affi peluk, jangan nangis nanti kalo Affi libur pasti pulang, jangan sedih lagi dong, muahh," Kucium pipi Mama
"Iya,"
"Gigi pamit ya Tante,, Assalamualaikum," sambil mencium tangan Mama
"Waalaikumsalam, hati-hati,"
Kunyalakan mesin dan mobil pun keluar dari pekarangan rumah, kulambaikan tangan ke arah Mama, begitu pula Gigi.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Hari sudah menjelang siang saat aku dan Gigi sampai di Jakarta,jalanan sangat macet disebabkan oleh ulah mahasiswa yang berdemo entah dalam rangka apa, kalau saja mereka tahu aturannya pasti tidak akan timbul kemacetan. Aku hanya bisa mendumel sendiri di mobil karena seperti sebelumnya, Gigi, sang tuan putri kesayanganku, tertidur saat perjalanan tapi untuk kali ini dengan terpaksa aku harus membangunkannya karena aku tidak tahu alamat rumah Gigi, bagaimana caranya mengantarkan orang tanpa tahu alamat rumahnya. Itulah yang terjadi sekarang. Aku tidak akan sampai di rumahnya kalau aku tidak bertanya padanya.
"Gigi,, bangun, Gi,,"
Ku sentuh tangannya agar dia tidak terlalu kaget saat bangun nanti. Tapi dia tidak bangun juga. Aku mengulanginya lagi tidak bangun juga. Aku tidak tega kalau harus menggoyangkan badannya agar terbangun, dia memang sulit dibangunkan itulah salah satu persamaan dari kami berdua, kulihat baik-baik wajahnya yang sangat amat cantik saat memejamkan mata. Kupandang saja terus menerus sampai puas, dan sang empunya wajah pun mulai terbangun dari tidurnya. Dia mengucek-ngucek matanya.
Hoahmmm,,
"Ya Tuhan Raffi, kamu bikin aku kaget aja, kenapa kamu ngeliatin aku gitu, sana agak jauhan, ini kenapa juga mobil berhenti,??"
"Kamu gak berniat jahat kan sama aku Fi,"ucapnya lagi
"Idih, apaan sih, ngaco aja ngomongnya. Aku berhenti karena aku mau nanya alamat rumah kamu tapi kamu masih tidur, aku bangunin dari tadi tapi kamunya masih merem, makanya aku tungguin, kalo mau macem-macem udah dari kemarin kali aku lakuin." ucapku enteng.
"Eits, awas aja kalo kamu berani macem-macem sama aku,"
"Ya gak lah, cepetan kasih tau, keburu meleleh nih panas banget,'ucapku
"Oo gitu, kirain, kan mencegah lebih baik takutnya emang kayak gitu. Ehhm alamat rumah aku di bla bla bla, "ucapnya memberitahuku.
"Okey bos, udah kamu tidur aja lagi, nanti kalo udah nyampe aku bangunin,dan aku gak akan berbuat apa yang kamu takutin, tenang aja."
"Hehehe, tapi kamu emang tau alamat itu,?? "
"Gampang itu mah, kalo gak ketemu tinggal tanya ke orang, beres kan, udah kamu tidur lagi deh,"
"Siap bos, hehehe, gantian ngomongnya Fi."
Kulanjutkan aktifitas menyetirku hari ini, menuju rumah Gigi. Di tengah perjalanan, ada panggilan masuk entah dari siapa kumenepi kembali dan mengambil ponselku dari kantong celana.
"Halo,, iya Om,, Raffi udah ada di Jakarta, mungkin agak sorean Om,, baik Om. Sampai ketemu nanti Om,"
"Telepon dari siapa Fi,," tanya Gigi mengejutkan
"Lho kok bangun, keganggu ya sama suara aku, maaf ya Gi,"
"Gak kok, emang aku udah pengen bangun aja, udah pegel semua ini badan dari tadi tidur terus, tadi siapa Fi,"
"Ada deh, mau tau aja hehehe,"
"Huuu,, dasar. "
Sreetttttt,,
Mobil berhenti di depan rumah berpagar tinggi yang termasuk mewah menurutku, ini kali pertama aku berkunjung ke rumah Gigi. Untung saja tidak nyasar, dan tidak perlu bertanya pada orang karena rumah Gigi tepat berada di pinggir jalan besar, kami bersiap untuk turun. Gigi menelepon orang rumahnya untuk membuka gerbang agar kami bisa masuk, tak lama ada orang yang keluar dan pintu gerbang rumah Gigi terbuka. Aku memasukkan mobil Gigi ke garasi, kemudian aku bergerak ke belakang mobil membuka bagasi mengambil barang-barang kami.
"Gi, ini koper kamu mau diletakin dimana,??tanyaku
"Disini aja biar nanti Pak Bambang yang angkat keatas,"
"Pak Bambang...."panggil Gigi
Pak Bambang pun menghampiri kami,
"Tolong bawa koper saya ke kamar ya, terima kasih."
"Baik Non, mari Mas,, "
"Ini pak kopernya," ucapku
"Yuk, masuk dulu Fi,." Ucap Gigi sambil berjalan masuk ke rumah. Kulihat ke jam dinding di ruang tamu Gigi,hari sudah hampir sore rupanya aku teringat janjiku pada Om John. Tapi aku tidak enak harus pergi sekarang tanpa mampir dulu. Baru selangkah aku memasuki ruangan rumah Gigi tiba-tiba ponselku kembali berbunyi pasti panggilan dari Om John. Benar saja dugaanku saat aku lihat di layar telepon ku memang telepon tersebut dari Om John sepertinya aku harus segera pergi sekarang.
"Ehm Gi, aku langsung pulang aja ya, nanti kalo ada waktu aku main kesini deh,"
"Kenapa buru-buru,, ada urusan lain,?? "
"Hehehe iya Gi, gak papa kan, nanti selesai urusannya aku langsung hubungi kamu, kan aku udah punya nomor kamu,"
"Emang harus sekarang perginya, gak mau minum ato makan dulu, kan baru nyampe!? "
"Lain kali ya Gi, kamu gak bosen apa udah beberapa hari ini ngeliat mukaku terus,hehehe??"
"Sedikit,, hehehe,"
"Oo, jadi gitu ya, emang aku cowok yang ngebosenin,, maaf kalo aku gak kayak Nanda, yang bisa buat suasana seru bisa bikin kamu nyaman dan senyum terus,"
"Ihh, kok gitu ngomongnya, becanda kali Fi,"
"Kalo serius juga gapapa kok,"
"Dengerin dulu aku ngomong, tadi itu cuma becanda Fi. Aku berani sumpah tadi gak beneran. Aku juga gak ada maksud apa-apa. Lagian kamu gak bisa banding-bandingin satu orang sama orang lainnya. Semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan perlu kamu tau, kamu lebih dari Nanda,"
"Masa sih,,"
"Iya Fi,, "
Sebetulnya aku hanya berpura-pura marah dihadapan Gigi, aku hanya ingin melihat respon darinya, bagaimana kalau aku sedang bersikap seperti itu tapi aku tidak menyangka bahwa Gigi akan seekspresif itu. Aku sangat bahagia mendengarnya tapi aku masih harus menyembunyikan perasaan bahagia ini dengan tetap diam berpura-pura marah seperti sebelumnya. Stay cool.
"Kok kamu diem, marah ya,ayo lah Fi jangan kayak gitu,tadi kan udah aku jelasin semuanya,"ucapnya memohon.
"Hahahaha, hahahaha,, satu sama Gi,, wek,, kena kamu,, aku kibulin kamu, hahahaha,,".
Akhirnya aku tak bisa menahan tertawaku lebih lama lagi, aku tidak sanggup melihatnya bersikap memohon seperti itu, terlalu lucu ekspresi wajahnya.
"Kamu mah gitu,," ucapnya kesal.
"Biarin, ini balasannya,"
"Balasan apa coba,"
"Balasan karena kamu orang yang tertawa paling kenceng waktu aku ngira kamu yang jadi calon istrinya Nanda tempo hari, hehehe, sekarang kita impas."
"Dasar,, temen macem apa loe Raffi Ahmad,,"
"Ihh, kok balik ke loe gue,, kenapa jadi kamu yang sewot,, ya udah aku pulang aja kalo gitu, bye,,"
"Kamu mau dianter Pak Bambang gak,??ucap Gigi menghentikan langkahku.
"Hemm, gak konsisten banget jadi orang, loe gue aku kamu, dasar cewek, kamu takut ya kalo aku marah beneran terus pergi, ya kan ngaku aja,??"
"Bodo amat,, dari kemaren ngomongin itu terus, cepetan jawab nanti aku panggilin pak Bambang kalo kamu mau. "
"Gak usah aku naik taksi aja Gi,tapi terimakasih atas tawarannya, aku pulang dulu ya," ucapku seraya mendekat kearah Gigi. Aku sibakkan rambutnya, melihat wajahnya, mulai dari ujung dahi sampai ke ujung dagunya, aku habiskan waktu tersisa untuk menatapnya.
"Kamu ngapain sih,?? "
"Ngeliatin kamu."
"Iya tau tapi kenapa sampai segitunya ngeliatin aku,??"
"Ya gak ada maksud apa-apa,emang ada larangannya, emang ada yang marah,"
Aku meraih tangannya.
"Aku janji bakal kesini lagi," Kucium tangan yang sedang ku genggam saat ini. Gigi mencibirkan bibirnya, mau tidak mau dia harus mengijinkan ku.
"Iya-iya, udah sana pulang, katanya ada urusan, sebelum aku berubah pikiran nih,"
"Yah, malah diusir sekarang,,"
"Udah sana, bye Fi,,. "ucap Gigi sambil mendorong tubuhku.
"Bye Gi,, boleh cium??"
"No,,."ucap Gigi tegas.
"Iya-iya, galak banget sih tuan putri,aku pulang yaa,,"
Kuusap rambutnya, sebagai ungkapan rasa bahwa aku sangat sayang padanya walaupun belum benar-benar terucap dari mulutku. Taksi pesananku sudah datang, Gigi mengantar sampai di depan gerbang, kulambaikan tangan dan berlalu dari hadapannya. Liburan yang menyenangkan walaupun bukan dalam arti liburan sebenarnya, tapi aku sangat bahagia. Satu bagian dari hatiku sudah kembali, ruang kosong yang dulu ada akan segera terisi. Aku semakin semangat menjalani hari-hari berikutnya.
Hari sudah menjelang siang saat aku dan Gigi sampai di Jakarta,jalanan sangat macet disebabkan oleh ulah mahasiswa yang berdemo entah dalam rangka apa, kalau saja mereka tahu aturannya pasti tidak akan timbul kemacetan. Aku hanya bisa mendumel sendiri di mobil karena seperti sebelumnya, Gigi, sang tuan putri kesayanganku, tertidur saat perjalanan tapi untuk kali ini dengan terpaksa aku harus membangunkannya karena aku tidak tahu alamat rumah Gigi, bagaimana caranya mengantarkan orang tanpa tahu alamat rumahnya. Itulah yang terjadi sekarang. Aku tidak akan sampai di rumahnya kalau aku tidak bertanya padanya.
"Gigi,, bangun, Gi,,"
Ku sentuh tangannya agar dia tidak terlalu kaget saat bangun nanti. Tapi dia tidak bangun juga. Aku mengulanginya lagi tidak bangun juga. Aku tidak tega kalau harus menggoyangkan badannya agar terbangun, dia memang sulit dibangunkan itulah salah satu persamaan dari kami berdua, kulihat baik-baik wajahnya yang sangat amat cantik saat memejamkan mata. Kupandang saja terus menerus sampai puas, dan sang empunya wajah pun mulai terbangun dari tidurnya. Dia mengucek-ngucek matanya.
Hoahmmm,,
"Ya Tuhan Raffi, kamu bikin aku kaget aja, kenapa kamu ngeliatin aku gitu, sana agak jauhan, ini kenapa juga mobil berhenti,??"
"Kamu gak berniat jahat kan sama aku Fi,"ucapnya lagi
"Idih, apaan sih, ngaco aja ngomongnya. Aku berhenti karena aku mau nanya alamat rumah kamu tapi kamu masih tidur, aku bangunin dari tadi tapi kamunya masih merem, makanya aku tungguin, kalo mau macem-macem udah dari kemarin kali aku lakuin." ucapku enteng.
"Eits, awas aja kalo kamu berani macem-macem sama aku,"
"Ya gak lah, cepetan kasih tau, keburu meleleh nih panas banget,'ucapku
"Oo gitu, kirain, kan mencegah lebih baik takutnya emang kayak gitu. Ehhm alamat rumah aku di bla bla bla, "ucapnya memberitahuku.
"Okey bos, udah kamu tidur aja lagi, nanti kalo udah nyampe aku bangunin,dan aku gak akan berbuat apa yang kamu takutin, tenang aja."
"Hehehe, tapi kamu emang tau alamat itu,?? "
"Gampang itu mah, kalo gak ketemu tinggal tanya ke orang, beres kan, udah kamu tidur lagi deh,"
"Siap bos, hehehe, gantian ngomongnya Fi."
Kulanjutkan aktifitas menyetirku hari ini, menuju rumah Gigi. Di tengah perjalanan, ada panggilan masuk entah dari siapa kumenepi kembali dan mengambil ponselku dari kantong celana.
"Halo,, iya Om,, Raffi udah ada di Jakarta, mungkin agak sorean Om,, baik Om. Sampai ketemu nanti Om,"
"Telepon dari siapa Fi,," tanya Gigi mengejutkan
"Lho kok bangun, keganggu ya sama suara aku, maaf ya Gi,"
"Gak kok, emang aku udah pengen bangun aja, udah pegel semua ini badan dari tadi tidur terus, tadi siapa Fi,"
"Ada deh, mau tau aja hehehe,"
"Huuu,, dasar. "
Sreetttttt,,
Mobil berhenti di depan rumah berpagar tinggi yang termasuk mewah menurutku, ini kali pertama aku berkunjung ke rumah Gigi. Untung saja tidak nyasar, dan tidak perlu bertanya pada orang karena rumah Gigi tepat berada di pinggir jalan besar, kami bersiap untuk turun. Gigi menelepon orang rumahnya untuk membuka gerbang agar kami bisa masuk, tak lama ada orang yang keluar dan pintu gerbang rumah Gigi terbuka. Aku memasukkan mobil Gigi ke garasi, kemudian aku bergerak ke belakang mobil membuka bagasi mengambil barang-barang kami.
"Gi, ini koper kamu mau diletakin dimana,??tanyaku
"Disini aja biar nanti Pak Bambang yang angkat keatas,"
"Pak Bambang...."panggil Gigi
Pak Bambang pun menghampiri kami,
"Tolong bawa koper saya ke kamar ya, terima kasih."
"Baik Non, mari Mas,, "
"Ini pak kopernya," ucapku
"Yuk, masuk dulu Fi,." Ucap Gigi sambil berjalan masuk ke rumah. Kulihat ke jam dinding di ruang tamu Gigi,hari sudah hampir sore rupanya aku teringat janjiku pada Om John. Tapi aku tidak enak harus pergi sekarang tanpa mampir dulu. Baru selangkah aku memasuki ruangan rumah Gigi tiba-tiba ponselku kembali berbunyi pasti panggilan dari Om John. Benar saja dugaanku saat aku lihat di layar telepon ku memang telepon tersebut dari Om John sepertinya aku harus segera pergi sekarang.
"Ehm Gi, aku langsung pulang aja ya, nanti kalo ada waktu aku main kesini deh,"
"Kenapa buru-buru,, ada urusan lain,?? "
"Hehehe iya Gi, gak papa kan, nanti selesai urusannya aku langsung hubungi kamu, kan aku udah punya nomor kamu,"
"Emang harus sekarang perginya, gak mau minum ato makan dulu, kan baru nyampe!? "
"Lain kali ya Gi, kamu gak bosen apa udah beberapa hari ini ngeliat mukaku terus,hehehe??"
"Sedikit,, hehehe,"
"Oo, jadi gitu ya, emang aku cowok yang ngebosenin,, maaf kalo aku gak kayak Nanda, yang bisa buat suasana seru bisa bikin kamu nyaman dan senyum terus,"
"Ihh, kok gitu ngomongnya, becanda kali Fi,"
"Kalo serius juga gapapa kok,"
"Dengerin dulu aku ngomong, tadi itu cuma becanda Fi. Aku berani sumpah tadi gak beneran. Aku juga gak ada maksud apa-apa. Lagian kamu gak bisa banding-bandingin satu orang sama orang lainnya. Semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan perlu kamu tau, kamu lebih dari Nanda,"
"Masa sih,,"
"Iya Fi,, "
Sebetulnya aku hanya berpura-pura marah dihadapan Gigi, aku hanya ingin melihat respon darinya, bagaimana kalau aku sedang bersikap seperti itu tapi aku tidak menyangka bahwa Gigi akan seekspresif itu. Aku sangat bahagia mendengarnya tapi aku masih harus menyembunyikan perasaan bahagia ini dengan tetap diam berpura-pura marah seperti sebelumnya. Stay cool.
"Kok kamu diem, marah ya,ayo lah Fi jangan kayak gitu,tadi kan udah aku jelasin semuanya,"ucapnya memohon.
"Hahahaha, hahahaha,, satu sama Gi,, wek,, kena kamu,, aku kibulin kamu, hahahaha,,".
Akhirnya aku tak bisa menahan tertawaku lebih lama lagi, aku tidak sanggup melihatnya bersikap memohon seperti itu, terlalu lucu ekspresi wajahnya.
"Kamu mah gitu,," ucapnya kesal.
"Biarin, ini balasannya,"
"Balasan apa coba,"
"Balasan karena kamu orang yang tertawa paling kenceng waktu aku ngira kamu yang jadi calon istrinya Nanda tempo hari, hehehe, sekarang kita impas."
"Dasar,, temen macem apa loe Raffi Ahmad,,"
"Ihh, kok balik ke loe gue,, kenapa jadi kamu yang sewot,, ya udah aku pulang aja kalo gitu, bye,,"
"Kamu mau dianter Pak Bambang gak,??ucap Gigi menghentikan langkahku.
"Hemm, gak konsisten banget jadi orang, loe gue aku kamu, dasar cewek, kamu takut ya kalo aku marah beneran terus pergi, ya kan ngaku aja,??"
"Bodo amat,, dari kemaren ngomongin itu terus, cepetan jawab nanti aku panggilin pak Bambang kalo kamu mau. "
"Gak usah aku naik taksi aja Gi,tapi terimakasih atas tawarannya, aku pulang dulu ya," ucapku seraya mendekat kearah Gigi. Aku sibakkan rambutnya, melihat wajahnya, mulai dari ujung dahi sampai ke ujung dagunya, aku habiskan waktu tersisa untuk menatapnya.
"Kamu ngapain sih,?? "
"Ngeliatin kamu."
"Iya tau tapi kenapa sampai segitunya ngeliatin aku,??"
"Ya gak ada maksud apa-apa,emang ada larangannya, emang ada yang marah,"
Aku meraih tangannya.
"Aku janji bakal kesini lagi," Kucium tangan yang sedang ku genggam saat ini. Gigi mencibirkan bibirnya, mau tidak mau dia harus mengijinkan ku.
"Iya-iya, udah sana pulang, katanya ada urusan, sebelum aku berubah pikiran nih,"
"Yah, malah diusir sekarang,,"
"Udah sana, bye Fi,,. "ucap Gigi sambil mendorong tubuhku.
"Bye Gi,, boleh cium??"
"No,,."ucap Gigi tegas.
"Iya-iya, galak banget sih tuan putri,aku pulang yaa,,"
Kuusap rambutnya, sebagai ungkapan rasa bahwa aku sangat sayang padanya walaupun belum benar-benar terucap dari mulutku. Taksi pesananku sudah datang, Gigi mengantar sampai di depan gerbang, kulambaikan tangan dan berlalu dari hadapannya. Liburan yang menyenangkan walaupun bukan dalam arti liburan sebenarnya, tapi aku sangat bahagia. Satu bagian dari hatiku sudah kembali, ruang kosong yang dulu ada akan segera terisi. Aku semakin semangat menjalani hari-hari berikutnya.
Bersambung...
0 Response to "Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 15"
Post a Comment