Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 14


Cerbung by : Rini Diah Mardiyati

Hari ini aku harus checkout dari hotel, karena aku harus segera kembali menepati janjiku kepada Mama untuk pulang menemuinya sudah terlalu lama merantau jadi aku tidak bertemu beliau, belum punya waktu untuk pulang lebih tepatnya. Seharusnya minggu kemarin aku pulang, karena aku ditugaskan untuk jadi panitia pernikahan Irwan-Zaskia jadilah aku membatalkan kepulanganku tersebut. Selesai berkemas dan mengecek kembali barang-barangku yang akan aku bawa pulang, lalu aku segera keluar kamar menuju kamar Gigi untuk sekedar berpamitan sebelum ke bandara yah walaupun aku bukan siapa-siapa baginya setidaknya dia mengetahui bahwa aku hari ini pulang.
Ting,, Pintu lift pun terbuka sambil membawa barang-barangku aku keluar dari lift, tak sengaja aku melihat pemandangan yang tidak pantas aku lihat, aku sangat terkejut dengan apa yang ada di depan mataku. Nanda berpelukan mesra dengan seorang wanita tapi bukan Gigi bahkan dia mencium wanita itu, wanita yang tidak aku kenal. Ingin ku hampiri lelaki brengsek itu dan memberinya pelajaran, sungguh tega Nanda mengkhianati seorang wanita baik-baik seperti Gigi, tak bersyukurkah dia memiliki Gigi yang sudah cantik parasnya juga cantik hatinya sehingga bermain hati dengan wanita lain. Apalagi dia melakukannya di tempat umum, apa kata orang yang tahu soal pernikahannya dengan Gigi. Tidak habis pikir dibuatnya. Tapi kuurungkan niat lebih baik aku memberi tahu Gigi terlebih dahulu biarkan saja dia melihat sendiri kelakuan calon suaminya itu. 
"Beb, kamu emang the best, thanks for everything,, ini semua seperti yang aku mau,sorry ya kalo aku datengnya lama, aku kangen banget sama kamu,,"
"Apalagi aku beb, aku lebih lebih lebih kangen sama kamu, aku juga disini sibuk ngurusin ini itu, jadi maaf kalo gak punya banyak waktu buat kamu,"
"It's okey beb,,anyway ada reward nih buat kamu, mau??"
"Apa tuh hadiahnya beb,??"
Cup,, wanita itu mencium pipi Nanda, nafasku menderu cepat, Ya Tuhan tolong redam amarah hamba jangan biarkan kaki tangan ini menyentuh dan menyakiti tubuh teman hamba. Aku masih bertahan dibalik tembok saat Nanda membalas ciuman teman wanitanya itu dengan sangat amat mesra. Rasanya ingin aku benar-benar menghampirinya, memukulnya sampai babak belur, hingga wajah tampannya itu dipenuhi dengan luka karena pukulanku, tentu saja sangat memuaskan bukan, memiliki sesuatu untuk jadi pelampiasan kemarahan agar hati ini lega, apalagi sesuatu itu yang telah membuat kita kesal. Mendengarkan percakapan diantara dua orang yang tidak tahu malu tadi membuatku semakin emosi lebih baik aku meninggalkan mereka dan menuju kamar Gigi . Ku ketuk pintu kamar Gigi, tak lama pintunya pun terbuka muncullah Gigi dari balik pintu sejurus kemudian langsung kutarik tangannya agar mengikutiku, aku sudah terlalu terbawa emosi sampai-sampai barang-barang milikku, aku tinggalkan di depan pintu kamar Gigi. Apa yang aku ketahui harus diketahui oleh Gigi juga ,tidak mungkin aku akan rela melepaskan wanita yang aku sayangi menikah dengan orang jahat dan brengsek macam Nanda, sebelum semuanya terlambat aku harus menyelamatkannya, aku tidak mau Gigi tersakiti. 
"Fi, loe mau bawa gue kemana sih,eh ini tangan loe,, hei lepasin sakit tangan gue, Raffi,, "teriaknya 
Namun tak ku hiraukan. Ku bawa dia ke tempat dimana Nanda berada bersama teman wanitanya tadi. 
"Gi, kamu lihat di sana," ucapku, ku tunjuk ke arah dua orang yang sedang bermesraan. Gigi spontan melihat ke arah mana tanganku menuju. Gigi nampak terkejut sama seperti responku tadi. Sejenak dia terdiam lalu... 
"Jessica, " 
"Nagita,". 
Gigi berlari ke arah Nanda dan teman wanitanya. Mereka berdua berpelukan seperti teman lama yang baru bertemu kembali. Aku merasa bingung dibuatnya, rasa marahku hilang seketika. Apa yang terjadi. Sebenarnya siapa wanita ini kenapa Gigi tidak marah melihat wanita ini bermesraan dengan calon suaminya. Kenapa Gigi malah menyambut baik kedatangan wanita itu. 
"Aaaaaa kangen gue sama loe ,"ucap Gigi 
"Apa kabar loe, makin seksi aja Jess,"
"Sama gue juga kangen banget sama loe, Ah bisa aja, loe juga tambah imut aja Gi," ucap wanita itu sambil tersenyum padaku seakan memberi salam. Semakin bingung aku dibuatnya. Kenapa mereka berdua seperti mengenal satu sama lain. Dan kenapa wanita itu terus tersenyum kepadaku, aku jadi benar-benar terlihat bodoh tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. 
"Aduh-aduh yang lama gak ketemu, heboh banget." kata Nanda membuyarkan lamunan ku. "
"Fi, loe kenapa, melongo gitu muka loe,"?? tanya Gigi 
"Hah, apa Gi,, ehm aku gak kenapa-napa kok," jawab ku. 
"Eh iya Fi loe masih inget Jessica gak, temen SMA kita. Anak kelas sebelah, satu angkatan kita,"Nanda bertanya 
Kucoba mengingat tapi sama sekali aku tidak merasa kenal sebelumnya dengan wanita ini. 
"Kamu inget Raffi kan beb,?? "tanya Nanda 
"Masih beb, mukanya gak banyak berubah dari waktu dulu kita SMA,,ya kan Gi, "ucap Jessica. 
"Iya Jess,," 
"Sorry, bukan maksud gak sopan, gue gak inget bro,hehehe,"ucapku 
"Payah loe Fi,, ini Jessica temen kita yang sering jadi juara umum disekolah masa loe lupa sih, tapi ya udahlah yang penting udah ketemu dan sekarang kenalin, ini dia calon istri gue, calon pendamping hidup gue."ucap Nanda dengan bangga. 
Apaaaaa,, hanya kata itu yang ada di benakku.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Hahahaha jadi loe kira calon istri gue itu Gigi Fi,hahahah,, aduh bro, loe bikin gue sakit perut nih,"
"Iya nih beb, aku juga, ketawa terus dari tadi hahahaha,"
Setelah kejadian memalukan tadi kami berkumpul di coffee shop hotel dan mereka semua masih terus saja tertawa. 
"Ehm iya bro, ya begitulah pokoknya,"jawabku polos disambut dengan tawa mereka kembali termasuk Gigi yang kudengar paling nyaring suaranya. 
"Makanya dari tadi aku tuh ajak senyum si Raffi ehh malah dia cemberut aja mukanya ternyata dia lupa sama aku Beb," ucap Jessica. 
"Sorry ya Jess, "ucapku 
"Antara lupa sama emosi Jess, jadinya ya kayak tadi, nih tangan gue jadi korban, "ucap Gigi
"Loe pasti ngira gue selingkuh sama Nanda, iya kan,?? "
"Hehehe iya Jess," 
"Ya Tuhan, liatin mukanya Raffi Gi, aduh sakit perut gue, hahahaha,"ucap Jessica 
"Begini Fi, minggu lalu sesampainya gue di Singapore Gigi sms gue ngasih tau ada tempat bagus buat resepsi disini, ya udah gue samperin trus gue minta tolong dia buat nemenin disini selama Jessica belum bisa kesini, betul begitu Gi,". 
Gigi hanya menganggukkan kepala sembari terus menerus tertawa, menertawakan kebodohan ku. Kebodohan yang aku buat sendiri karena salah telah terburu-buru mengambil kesimpulan sendiri, bahwa Gigi lah yang akan menikah dengan Nanda. Aku bersyukur bukan Gigi yang akan menikah dengan Nanda setidaknya masih ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Yah walaupun terlihat begitu memalukan tapi ya sudahlah yang terpenting aku lega mengetahui kebenarannya.
"Udah puas ketawanya,,?? "
"Udah kok,, hehehe," 
"Jadi loe balik hari ini Fi,??" tanya Nanda. 
"Jadi bro, tadi sih tujuan gue mau pamit ke loe sama Gigi eh malah sekarang jadi malu begini, "ucapku sambil tersenyum. 
"Checkout jam berapa Fi,"tanya Jessica 
"Gak lama sekitar dua jam lagi lah kira-kira Jess," 
"Cepet banget, padahal baru ketemu ya Fi, sejak kabar loe pindah sekolah waktu itu,"
"Udah gak usah bahas itu nanti ada yang ngambek lagi, " canda ku sambil melirik Gigi, Gigi pun memanyunkan bibirnya. 
"hahahah, ya udah kalo gitu gue tinggal dulu deh, mau ngajak Jessica lihat venue kemaren," ucap Nanda 
"Buru-buru banget bro "
"Iya Fi,, harus buru-buru, masih banyak lagi yang perlu diurusin," 
"Iya Fi, nanti loe juga ngerasain gimana ribetnya mau nikah," ucap Jessica 
"Yuk beb, kalian berdua jangan lupa dateng ke nikahan gue ya,"ucap Nanda
"Yuk,, bye Gi, bye Fi, "ucap Jessica sambil berlalu. 
"Bye Jess,," jawab Gigi. 
Tertinggal aku dan Gigi hanya berdua sekarang, aku coba membuka obrolan dengannya, 
"Tangan kamu masih sakit Gi, sini coba aku liat,,"
"Gak kok, tadi cuma mau bikin suasana lebih lucu aja, gak papa kok tangan gue,, merah dikit ntar juga ilang sendiri,"
"Maaf yaa, eh kamu kapan pulang,?" tanyaku lembut pada Gigi, ku dekatkan tubuhku padanya. 
"Loe kenapa, tadi aja mukanya bete, sekarang jadi senyum-senyum sendiri, jangan-jangan loe mau aneh-aneh lagi ya, curiga gue sama loe Fi,"
"Emang gak boleh senyum, senyum kan ibadah,"
"Bukan masalah ibadahnya tapi perubahan ekspresi nya yang gue curigai."
"Udah gak usah bahas itu, kamu kapan pulang,??"
"Berhubung Jessica udah dateng, itu berarti urusan gue udah selesai disini. Kalau gak hari ini mungkin besok pagi."
"Bareng sama aku aja hari ini, gimana, aku urusin soal tiket pesawat dan lain-lain deh, kamu duduk manis aja nanti tinggal berangkat,"
"Makin curiga nih gue," keluh Gigi sambil menjauh 
"Apaan sih, ditawarin bantuan loh ini, curiga aja daritadi, mau gak,"tanyaku lagi. Gigi tampak berpikir sejenak. 
"Okey kalau loe gak keberatan,"
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Semua barang-barang sudah masuk bagasi mobil, semua sudah dicek kembali takut ada yang tertinggal, lalu aku menghampiri Gigi yang menungguku di lobby hotel memberitahu kalau semua sudah siap, waktunya untuk pulang. Aku dan Gigi lalu masuk mobil bersiap untuk menuju ke bandara. Setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya aku bersemangat kembali untuk mendapatkan hatinya, menemukan kembali cintaku yang pernah hilang, cintaku yang belum pernah aku perjuangkan, cinta Gigi. Tak akan ku sia-siakan kesempatan kedua ini. 
Di dalam mobil, 
"Kamu ngantuk ya Gi, udah tidur aja nanti kalo udah sampe bandara aku bangunin,apa mau aku peluk biar enak tidurnya kayak semalem,?"goda ku. 
"Apaan sih loe, huuu dasar mesum,"
"Beneran gak mau nih tapi kok pipinya merah,"
"Nih merah nih,"ucap Gigi kesal sambil menjewer kuping ku. 
"Aww, sakit tau Gi, kenapa tangan kamu masih sekuat dulu sih, cantik-cantik tenaga kuli,"gerutu ku 
"Apa,, loe bilang apa tadi,??"tanya Gigi dengan wajah sangar
"Gak, aku gak bilang apa-apa,". ucapku. Sungguh tak ku sangka aku dan Gigi bisa berada di satu mobil yang sama, bersenda gurau padahal sebelumnya untuk melihatku saja Gigi tidak mau, kini semua keadaan sudah berbalik. Gigi sudah siap untuk menerima kedatanganku di dalam kehidupannya lagi. Sambil menunggu sampai ke tempat tujuan kami berdua pun tertidur.
Sesampainya di bandara kami terburu-buru masuk ke pesawat karena ternyata sudah sangat terlambat, jalan menuju bandara sangat amat macet hari ini, kami sempat cemas akan sampai di bandara tepat waktu atau tidak. Saat sampai di pintu pemeriksaan, petugas bandara menyuruh kami agar sesegera mungkin masuk pesawat, karena pesawat sudah harus berangkat tidak lama lagi,aku raih tangan Gigi dan menggenggamnya erat agar tidak terlepas dariku ketika berlari, untung saja masih keburu kalau tidak kami berdua bisa ketinggalan pesawat, dan perjalanan pun dimulai. Sekitar 1 jam 40 menit kami berada diantara awan, pesawat kemudian mendarat dengan selamat dan sekarang kami sudah tiba kembali di Jakarta. Gigi juga sudah tampak segar setelah tidur di pesawat tadi, aku membantu membawa koper miliknya berjalan keluar menuju area parkir bandara. Sementara menunggu, kuambil ponselku di saku celana untuk mengabari orang rumah. 
"Halo Assalamualaikum Ma, Affi udah di Jakarta ini langsung mau ke Bandung,mau dibawain apa,,Oo gitu,iya Ma,,ya udah. Waalaikumsalam."
"Jadi selama ini loe tinggal di Bandung,??tanya Gigi dan berdiri di samping ku. 
Pertanyaan Gigi selama ini akhirnya terjawab tanpa dia harus bertanya langsung padaku. Aku lihat dia kembali diam, entah apa yang ada dibenaknya, aku tidak bisa membaca pikirannya karena biasanya aku bisa tahu dari sorot matanya saja. Tapi karena sekarang Gigi sedang menggunakan kacamata jadi aku hanya bisa menduga mungkin masih ada rasa sedih dan kecewa yang tersisa dihatinya. 
"Iya Gi, aku pindah ke Bandung. Ehm kamu dijemput supir atau naik taksi?? "ucapku mencoba mengalihkan perhatiannya, aku tidak ingin keadaan kembali seperti sebelumnya. 
"Dijemput supir," jawabnya pelan. Tersirat kekecewaan di jawaban Gigi. 
"Yuk, aku temenin nunggu supir kamu sini kopernya, ehm kamu pasti laper, bentar ya aku kesana dulu."
Karena perjalanan yang begitu lama, perut ini sudah mulai protes minta diisi, kutinggalkan Gigi sebentar untuk mencari sekedar cemilan dan minuman untuk menahan lapar. Tidak lama aku sudah kembali ditempat aku meninggalkan Gigi tadi, dan memberikan makanan yang aku beli. 
"Ini Gi,, makan dulu,, minumnya aku taruh sini ya,"
"Iya,, terimakasih,"
Kami berdua menunggu supir Gigi sembari menyantap makanan,30 menit lamanya menunggu tibalah mobil jemputan Gigi, supir Gigi langsung menghampiri tempat kami menunggu, ku bantu mengangkat kopernya kedalam bagasi setelah semua barang-barang tertata rapi di bagasi lalu ku persilakan Gigi untuk masuk ke mobil. Saatnya berpisah tapi untuk sementara waktu tentunya, semoga secepatnya akan ada masa dimana bisa untuk berjumpa lagi. Saat ingin masuk ke mobil langkah Gigi berhenti dan tubuhnya berbalik ke arahku. 
"Fi,gue boleh ikut ke Bandung??"tanya Gigi. 
"Maksud kamu,??"
Aku terkejut mendengar perkataan Gigi, apakah aku harus mengiyakan permintaannya atau tidak, kami baru saja sampai di Jakarta tapi bukannya pulang ke rumahnya dulu tapi dia malah mau ikut ke Bandung. Aku tidak enak dengan keluarganya tapi di sisi lain aku juga tidak mau berpisah secepat ini dengannya. Aku menganggukkan kepala tanda setuju, aku mengiyakan keinginannya, dan dia tampak tersenyum bahagia, dia begitu senang mendapati aku mengabulkan apa yang dia inginkan. 
"Pak Bambang pulangnya naik taksi ya, biar temen saya saja yang bawa mobilnya, loe gak capek kan Fi nyetir sendiri ke Bandung,"ucapnya 
"Memang Non mau pergi lagi, udah ijin sama Nyonya belum,??"tanya Pak Bambang.
"Nanti biar saya telepon Mama, sekarang Pak Bambang pulang saja, dan ini ongkosnya,"
"Baik Non, ini kuncinya, saya pulang dulu Non,"ucap Pak Bambang. 
"Iya Pak, terimakasih, hati-hati Pak,"
"Iya Non,"
"Tangkap Fi ,"ucap Gigi sambil melempar kunci mobilnya. Ku tangkap dengan sempurna lemparan kunci darinya. 
"Silahkan Non," ucapku meniru kan Pak Bambang sambil membuka pintu. 
"Terima kasih Pak Raffi," balasnya. 
"Sudah siap Gi,?? "
"Siap,, let's go,,."
Dan perjalanan ke Bandung pun dimulai, sepanjang jalan kami habiskan dengan mengobrol, banyak topik bisa kami bahas, sampai ketika kudapati Gigi sudah lelap tertidur disampingku, dia mudah sekali tertidur dimanapun tempatnya, tinggal aku seorang diri yang terjaga di dalam mobil saat ini. Di tengah perjalanan Gigi terbangun karena terjadi sedikit goncangan akibat polisi tidur yang baru saja aku lewati. 
"Hoahmm, udah nyampe Fi, sory gue ketiduran ya,"
"Gak papa, santai aja kali, yah sebenarnya sih tinggal sebentar lagi mungkin 30 menit lagi, tapi,, "
"Tapi apa Fi,,? "
"Tapi sepertinya akan lebih dari itu," ucapku sambil menunjuk ke jalanan yang macet. Aku menepuk jidat ku sendiri kemudian menghela nafas panjang. 
"Nikmatin ajalah Fi, gak di Jakarta gak di Bandung macet semua," ucapnya seraya menghidupkan radio,
"Biar gak terlalu bosen di perjalanan mari sejenak menghibur diri hehehe,"ucapnya. 
"Bisa aja kamu Gi, boleh lah biar gak stres karena macet."
Mengalun sebuah lagu romantis dari radio yang membuatku menjadi sedikit salah tingkah, ku lirik Gigi yang coba mengalihkan perhatiannya ke arah jalan, tapi aku tahu dia juga merasakan hal yang sama, aku dan Gigi menjadi kikuk. 
"Ehm lagunya bagus ya Gi,cocok. "
"Maksudnya cocok,??"ucap Gigi
"Cocok buat nemenin macet-macetan kayak gini,"ucapku berdalih. 
"Oo, iya juga sih,"jawab Gigi yang mengalihkan perhatian kembali ke arah jendela. 
Cuaca diluar yang sedikit mendung dan hawa kota Bandung yang sejuk membuatku terhanyut dalam suasana. Kuraih tangan lembut Gigi lalu kugenggam tangannya, sentuhan tanganku barusan membuatnya kaget sontak saja dia berbalik. Hembusan nafasnya mengenai wajahku karena saat ini jarak kami tidak begitu jauh paling hanya hitungan sejengkal tangan saja. Mata kami bertemu, cukup lama kami saling menatap, tanganku refleks menyentuh pipinya yang merona pink, sangat menggoda. Lalu ku usap-usap dengan perlahan pipi halus miliknya, Gigi memejamkan matanya pertanda dia juga menyukainya. Sewaktu tanganku sampai di bibirnya kemudian aku lanjutkan dengan meraba lembut bibirnya, Gigi menghentikan gerakan tanganku malah tangannya yang berbalik menyentuh bibirku. 
"Kali ini biar aku yang memulai,". ucapnya. 
Kurasakan tubuh Gigi bergerak, matanya lurus menatap ke mataku dan wajahnya pun sudah terlalu dekat jarak diantara kami sangat intim dan dia mulai menciumku, membuatku mataku terbelalak, sedikit terkejut tapi rasa itu sirna berganti dengan rasa nikmat. Aku hanya bisa diam seraya menikmati saja apa yang dilakukan Gigi, biarkan dia yang mengambil alih untuk kali ini. 
Tin,, tin,, bunyi klakson mobil membuat kami terkejut, saking asyiknya kami lupa kalau sedang berada di jalan. Aku dan Gigi pun tertawa bersamaan. 
"Iya-iya maaf," ucapku pada pengemudi lain. Ku lihat ke arah Gigi yang nampak sedang merapikan lipstiknya,dia tampak tersenyum malu-malu. 
"Terimakasih ya Gi," ucapku, 
Dan hanya satu anggukan kepala respon yang ku terima darinya. Aku kembali memegang setir mobil dan melanjutkan perjalanan menuju rumah dengan hati berbunga-bunga.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Tiba di sebuah rumah sederhana bercat putih berhalaman tidak begitu luas itulah rumahku. Aku matikan mesin mobil dan kami pun turun. Kupersilakan Gigi untuk duluan karena aku mengurus barang-barang kami, kemudian aku pun menyusulnya.
Tok,, Tok 
"Assalamualaikum," ucap kami berbarengan. 
"Waalaikumsalam," 
Terdengar ada suara jawaban dari dalam rumah, suara yang cukup lama kudengar hanya melalui sambungan telepon saja, pintu pun terbuka. 
"Ya Allah Affi anak Mama," 
"Iya ini Affi Ma,, "
Kucium tangan beliau lalu aku pun dipeluk erat olehnya sepertinya Mama begitu rindu dengan anak laki-laki nya ini, sekian lama tidak bertemu hanya bisa memandangi fotonya saja saat rasa itu melanda. Di tengah suasana melepas rindu antara ibu dan anak, pelukan Mama mulai merenggang, perhatian Mama berpaling pada satu sosok yang lain. Mama terkejut melihat ada seorang wanita cantik yang sedari tadi hanya diam berdiri di belakangku. Gigi pun mendekat dan meraih tangan Mama. 
"Assalamualaikum Tante,". 
Mama masih terlihat bingung sesekali beliau melirik ku mencari jawaban. 
"Kenalin Ma, ini Nagita temen SMA Affi waktu di Jakarta dulu, dia kesini mau numpang tidur karena rumahnya kebanjiran,"canda ku disusul pukulan Gigi ke arah lengan ku. 
"Oh,begitu, beneran yang dibilang Affi nak Nagita, silahkan kalo memang mau tinggal di sini, tidak apa-apa jangan sungkan," ucap Mama polos. 
"Hahahaha," tertawaku dengan kepolosan Mama 
"Bukan Tante,, Raffi cuma asal ngomong aja, saya kesini mau silaturahmi sama Tante dan keluarga,"ucap Gigi. 
"Affi mah keterlaluan becandanya sama Nagita, gak boleh ah becandaan kayak gitu lagi,"
"Iya, maaf Ma,,"
"Tapi ini beneran temen Affi,? "ucap Mama lagi. 
"Maksud Mama,"??. Aku dan Gigi bingung mendengar pertanyaan Mama barusan. 
"Memangnya kenapa Tante,??" tanya Gigi 
"Iya Ma, kenapa tanya gitu, masa iya Affi bawa orang yang gak Affi kenal datang ke rumah,"
"Ehm Mama kira ini calon Affi atau kalau gak pacar Affi gitu, cantik banget soalnya, sopan lagi, cocok banget sama Affi,"ucap Mama. 
Gigi hanya menyunggingkan senyum simpul di wajahnya saat mendengar perkataan Mama. Aku pun jadi salah tingkah sendiri, mau bilang iya tapi bukan, bilang bukan tapi hampir, bingung sendiri jadinya. Kujawab pertanyaan Mama dengan senyum penuh arti, tenang saja Ma keinginan Mama akan Affi wujudkan. Affi akan berusaha, itu niat yang terlintas di dalam benakku, semoga tercapai. Amin. 
"Ya udah yuk masuk dulu, berat nih,"ucapku. 
"Oh iya sampai lupa, keasyikan ngobrol soalnya, ayo nak Nagita masuk tadi Tante udah masak tapi harap maklum cuma masakan rumah biasa, sederhana sekali."
"Panggil Gigi saja Tante, biar lebih akrab. Ah tidak apa-apa Tante, saya juga suka masakan rumahan, lebih enak daripada masakan restoran." 
"Gigi?? panggilannya lucu ya hehehe, ya sudah kalo suka dihabiskan ya Gi," kata Mama Amy
"Beres Tante,,"
"Affi ayo makan dulu, bareng Gigi juga ni, ada tamu malah Aa sibuk sendiri, gimana sih Aa mah," 
"Iya-iya Mah," ucapku sambil mendekat ke meja makan 
"Ma, Nanas kapan pulang, bukannya dia pulang satu minggu sekali,?? tanyaku 
"Nanas udah pulang kemaren, karena dia ada ujian akhir katanya minggu ini. Lagian Aa juga main batalin pulangnya minggu kemaren. Nanas ngambek tuh,"kata Mama lagi 
"Ya mau gimana lagi Ma, emang gak bisa kalo minggu kemaren, kan Affi udah kasih tau alasannya,."
"Nanas,?? ", ucap Gigi bingung 
"Nanas itu adek aku, Syahnas nama lengkapnya. Dia lagi kuliah di luar kota Gi," jelasku. Gigi mengangguk tanda mengerti. 
"Iya Gi, Nanas adek nya Raffi satu-satunya jadi maklum lah kalo manja sering ngambekan anaknya,"
"Tapi nganggenin sih sebenarnya, hehehe, " ucapku 
"Sini piring nya Aa, mau makan apa biar Mama ambilin,, ayo nak Gigi tambah lauk nya jangan sungkan,"
"Iya Tante, "
Selesai makan aku mengantar Gigi ke ruang tamu untuk beristirahat melepas lelah. 
"Ini kamar kamu, maaf kalo kecil tapi bersih kok, lumayanlah buat tidur, mau jungkir balik juga bisa sih, kalo mau hehehehe," 
"Apaan sih, gak lucu,, yang penting bisa tidur aja udah cukup, lagian nyaman kok suasananya. Ehm mendingan loe juga istirahat, pasti capek kan seharian dijalan."
"Syukurlah kalo kamu suka, ya udah istirahat gih, aku juga mau istirahat dulu, bye Gi,"ucapku sambil menutup pintu kamar. 
"Bye Fi,,.".
Bersambung...

Related Posts :

0 Response to "Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 14"

Post a Comment