Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 19


Cerbung by : Rini Diah Mardiyati

Perayaan kemenanganku kali ini tidak seperti biasanya, itupun atas permintaanku. Aku tidak mau ada asap rokok, alkohol dan musik dari disc jockey. Aku menginginkan perayaan yang benar-benar terasa hangat layaknya bertemunya sebuah keluarga besar. Hanya ada acara kumpul-kumpul berbincang-bincang satu sama lainnya sambil menikmati hidangan yang tersaji. Perayaan kali ini bertempat di kediaman Om Tommy yang kebetulan beliau sedang berada di Jakarta hari ini, sejenak meluangkan waktunya untuk hadir di acaraku malam ini. Bisa dibilang inilah perayaan kemenangan terakhirku di dunia balap liar, sesuai dengan apa yang telah aku sampaikan kepada Om John. Jadi, malam ini adalah acara pesta perayaan kemenangan sekaligus pesta perpisahan untukku. Senang rasanya sudah pernah berkumpul dengan orang-orang ini yang sedari titik nol kami bersama-sama. Bekerja dan berjuang bersama-sama dengan orang-orang hebat. Mewujudkan cita-cita bersama, mempunyai minat yang sama didukung kemampuan dan tingkat profesional yang memadai. The perfect memories. Satu fase dalam hidup yang akan selalu aku ingat. Bahwa karena mereka semua lah aku menemukan jati diri sebagai seorang laki-laki. Aku bisa mencari nafkah untuk keluargaku dan menyekolahkan adik perempuanku dengan pekerjaan ini. Akan selalu aku ingat bagaimana pertama kalinya aku bertemu Om John, Om John yang melihat dan menemukan bakat ku. Dan kemudian sejak saat itu dan seiring waktu berjalan aku mulai terlibat di dalamnya. Sekarang ini aku sedang berdiri dan menyapu pandangan ke arah mereka semua. Di tengah lamunanku, tiba-tiba saja temanku menghampiri dan memberi tahu bahwa Om Tommy ingin bertemu. Ternyata Om Tommy ingin memberi selamat atas keberhasilanku yang untuk kesekian kalinya memenangkan balapan. 
"Halo Fi,lagi-lagi selamat buat kamu,, kamu memang hebat, saya sudah mendengar semuanya dari tim,,"
"Terimakasih banyak Om, itu semua juga berkat dukungan semua tim yang hebat,"
"Ya, ya,, semuanya hebat kalau begitu, ayo silahkan nikmati hidangan yang ada Fi,, enjoy the party."
"Iya Om,terimakasih tapi, ehm, Om boleh minta waktunya sebentar,ada yang saya ingin bicarakan dengan Om, hal yang penting,"ucapku. 
"Disini saja Fi,,memang apa hal yang penting itu,?? "
"Tentang pilihan hidup saya yang baru Om," 
Om Tommy melihatku dengan lekat tanpa ekspresi. Seakan-akan sudah mengetahui apa yang terjadi, tatapan beliau membuatku semakin gugup. Keringat dingin mulai bercucuran menghiasi wajahku walaupun kami sedang berada di ruangan berAC sekarang. Lebih menakutkan daripada sewaktu berbicara dengan Om John. Beliau mulai bergerak maju mengajakku masuk ke ruang kerjanya dan aku hanya mengikutinya dari belakang. Setelah sampai di dalam Om Tommy mempersilahkan aku duduk. 
"Apa yang kamu mau omongin Fi, langsung saja??"
"Ehm, sebelumnya saya minta maaf kalau yang ingin saya sampaikan nanti membuat Om marah tapi,, "
"Sudahlah, to the point aja, "ucapnya memotong perkataanku. 
"Saya ingin meminta pekerjaan di perusahaan Om," 
"Maksud kamu?? kamu ingin bekerja kantoran??begitu Fi?? 
"Iiya Om, bukan maksud Raffi melupakan jasa Om selama ini tapi sudah lama saya berbohong pada keluarga tentang pekerjaan saya selama ini."
Dalam hati, aku hanya mampu berdoa semoga Om Tommy tidak marah dan mengusirku dari hadapannya, aku juga tak berani menatap langsung mata beliau. Aku menundukkan wajahku. Perasaan berkecamuk didada, aku berada di posisi yang sangat sulit. Sesungguhnya aku benar-benar tidak ingin membuat Om Tommy kecewa akan keputusanku tapi di sisi lain ini sudah menjadi tekad yang kuat dalam hidupku. Aku akan menerima apapun respon yang diberikan oleh Om Tommy,walaupun itu sebuah tamparan atau pukulan sekalipun. 
"Hahahaha, Hahahaha,, "
Suara apa itu kenapa ada suara orang yang sedang tertawa terbahak-bahak, apa aku sedang berhalusinasi saat ini. Mungkin benar, dikarenakan aku sedang berada di situasi yang merasa sangat tertekan jadi pikiranku tidak jelas arahnya. Tapi tunggu, suara itu aku mengenalnya, ya aku tahu suara itu, semakin lama suara itu semakin terdengar sangat dekat dan sangat jelas. Aku pun mengangkat wajahku. 
"Om John,,??" 
Aku terkejut mendapati Om John sudah berada di satu ruangan yang sama dengan kami. 
"Hahahaha, ayo, ayo, silahkan duduk John. Kasihani lah anak muda hebat yang ada di depan kita ini, mukanya sudah mulai pucat sekarang, apalagi keringatnya hahahaha",ucapnya 
"Sebenarnya apa yang terjadi disini Om,??"tanyaku 
"Begini Fi,, John sudah memberi tahu Om kalau kamu ingin berhenti balapan dan Om setuju-setuju saja karena memang kita tidak pernah memiliki kontrak tertulis untuk itu, dan untuk pekerjaan yang kamu minta, Om juga sudah siapkan. Besok pagi temui Om di kantor jangan telat."jelas Om Tommy. 
"Jadi, Om menerima keputusan saya,?? "
"Iya Fi, saya menerimanya." 
"Terimakasih banyak Om, terimakasih,,". Saking bahagianya aku berlari memeluk Om Tommy dan tak lupa ke Om John juga. Om John sudah seperti ayah bagiku, beliau lah yang mengisi figur seorang ayah setelah Papa pergi. 
"Tapi dengan satu syarat Fi," ucap Om Tommy lagi membuatku bertanya-tanya. 
"Kalau saya sanggup pasti saya penuhi Om,"
"Pertemukan kami dengan wanitamu itu, secepatnya."
"Pasti Om, pasti." ucapku gembira. 
Lebih dari sekedar perasaan lega, entah apa namanya,tapi hanya rasa syukur yang tidak terkira. Ternyata tidak sesulit dengan apa yang selama ini aku bayangkan. Begitu bahagia rasanya aku mempunyai keluarga baru yang begitu mengerti dan menyayangiku. Menghargai setiap apa yang menjadi keinginanku tanpa harus meminta timbal balik dari semua ini. Sangat tulus. Benar kata pepatah tak perlu sedarah untuk menjadi sebuah keluarga.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Keesokan harinya, 
Aku sudah bersiap untuk pergi ke kantor. Ini hari pertamaku masuk sebagai pekerja kantoran, aku berdandan sangat rapi setelan jas celana hitam kemeja putih dan tak lupa dasi warna biru gelap. Itu semua outfit ku pagi ini, cocok juga ternyata. Terlihat lebih berkelas. Ku langkahkan kaki menuju receptionist untuk menanyakan apakah Om Tommy sudah tiba, tapi kata receptionist kantor Om Tommy tidak ditempat. Mendadak beliau harus pergi ke luar kota mengurus bisnisnya pagi-pagi tadi. Beliau hanya meninggalkan pesan bahwa aku harus menemui Pak Indra. Aku pun langsung diantar menuju ruangan Pak Indra oleh salah satu staf kantor tersebut. Pak Indra adalah tangan kanan, atau orang kepercayaan Om Tommy. Dia juga yang akan jadi mentor sekaligus bos selama Om Tommy tidak berada di kantor.
"Selamat pagi Pak Indra,"
"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu,?? "
"Saya Raffi Ahmad, saya mendapat pesan dari Om Tommy untuk menemui bapak." 
"Oh, iya, silahkan duduk Raffi. Pak Tommy sudah memberi tahu saya sedikit tentang kamu. Selamat datang di perusahaan ini. Mari saya ajak berkeliling kantor."
"Terimakasih banyak Pak."ucapku sambil menjabat tangannya. 
Aku ditempatkan sebagai salah satu staf manajer bagian operasional perusahaan jasa. Sebuah pekerjaan yang berat, selain ini kali pertama aku bekerja kantoran, disamping itu juga aku tidak punya latar belakang pendidikan manajemen sama sekali. Tapi aku harus bekerja sambil belajar secara cepat agar dapat segera beradaptasi dengan keadaan kantor. Hari ini seharian aku memperhatikan seluruh kegiatan operasional memastikan para konsumen merasa puas akan pelayanan perusahaan. Dan mencatat apa saja hal yang perlu dan harus aku pelajari supaya aku lebih cepat mengerti pola kerjanya. 
***1 minggu berlalu, 
Aku sudah mulai terbiasa dengan tekanan pekerjaan, pulang malam karena harus lembur belum lagi kalau ada keluhan dari para konsumen yang harus segera direspon untuk ditangani. Pekerjaan yang melelahkan tapi namanya juga kerja ya pasti capek. Pak Indra terus memberikan masukan dan bimbingan agar aku lebih cepat dalam penguasaan pekerjaan. Sampai-sampai aku terlupa dengan urusan asmaraku. Berulang kali Gigi menyuruhku untuk ke rumahnya atau mengajakku bertemu sekedar makan siang di rumahnya tapi aku tidak bisa. Sebab pekerjaanku yang tidak bisa ditinggalkan. Tapi untuk hari ini aku akan pulang lebih awal karena pekerjaanku tidak sebanyak hari-hari kemarin dan aku berniat akan berkunjung ke rumah Gigi sore nanti sepulang kantor untuk melepas rindu padanya. Jam 6 petang sudah saatnya pulang, kurapikan meja kerjaku lalu melangkah menuju parkiran, kunaiki motor dan melesat diantaranya keramaian jalanan. 
Tet, tet, 
Kupencet bel rumah Gigi, aku tidak sabar menemuinya walaupun lelah karena seharian bekerja tak kuhiraukan karena sebentar lagi sang penawar letihku akan menghilangkannya. Terlihat bik Surti berlari untuk membuka pintu gerbang. 
"Eh Mas Raffi, kemana aja udah lama gak mampir, pulang kerja ya, wah ganteng banget pake kemeja gitu, beda dari biasanya, hehehe," ucapnya 
"Ah, bisa saja bik Surti, Nagita ada bik?? "
"Non Gigi seharian gak dirumah Mas, katanya tadi mau ngurusin bisnisnya tapi kata Non Gigi ba'da magrib udah pulang. Mau nungguin Mas,??" 
"Boleh,,"
"Ya sudah mari masuk. Duduk dulu biar saya buatkan teh anget biar capeknya ilang,"
"Jadi ngerepotin, terimakasih banyak ya bik."
"Gak kok Mas, saya permisi dulu."
"Iya bik,,"
Tiba-tiba terdengar suara mobil memasuki garasi rumah, ku intip dari jendela, benar saja seorang bidadari cantik turun dari dalam mobil. Aku punya ide untuk menjahilinya. Aku akan mengejutkannya dari balik pintu. 
"Buaaaaa,," teriak ku. 
"Ya Tuhan, apaan sih, ngagetin aja,"ucap Gigi sampai memegang dadanya. 
"Sayang, kaget ya, maafin deh,, sini peluk dulu. Aku kangen banget sama kamu,"ucapku sambil merentangkan tangan. 
"Gak usah peluk-peluk, sana,, " ucapnya sambil menjauhiku. 
Tampaknya Gigi marah karena seminggu ini aku mengabaikannya, selalu menolak jika dia ingin bertemu denganku. Gigi pun duduk di seberang meja dan memandang ke arah yang berlawanan dari tempatku berada. Sepertinya aku harus mencoba menjelaskan dan meminta maaf padanya. 
"Gigi sayang, maafin aku kalo tempo hari aku selalu menolak ketemu, tapi aku pastiin bukan karena ada wanita lain. Aku lagi banyak kerjaan. Beneran, aku gak bohong sama kamu Aku melakukan ini semua untuk masa depan Mama, Nanas dan kamu,, calon teman hidupku nanti,"ucapku. 
"Minggu ini kerjaan aku tuh lagi banyak dan ribet banget, sampe-sampe buat istirahat aja susah, aku pulang ke kost aja udah malem banget, paling cepet jam 11 sampe kost, pagi-pagi besoknya udah harus berangkat kerja lagi, kadang makan pun ampe lupa."ucapku lagi. 
"Maafkan, kekasihmu ini sayang. Memang aku bukan kekasih yang baik, tapi aku akan berusaha menjadi yang paling terbaik untuk kamu."
Gigi mulai mengerti apa yang aku jelaskan. Pandangan matanya sudah berpindah ke tempat aku berada. Tatapan dingin yang sebelumnya enggan melihatku kini menjadi tatapan yang sangat hangat dan penuh cinta kasih. 
Dia berdiri menghampiriku, meraih kepalaku dan meletakkannya di pelukannya. Benarkan apa yang aku katakan, semua lelahku hilang seketika jika aku bertemu dengan Gigi. Ku peluk erat tubuhnya,kurasakan tangannya mengusap-usap rambutku sama seperti yang sering dilakukan oleh Mama. 
"Maafin aku ya Fi, aku gak pengertian. Aku gak bisa menghargai apa yang kamu lakukan, bukannya aku marah karena pekerjaan kamu. Tapi kamu tau kan aku gak bisa jauh dari kamu,"ucapnya menangis 
"Iya-iya aku juga tau itu. Udah, jangan nangis dong, aku kesini mau sayang-sayangan sama kamu bukan liat kamu nangis Gi,"
Gigi melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang sempat jatuh. Dia tahu kalau aku tidak suka melihatnya menangis. 
"Kamu capek banget keliatannya, sini jasnya biar aku simpen. Mau mandi sekalian gak, biar bik Surti siapin air anget, "ucapnya. 
"Aku mau kamu yang nyiapin Gi, bukan bik Surti. Kamu mau kan,??"tanyaku. 
"Hah, aku,???"ucapnya terkejut. 
"Iya, itung-itung latihan kalau kamu nanti jadi istriku." 
"Ehm ya udah, aku siapin dulu kalo gitu," 
"Jangan lama-lama ya Gi,,"
Disusul anggukan kepala dari Gigi. Air hangat, handuk, dan pakaian ganti sudah disiapkan oleh Gigi,saatnya mandi. Selesai mandi dan berganti pakaian aku keluar kamar, aku mencari keberadaan Gigi ternyata dia ada di ruang tengah. 
"Eh kamu, udah seger ya, mau aku siapin makanan sekarang,, "ucapnya sambil bangkit dari tempat duduknya tapi aku mencegahnya. 
"Sayang,," 
"Iya,,ada apa??"
"Kamu disini aja,"ucapku sambil menyuruhnya duduk disampingku. 
Gigi pun menuruti keinginanku. Setelah dia duduk lalu aku mulai berbaring dan meletakkan kepalaku di pangkuannya kuraih tangannya, satu tangannya kuletakkan di kepalaku dan yang satu lagi aku letakkan di dadaku. 
"Aku mau tidur aja, kamu usap-usap kepalaku ya, aku suka diperlakukan seperti itu,,"
"Tapi kamu kan belum makan dari tadi, makan dulu yuk. Nanti kamu sakit kalo telat makan."
"Nanti aja makannya, aku lagi nyaman banget kayak gini. Kamu sayang kan sama aku,?? "
"Iya dong Affi, boleh kan aku manggil itu,??"
"Boleh lah, boleh banget malah. Temenin aku sampai aku tidur ya. Jangan pernah tinggalin aku. Aku sudah sangat bergantung padamu Gi, hembusan nafasmu pun juga sudah jadi tanggungjawabku sekarang,"ucapku 
"Iya-iya, aku gak akan kemana-mana, aku akan selalu berada di samping kamu Fi,"ucapnya sambil mencium keningku. Aku pun mencium tangannya yang berada di genggaman tanganku.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Affi,, sayang, bangun yuk, makan malam dulu,"
"Hoahmmmm,, udah malem ya."
"Iya Fi,, yuk cuci muka dulu trus makan," 
Tangan Gigi menuntunku ke wastafel, setelah mencuci muka lalu aku pergi ke meja makan. 
"Katanya tadi gak akan ninggalin aku, kamu baru gitu aja udah bohong,"ucapku kesal. 
"Iya-iya maaf, habis tadi pegel kakinya, hehee maaf ya, "
"Baru gitu aja udah nyerah, payah,, huh" 
"Iya kan udah minta maaf,, sekarang makan yuk, nanti marahnya dilanjut lagi, sini piringnya biar aku ambilin, mau makan apa Fi, tapi maaf, kalo yang ini bik Surti yang nyiapin aku belum bisa masak soalnya."
"Iya,, gak papa, aku gak marah kok sayang." 
Makan malam pun selesai, aktifitas selanjutnya adalah menikmati sisa malam ini sebelum aku pulang kembali ke kost. Seperti biasa kami sedang menonton televisi diruang tengah, dan ada hal yang menarik disini. Aku heran kenapa Gigi sedari tadi hanya memeluk tubuhku. 
"Sayang, "
"Hemm,,"
"Kamu dari tadi melukin aku terus, gak bosen apa,??. Gigi pun bangkit. 
"Ya gak lah, kan aku kangen, mumpung kamu lagi disini, lagi di deket aku, kan kita gak tau kapan kita bisa kayak gini lagi, bisa jadi seminggu kedepan kita gak ketemu karena kamu sibuk."
"Iya deh, aku juga seneng dipelukin terus sama kamu."
"Hehehe,,makanya dinikmatin aja."
"Eh iya tadi kata bik Surti aku ganteng banget lho pake jas, kalo menurut kamu gimana,?? 
"Ehm kalo aku sih liatnya sama saja, mau pake jas atau ga kamu tetep ganteng, tetep keren."
"Ihh, gombal banget kamu,hehehe,"
"Kok gombal, beneran. Masa kamu jelek, kalo kamu jelek aku pasti gak mau sama kamu hehehehe,"
"Bisa aja, eh, Gi,, di bibir kamu ada apanya sih,,?? "
"Emang kenapa, lipstik ku berantakan ya,??" 
"Gak, bukan itu. Tapi tiap aku liat bibir kamu rasanya pengen banget cium kamu,"
"Wah, udah mulai mesum nih kamu,, aku gak mau ah deket-deket kamu,takut , "ucapnya sambil berlari menjauh. 
"Hahahaha," 
Dasar wanita, mana ada yang berbuat mesum tapi terang-terangan. 
"Kamu mau kemana sih Gi,,?? "
"Aku gak mau dicium lho, awas aja kalo kamu maen nyosor aja," 
"Gak kok sayang. Aku janji."
"Ya udah kalo gitu, aku duduk disini aja,"
"Hehehe, Gi, besok malam ada acara gak,?? "
"Gak, emang kenapa,??" 
"Ada yang mau ketemu sama kamu,"
"Siapa Fi,,?? "
"Ada aja, nanti juga kamu tau," 
"Okey."
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Hari ini aku berjanji ingin mengenalkan Gigi pada Om John, sebetulnya Om Tommy juga. Tapi mungkin lain waktu, maklum beliau orang sibuk. Setelah berdandan rapi lalu aku meluncur untuk menjemput Gigi di rumahnya. 
"Udah siap Gi,?? "
"Ehm udah sih,tapi,," 
"Tapi apa,,?"
"Kamu yakin pake motor kamu ga pake mobil aku aja,?? "
"Yakin lah, udah tenang aja, aku pelan-pelan gak ngebut, okey. Yuk keburu malem nih," 
"Ya udah yuk,, "
Aku pasangkan helm untuk Gigi dan memastikan terkunci dengan baik. Safety riding nomer satu. 
"Udah siap,,??" 
"Siap," ucap Gigi ragu. 
"Berangkat,,"
"Raffi,,,, pelan-pelan."teriak Gigi. 
"Hahahaha,,."
Aku dan Gigi sudah berada di atas motor sekarang sedang menuju ke restoran. Awalnya sih Gigi nampak ketakutan tapi lama-lama Gigi terbiasa naik motor. Itu yang kurasakan dari cara Gigi memeluk tubuhku, yang tadinya begitu erat perlahan mulai mengendur. 
"Ternyata asik juga naik motor, asal gak ngebut tapi," ucap Gigi seusai turun dari motor. Aku hanya tersenyum mendengarnya, aku senang dia mulai terbiasa. 
"Bagus deh kalo gitu, "
"Hehehe,," 
"Yuk Gi,cepet masuk udah ditunggu,"
"Sebenarnya siapa sih yang mau ketemu aku Fi, aku penasaran. Mama kamu,?? "
"Bukan,," 
"Terus siapa dong,?? "
"Udahlah, masuk dulu nanti juga kamu tau," 
"Tapi bentar aku udah cantik kan,?? "
"Ehmm,, cantik banget sayangku," ucapku sambil mencium keningnya. Sambil menarik tangan Gigi, aku memasuki restoran. Aku melihat sekeliling restoran mencari keberadaan Om John, ternyata beliau ada di meja yang letaknya di pojok restoran. Tempat favorit beliau di restoran ini. Aku genggam erat tangan Gigi mengisyaratkan agar dia mengikutiku. Gigi menghela nafasnya mungkin karena terlalu gugup. 
"Selamat malam Om, sudah lama menunggu. Maaf tadi agak macet,dan kenalkan ini Nagita," ucapku. 
Gigi keluar dari balik punggungku, tempatnya bersembunyi saat ini. 
"Nagita,,"ucapnya gugup sambil mengulurkan tangannya yang terlihat sedikit gemetar. 
Om John hanya diam saja sibuk dengan segelas kopi hitam favoritnya, tanpa menyambut uluran tangan Gigi. 
"Affi, kenapa bapak itu diam saja sih, aku kan takut jadinya,"bisik Gigi padaku.
"Hahahaha, udah cukup Om, kasian dia nya takut, "
Tiba-tiba Om John pun tertawa bersamaku, membuat Gigi terlihat heran, bingung apa yang terjadi. Om John sudah bekerjasama denganku untuk mengerjai wanita pujaanku ini. Aku sebenarnya tidak tega melihat Gigi ketakutan seperti tadi tapi tidak apa-apa untuk sekedar olahraga jantung ringan. Biar ada gregetnya. 
"Maafkan saya ini semua rencana kekasihmu tersayang ini, saya Johnson panggil saja Om John," 
"Ehhmm iya Om John. Saya Nagita. Dasar kamu ya, awas aja. Aku bales nanti." ucapnya sambil melayangkan tinjunya ke lenganku.
"Iya-iya, maafin aku ya,biar seru aja Gi hehehe,,"
"Ya sudah, silahkan duduk Nagita, kita ngobrol-ngobrol sambil menunggu makanan datang, tadi saya sudah pesan."
"Iya Om, terimakasih."
Acara perkenalan pun sukses, Om John sepertinya suka dengan pilihanku ini, Gigi juga mudah masuk dalam obrolan Om John, semua berjalan lancar seperti yang aku mau.
"Bagaimana Om,, cocok tidak??"
"Raffiiii,apaan sih,"ucap Gigi terganggu. 
"Kan cuma nanya Gi, bagaimana Om,?? 
"Raffi, satu pesan Om,jaga wanitamu ini, kalau tidak kamu berurusan sama Om, Nagita, kalau Raffi macam-macam bilang Om, biar Om tempeleng dia."
"Siap Om, wekk,sukurin"
"Pasti Om. Selalu akan Raffi jaga wanita cantik disamping saya ini."
"Laki-laki sejati yang dipegang omongannya Fi, jangan cuma janji. Buktikan,"
"Siap Om,,"ucapku. 
Makan malam selesai, aku dan Gigi berpamitan untuk pulang. Sementara itu Om John masih di restoran karena ingin bertemu dengan temannya. Saat ditengah perjalanan mengantarkan Gigi pulang dia mengatakan tidak ingin langsung kembali ke rumahnya. Rupanya Gigi ingin menikmati malam lebih lama bersama denganku. Ya sudah kuputuskan untuk mengajaknya ke taman sekedar minum sekoteng. Sesampainya di taman kami duduk berdua di bangku sambil menikmati segelas sekoteng hangat.
"Gi, kamu serius kan mau jadi teman hidupku,?? "
"Kenapa nanya gitu, kamu ragu??" 
"Gak, bukan gitu. Gak ada sedikit pun keraguan di pikiranku Gi, tapi aku cuma sedikit ada ganjalan dihati. Waktu kita ketemu lagi di Bali, setelah kejadian beberapa tahun yang lalu itu kamu kan bersikap dingin tapi gak lama kamu langsung bersikap biasa, kamu bisa terima kehadiranku kembali di hidupmu ,sikap kamu agak bikin aku bertanya-tanya. Apa yang bikin kamu bisa berubah secepat itu?? "
"Sebenarnya waktu itu aku hanya bingung dengan perasaanku sendiri, disatu sisi aku punya rasa rindu yang luar biasa sama kamu tapi ada juga rasa benci yang besar kalo inget yang dulu. Jadi itu semua bikin aku gengsi untuk tiba-tiba bersikap ramah sama kamu, ya jadi gitu deh agak labil perasaannya,"
"Tapi sekarang yakin kan,??tanyaku,, Gigi menggangguk dengan sangat cepat. 
"Makasih ya sayang, aku janji bakal jadi yang terbaik buat kamu Gi,"
"Amin,"
"Oo iya,besok aku mau pulang ke Bandung untuk ngomongin ini sama Mama, jadi aku gak ngapel dulu ya sayang,"
"Iya gapapa, titip salam buat keluarga disana. Sampein ke Mama kamu maaf belum bisa ke Bandung lagi."
"Pasti nanti aku sampein ke Mama, eh minuman kamu udah habis kan, yuk pulang, udah malem. Kamu kan gak biasa kena angin malam nanti sakit lagi."
"Ya udah yuk,"
"Gi, tunggu bentar,"
"Apa,,?? "
"Nih pake jaket aku biar gak masuk angin," ucapku sambil menutupkan jaket kulitku ke badan Gigi. 
"Terimakasih sayang,"ucap Gigi 
"Sama-sama sayang."
Malam yang indah,malam dimana aku bertambah yakin dengan perasaan hatiku ini. Meyakini satu hal bahwa hanya Gigi satu-satunya wanita yang akan menemani disisa umurku nanti. Dialah wanita yang tepat untukku.
Di Kota Bandung, 
Pagi-pagi Mama Amy sudah kedatangan kurir pengirim paket, entah darimana dan siapa paket tersebut. Dipaketnya hanya tertera sebuah tulisan untuk siapa paket ini ditujukan. Mama Amy menebak mungkin ini dari Raffi, karena dia memang suka membuat kejutan untuknya. Setelah kepergian kurir pengirim paket tersebut Mama Amy kembali masuk rumah dan tak sabar ingin segera membuka paket tersebut. Setelah dibuka paket tersebut ternyata isinya hanya sebuah alat perekam suara. Mama Amy sedikit bingung apa maksudnya tapi penasaran dengan apa isi didalamnya. Mama Amy segera untuk mendengarkan apa yang ada di dalam perekam suara itu lalu Mama Amy menekan tombol play, kemudian terdengar sebuah percakapan. Hanya linangan air mata yang jadi respon Mama Amy akan isi dari percakapan itu. 
"Assalamualaikum, Ma,, Affi pulang nih. Mama,,,, kok gak ada," ucapku. 
Kutelusuri rumah dari dapur, kamar Mama, lalu kamar mandi tapi Mama tidak ada, tidak mungkin Mama keluar tapi pintu terbuka. Saat aku mondar-mandir di ruang tengah sekilas kulihat bayangan mama, ternyata itu benar Mama yang sedang duduk di teras samping rumah. 
"Mama, Affi pulang, Affi bawa kabar gembira lho buat Mama, pasti Mama seneng banget kalo denger kabar gembira ini. Ma,, kok Mama diem aja, Mama kenapa,?? "
"Mama kecewa sama Affi," ucap Mama sambil berlalu pergi meninggalkan sebuah perekam suara di depanku. 
"Kecewa?? kecewa kenapa,, Mama,,,."teriak ku. 
"Ini apa,??"tanyaku, 
Kuredam dulu rasa ingin tahuku akan benda itu lebih baik aku menyusul Mama. Saat ingin menyusul Mama tapi tidak bisa karena Mama sudah berhasil masuk ke kamar dan mengunci pintunya dari dalam. Aku duduk di kursi dekat kamar Mama, aku penasaran dengan benda di tanganku ini, lalu aku tekan tombolnya kemudian terdengar suara seperti suaraku dan suara Om John. Aku mendengarnya dengan seksama memang benar ini suaraku saat berbincang dengan Om John saat di Puncak, siapa yang merekamnya. Aku berlari menuju pintu kamar Mama, berusaha menemui Mama dan menjelaskan, terdengar dari luar kamar suara isak tangis Mama yang sedang menelpon Nanas. Sepertinya Mama sedang mengatakan tentang isi rekaman itu. Tentu saja ibuku sangat sedih dan kecewa akan sikapku yang telah berbohong padanya beberapa tahun terakhir ini.
Di tempat lain,, 
"Gimana?? semua beres,?? "
"Beres, gue udah kirim ke rumah nyokapnya, tinggal tunggu aja reaksi dari Raffi, hahahaha," 
"Untung loe rekam bro,, loe jenius,, otak kriminal,, bravo man,"
"Siapa dulu, Rizal Anggara Putra,otak gue emang encer gak kayak kalian semua,"
"Hahahaha, hahahaha,"
Bersambung,,,

Related Posts :

0 Response to "Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 19"

Post a Comment