Cerbung by : Rini Diah Mardiyati
"Om,,"
"Eh kamu Fi, darimana kamu?? "
"Gigi pergi Om, Gigi meninggalkan saya."
"Gigi udah berangkat ke Aussie?? Ya sudah memang ini yang terbaik. Terima saja keadaan. Kamu bukan lagi anak kecil Raffi, relakan ini terjadi. Seperti kata pepatah dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan."
"Om tau tentang ini??"
"Kemarin Irwan mampir kesini untuk pamitan dan dia juga cerita tentang masalah kalian. Sebenarnya Om juga ikut menyesal kenapa bisa jadi kayak gini tapi Om hanya bisa berdoa buat kebaikan kalian. Berpikirlah positif bahwa kalian berdua punya kesempatan untuk memperbaiki diri masing-masing. Jadi, manfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya."
"Masih sulit diterima Om untuk saya, terlalu cepat untuk kehilangan Gigi lagi. Kami baru saja mengecap kebahagiaan dalam kebersamaan tapi sekarang semua sudah sirna."
"Itu hal wajar Fi, nikmati setiap harinya sampai di saat kamu bisa benar-benar menerima kenyataan."
"Iya Om, terimakasih."
"Sekarang apa rencana kamu Fi,?? "
"Entahlah Om,"
"Om tidak suka jawaban kamu. Om tanya sekali lagi. Apa rencana kamu setelah ini?? "
"Jalani hidup dengan baik."
"Bagus, itu yang Om ingin dengar dari kamu."
"Berdiri tegak layaknya laki-laki sejati. Masih ada banyak waktu untuk berjuang. Semangat anak muda."
"Baik Om, satu lagi Om. Boleh saya menginap disini malam ini. Saya tidak mau Mama melihat keadaan saya yang berantakan seperti ini."
"Silahkan Fi, ini selalu jadi rumah kamu."
"Terimakasih Om, saya ke kamar dulu."
"Eh kamu Fi, darimana kamu?? "
"Gigi pergi Om, Gigi meninggalkan saya."
"Gigi udah berangkat ke Aussie?? Ya sudah memang ini yang terbaik. Terima saja keadaan. Kamu bukan lagi anak kecil Raffi, relakan ini terjadi. Seperti kata pepatah dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan."
"Om tau tentang ini??"
"Kemarin Irwan mampir kesini untuk pamitan dan dia juga cerita tentang masalah kalian. Sebenarnya Om juga ikut menyesal kenapa bisa jadi kayak gini tapi Om hanya bisa berdoa buat kebaikan kalian. Berpikirlah positif bahwa kalian berdua punya kesempatan untuk memperbaiki diri masing-masing. Jadi, manfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya."
"Masih sulit diterima Om untuk saya, terlalu cepat untuk kehilangan Gigi lagi. Kami baru saja mengecap kebahagiaan dalam kebersamaan tapi sekarang semua sudah sirna."
"Itu hal wajar Fi, nikmati setiap harinya sampai di saat kamu bisa benar-benar menerima kenyataan."
"Iya Om, terimakasih."
"Sekarang apa rencana kamu Fi,?? "
"Entahlah Om,"
"Om tidak suka jawaban kamu. Om tanya sekali lagi. Apa rencana kamu setelah ini?? "
"Jalani hidup dengan baik."
"Bagus, itu yang Om ingin dengar dari kamu."
"Berdiri tegak layaknya laki-laki sejati. Masih ada banyak waktu untuk berjuang. Semangat anak muda."
"Baik Om, satu lagi Om. Boleh saya menginap disini malam ini. Saya tidak mau Mama melihat keadaan saya yang berantakan seperti ini."
"Silahkan Fi, ini selalu jadi rumah kamu."
"Terimakasih Om, saya ke kamar dulu."
Aku merasa menjadi orang yang paling tidak berguna
saat ini. Aku hanya bisa terdiam membiarkannya pergi. Masa-masa indah aku dan
Gigi sudah berada dan entah itu akan terjadi lagi atau tidak. Aku berjalan ke
arah jendela, memandang langit yang indah seakan-akan mereka sedang
menertawakan kebodohanku. Sepertinya Gigi juga sudah sampai di tempat
tujuannya, sejenak menepikan ego hatiku dan akupun meneteskan air mata.
**Kini tlah kusadari, dirimu tlah jauh dari sisi
Ku tau tak mungkin kembali kuraih, semua hanya mimpi
Ingin kucoba lagi, mengulang yang telah terjadi
Tetapi semua sudah tak berarti, kau telah pergi
Adakah kau mengerti kasih
rindu hati ini tanpa kau disisi
Mungkinkah kau percaya kasih bahwa diri ini
ingin memiliki lagi
Sebait lagu almarhum Crishye aku nyanyikan sebagai ungkapan isi hati. Lirik yang ada di lagu itu benar-benar menggambarkan bagaimana inginnya tangan ini memeluk Gigi kembali tapi apa daya semua hanya sebatas keinginan. Saat aku menyanyi air mata tak henti menetes. Aku tarik nafas panjang dan berkata kepada diri sendiri.
"Sudah Raffi, Gigi memilih jalan yang tidak beriringan lagi denganmu, terima lah. Jangan rusak dirimu. Kalaupun Gigi tahu dia juga tidak akan menyukainya. Tatap masa depan, masih banyak mimpi yang belum kamu raih."
Ku tau tak mungkin kembali kuraih, semua hanya mimpi
Ingin kucoba lagi, mengulang yang telah terjadi
Tetapi semua sudah tak berarti, kau telah pergi
Adakah kau mengerti kasih
rindu hati ini tanpa kau disisi
Mungkinkah kau percaya kasih bahwa diri ini
ingin memiliki lagi
Sebait lagu almarhum Crishye aku nyanyikan sebagai ungkapan isi hati. Lirik yang ada di lagu itu benar-benar menggambarkan bagaimana inginnya tangan ini memeluk Gigi kembali tapi apa daya semua hanya sebatas keinginan. Saat aku menyanyi air mata tak henti menetes. Aku tarik nafas panjang dan berkata kepada diri sendiri.
"Sudah Raffi, Gigi memilih jalan yang tidak beriringan lagi denganmu, terima lah. Jangan rusak dirimu. Kalaupun Gigi tahu dia juga tidak akan menyukainya. Tatap masa depan, masih banyak mimpi yang belum kamu raih."
~~~~~~~
1 tahun berlalu,
Aku sudah terbiasa menjadi pekerja kantoran kini, mulai terbiasa dengan jam kerja yang tepat waktu, dimulai jam 8 pagi hingga jam 6 petang. Hidupku jauh lebih teratur daripada sebelumnya, aku juga sudah sangat jarang berkeliaran di dunia malam. Aku telah memiliki usaha bengkel kecil-kecilan yang diurusi oleh Nanas dan beberapa karyawan didalamnya. Karena Nanas sudah lulus kuliah, aku berikan Nanas modal untuk membuka usaha. Jadi Nanas tidak perlu susah-susah cari kerja ke kota lain dan meninggalkan Mama sendirian di Bandung. Lumayan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Di samping itu juga, keberadaan Nanas di Bandung membuatku lebih tenang bekerja disini, karena aku jadi lebih mudah untuk bisa mengontrolnya. Karena di jaman sekarang aku tidak akan mengizinkannya untuk pergi jauh-jauh dari pandanganku. Nanas itu adik perempuanku satu-satunya, aku bersikap seperti ini karena aku sangat sayang padanya. Aku akan mendampinginya hingga di suatu saat nanti dia akan dibawa pergi oleh laki-laki pilihan hidupnya.
Dan pagi ini, aku ditugaskan oleh kantor untuk menemani teman-teman sekantor yang tergabung di satu tim untuk meeting dengan klien baru. Perusahaan sedang dalam progres yang baik. Banyak klien yang ingin menjalin kerjasama. Setelah menyiapkan bahan untuk pertemuan kali ini, kami bergegas menuju tempat pertemuan yang sudah dijanjikan.
"Selamat pagi, semuanya sudah siap?? "
"Sudah Pak, apa kita bisa berangkat sekarang??"
"Bisa,"
Sesampainya di restoran yang dimaksud tinggal menunggu klien tiba. Akhir-akhir ini aku memang sibuk dengan tender perusahaan, kesana kemari, bahkan bisa pergi ke luar kota atau ke luar negeri. Karena seperti sebelumnya Pak Indra menyerahkan semua urusan kepadaku. Sambil menunggu, aku sejenak menikmati minuman yang aku pesan sesekali memeriksa kembali bahan diskusi, dan aku memerintahkan tim untuk mempelajarinya kembali agar nantinya klien lebih merasa yakin untuk bekerjasama dan menggunakan jasa perusahaan.
"Selamat siang,"sapa seseorang
"Selamat siang,"
"Maaf, telah lama menunggu, ada sedikit masalah yang perlu saya selesaikan dulu tadi,"
"Oo, tidak apa-apa, silahkan duduk,Pak Raffi, klien kita sudah datang."ucap salah satu tim kerjaku.
"Baiklah, terimakasih,,"ucapku sambil berbalik ingin menyapa klien tersebut.
"Selamat siang,,lho?? Tante??"ucapku terkejut
"Ehm maaf, maksud saya, jadi Ibu adalah klien yang ingin bertemu dengan kami,??"
"Iya Fi, saya yang ingin bekerjasama dengan perusahaan kamu, mari silahkan duduk, kita mulai saja pertemuan ini. Saya sudah banyak tahu tentang kinerja kamu dan tim makanya saya ingin mejalin sebuah kerjasama dengan perusahaan kalian."
"Baik Tante, eh, Ibu maksud saya, silahkan duduk semua kita mulai meetingnya,"ucapku gugup.
Tante Rieta lah rupanya yang jadi klien baru perusahaan, kehadiran beliau membuatku sedikit teringat pada seraut wajah. Wajah cantik yang tidak jauh berbeda darinya, seraut wajah yang membuatku begitu merindukannya. Ingatan yang tertuju pada seseorang yang hanya menjadi kenangan sekarang. Ahh, jangan begitu Raffi, fokuslah pada pekerjaan dulu, ucapku dalam hati. Selesai meeting Tante Rieta ingin meminta waktuku sebentar untuk sekedar mengobrol denganku maka dari itu, aku perintahkan timku untuk kembali ke kantor duluan. Aku akan menyusul nanti.
"Apa kabar kamu Fi, masih suka naik motor, Mama dan Nanas sehat kan?? "
"Hehehe masih Tante tapi gak kebut-kebutan lagi kayak dulu. Mama, Nanas sehat, Tante sendiri apa kabar??"
"Baik, seperti yang kamu lihat."
"Iya, Tante masih seperti dulu, awet muda hehehe."
"Bisa aja sih, kamu juga, sekarang jauh lebih baik ya, lebih keren, dan sudah sukses, Tante bangga sama kamu. Setelah kejadian waktu itu tidak membuat kamu jatuh tapi malah sebaliknya,"
"Iya Tante,, berkat doa dan dukungan dari semua, saya jadi lebih baik,"
"Kamu gak nanyain kabar Gigi,??goda Tante Rieta.
"Oo, iya, ehm, kabar Gigi gimana tante??"
"Gigi sehat, usahanya lancar, makin cantik dan masih sendiri,"
Seketika aku mengernyitkan dahi agak terkejut mendengar ucapan Tante Rieta. Kata-kata 'masih sendiri' membuatku bingung dan sedikit salah tingkah.
"Jujur, Tante sangat menyayangkan kalo kalian berdua berpisah, kamu tau kan apa yang sebenarnya terjadi, tapi kenapa kamu gak perjuangkan cinta kamu Fi."
"Kamu bisa aja kan nyusul Gigi kesana."
"Gigi yang ingin kami seperti ini, dia yang ninggalin saya tante, mungkin saya gak pantas mendampingi Gigi,"ucapku sendu.
"Hadeh, kalo jodoh emang ya, ngomongnya aja sama lho,"
"Maksudnya gimana Tante,?? "
Tante Rieta menceritakan semua secara detail apa yang jadi alasan Gigi pergi ke Aussie, meninggalkanku. Aku menyimak dengan sangat baik, aku mencoba mengingat kejadian waktu itu, dan sebagai orang yang terlibat di dalamnya ada sedikit rasa kecewa sekaligus marah. Karena ternyata yang jadi alasannya sangat tidak masuk akal, kenapa waktu itu kami sama-sama berpikiran dangkal. Kami sama-sama menganggap bahwa diri kami tidak pantas untuk satu sama lainnya. Aku hanya mampu meratapi keadaan. Seandainya waktu itu kami luangkan waktu untuk duduk berdua bertemu mengungkapkan perasaan masing-masing pasti tidak begini jadinya. Waktu itu yang kami lakukan hanya tenggelam dalam perasaan masing-masing. Aku juga terlalu bodoh, aku tidak mencoba berjuang lebih keras untuk Gigi. Aku tidak mendengarkan saran dari Irwan saat itu. Jika saat itu aku langsung menemui Gigi pasti detik ini kami masih bersama.
"Ayo lah Fi, kamu masih mencintai Gigi kan, perjuangin cintamu, jangan sampai kamu menyesal untuk kedua kalinya. Tante tau, satu tahun terakhir ini pasti saat-saat yang sulit buat kamu."
"Ya begitulah Tante. Sangat, sangat sulit sebenarnya untuk saya."
"Makanya, ayo bangkit dong. Wujudkan apa yang selama ini kamu inginkan."
"Bagaimana mungkin Tante, apa Gigi masih ingat sama saya. Kita sudah lama tidak berkomunikasi."
"Ini alamat rumah Gigi di Aussie,".
Secara tiba-tiba Tante Rieta menyodorkan secarik kertas padaku. Aku mengambil kertas itu kupandang kertas itu baik-baik. Aku pandang Tante Rieta dan kertas itu secara bergantian. Tante Rieta tersenyum padaku. Entah apa namanya perasaan ini tapi seperti ada kembang api yang membuncah didalam hati. Dan aku tak tahu alasannya kenapa aku tiba-tiba merasa sangat bersemangat untuk membawa Gigi kembali. Mungkin karena cinta sejati, semua bisa terjadi. Dan tentu saja atas seizin-Nya.
"Tante yakin Gigi juga masih memiliki perasaan yang sama denganmu, tidak berubah sedikitpun. Dengan sedikit perjuangan yang tulus kamu pasti bisa buat Gigi kembali lagi sama kamu Fi."
"Terimakasih Tante, cinta Raffi pasti kembali, Nagita pasti kembali buat saya. Apakah Tante merestui saya,?? "
"Kalo saya tidak merestui kamu, buat apa saya kasih alamat ini ke kamu, cepat temui Gigi, bahagiakan anak Tante jangan pernah nyakitin dia, kalo sampe itu terjadi, kamu berhadapan dengan saya Raffi Ahmad, hehehe,"
"Pasti Tante, Insyaallah saya akan berusaha membuatnya selalu tersenyum bahagia."
Setelah mengetahui apa yang jadi alasan Gigi dari Tante Rieta, aku bertekad membawanya pulang. Kembali ke hidupku lagi, mengisi hari-hari yang indah bersama. Karena dia memang wanita yang pantas untuk diperjuangkan. Aku pernah melepaskan Gigi untuk kedua kalinya, dan tidak akan terjadi untuk ketiga kalinya. Aku menelepon Mama untuk meminta restunya, aku tahu Mama akan sangat bahagia kalau aku dan Gigi bersama lagi, dan seperti dugaanku Mama sangat menyambut baik rencanaku. Beliau mendoakan agar semua berjalan lancar. Tidak lupa aku juga memberitahu kepada Om John, tidak berbeda dengan Mama. Om John juga sangat gembira mendengar niatku tersebut. Om John berkata agar aku tidak membuang banyak waktu lagi. Aku pun menghubungi kantor untuk mengajukan ijin cuti,setelah itu aku bergegas memesan tiket pesawat.
Di hari berikutnya,
Penerbangan menuju Australia dilakukan malam hari,tiba-tiba aku teringat Irwan-Zaskia. Mereka belum mengetahui tentang keberangkatanku dan untuk apa aku kesana. Aku segera menghubungi Zaskia dan Irwan. Aku mempunyai satu ide dan aku ingin agar mereka membantuku membuat kejutan untuk Gigi. Dan mereka pun menyambutnya dengan sangat gembira. Aku memberi tahu tentang apa yang ingin aku siapkan untuk pujaan hatiku itu, mereka sangat antusias untuk membantuku. Setelah urusan kejutan selesai semuanya, aku pun bergegas menuju bandara. Sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya. Gigi, tunggu aku sayang.
Aku sudah terbiasa menjadi pekerja kantoran kini, mulai terbiasa dengan jam kerja yang tepat waktu, dimulai jam 8 pagi hingga jam 6 petang. Hidupku jauh lebih teratur daripada sebelumnya, aku juga sudah sangat jarang berkeliaran di dunia malam. Aku telah memiliki usaha bengkel kecil-kecilan yang diurusi oleh Nanas dan beberapa karyawan didalamnya. Karena Nanas sudah lulus kuliah, aku berikan Nanas modal untuk membuka usaha. Jadi Nanas tidak perlu susah-susah cari kerja ke kota lain dan meninggalkan Mama sendirian di Bandung. Lumayan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Di samping itu juga, keberadaan Nanas di Bandung membuatku lebih tenang bekerja disini, karena aku jadi lebih mudah untuk bisa mengontrolnya. Karena di jaman sekarang aku tidak akan mengizinkannya untuk pergi jauh-jauh dari pandanganku. Nanas itu adik perempuanku satu-satunya, aku bersikap seperti ini karena aku sangat sayang padanya. Aku akan mendampinginya hingga di suatu saat nanti dia akan dibawa pergi oleh laki-laki pilihan hidupnya.
Dan pagi ini, aku ditugaskan oleh kantor untuk menemani teman-teman sekantor yang tergabung di satu tim untuk meeting dengan klien baru. Perusahaan sedang dalam progres yang baik. Banyak klien yang ingin menjalin kerjasama. Setelah menyiapkan bahan untuk pertemuan kali ini, kami bergegas menuju tempat pertemuan yang sudah dijanjikan.
"Selamat pagi, semuanya sudah siap?? "
"Sudah Pak, apa kita bisa berangkat sekarang??"
"Bisa,"
Sesampainya di restoran yang dimaksud tinggal menunggu klien tiba. Akhir-akhir ini aku memang sibuk dengan tender perusahaan, kesana kemari, bahkan bisa pergi ke luar kota atau ke luar negeri. Karena seperti sebelumnya Pak Indra menyerahkan semua urusan kepadaku. Sambil menunggu, aku sejenak menikmati minuman yang aku pesan sesekali memeriksa kembali bahan diskusi, dan aku memerintahkan tim untuk mempelajarinya kembali agar nantinya klien lebih merasa yakin untuk bekerjasama dan menggunakan jasa perusahaan.
"Selamat siang,"sapa seseorang
"Selamat siang,"
"Maaf, telah lama menunggu, ada sedikit masalah yang perlu saya selesaikan dulu tadi,"
"Oo, tidak apa-apa, silahkan duduk,Pak Raffi, klien kita sudah datang."ucap salah satu tim kerjaku.
"Baiklah, terimakasih,,"ucapku sambil berbalik ingin menyapa klien tersebut.
"Selamat siang,,lho?? Tante??"ucapku terkejut
"Ehm maaf, maksud saya, jadi Ibu adalah klien yang ingin bertemu dengan kami,??"
"Iya Fi, saya yang ingin bekerjasama dengan perusahaan kamu, mari silahkan duduk, kita mulai saja pertemuan ini. Saya sudah banyak tahu tentang kinerja kamu dan tim makanya saya ingin mejalin sebuah kerjasama dengan perusahaan kalian."
"Baik Tante, eh, Ibu maksud saya, silahkan duduk semua kita mulai meetingnya,"ucapku gugup.
Tante Rieta lah rupanya yang jadi klien baru perusahaan, kehadiran beliau membuatku sedikit teringat pada seraut wajah. Wajah cantik yang tidak jauh berbeda darinya, seraut wajah yang membuatku begitu merindukannya. Ingatan yang tertuju pada seseorang yang hanya menjadi kenangan sekarang. Ahh, jangan begitu Raffi, fokuslah pada pekerjaan dulu, ucapku dalam hati. Selesai meeting Tante Rieta ingin meminta waktuku sebentar untuk sekedar mengobrol denganku maka dari itu, aku perintahkan timku untuk kembali ke kantor duluan. Aku akan menyusul nanti.
"Apa kabar kamu Fi, masih suka naik motor, Mama dan Nanas sehat kan?? "
"Hehehe masih Tante tapi gak kebut-kebutan lagi kayak dulu. Mama, Nanas sehat, Tante sendiri apa kabar??"
"Baik, seperti yang kamu lihat."
"Iya, Tante masih seperti dulu, awet muda hehehe."
"Bisa aja sih, kamu juga, sekarang jauh lebih baik ya, lebih keren, dan sudah sukses, Tante bangga sama kamu. Setelah kejadian waktu itu tidak membuat kamu jatuh tapi malah sebaliknya,"
"Iya Tante,, berkat doa dan dukungan dari semua, saya jadi lebih baik,"
"Kamu gak nanyain kabar Gigi,??goda Tante Rieta.
"Oo, iya, ehm, kabar Gigi gimana tante??"
"Gigi sehat, usahanya lancar, makin cantik dan masih sendiri,"
Seketika aku mengernyitkan dahi agak terkejut mendengar ucapan Tante Rieta. Kata-kata 'masih sendiri' membuatku bingung dan sedikit salah tingkah.
"Jujur, Tante sangat menyayangkan kalo kalian berdua berpisah, kamu tau kan apa yang sebenarnya terjadi, tapi kenapa kamu gak perjuangkan cinta kamu Fi."
"Kamu bisa aja kan nyusul Gigi kesana."
"Gigi yang ingin kami seperti ini, dia yang ninggalin saya tante, mungkin saya gak pantas mendampingi Gigi,"ucapku sendu.
"Hadeh, kalo jodoh emang ya, ngomongnya aja sama lho,"
"Maksudnya gimana Tante,?? "
Tante Rieta menceritakan semua secara detail apa yang jadi alasan Gigi pergi ke Aussie, meninggalkanku. Aku menyimak dengan sangat baik, aku mencoba mengingat kejadian waktu itu, dan sebagai orang yang terlibat di dalamnya ada sedikit rasa kecewa sekaligus marah. Karena ternyata yang jadi alasannya sangat tidak masuk akal, kenapa waktu itu kami sama-sama berpikiran dangkal. Kami sama-sama menganggap bahwa diri kami tidak pantas untuk satu sama lainnya. Aku hanya mampu meratapi keadaan. Seandainya waktu itu kami luangkan waktu untuk duduk berdua bertemu mengungkapkan perasaan masing-masing pasti tidak begini jadinya. Waktu itu yang kami lakukan hanya tenggelam dalam perasaan masing-masing. Aku juga terlalu bodoh, aku tidak mencoba berjuang lebih keras untuk Gigi. Aku tidak mendengarkan saran dari Irwan saat itu. Jika saat itu aku langsung menemui Gigi pasti detik ini kami masih bersama.
"Ayo lah Fi, kamu masih mencintai Gigi kan, perjuangin cintamu, jangan sampai kamu menyesal untuk kedua kalinya. Tante tau, satu tahun terakhir ini pasti saat-saat yang sulit buat kamu."
"Ya begitulah Tante. Sangat, sangat sulit sebenarnya untuk saya."
"Makanya, ayo bangkit dong. Wujudkan apa yang selama ini kamu inginkan."
"Bagaimana mungkin Tante, apa Gigi masih ingat sama saya. Kita sudah lama tidak berkomunikasi."
"Ini alamat rumah Gigi di Aussie,".
Secara tiba-tiba Tante Rieta menyodorkan secarik kertas padaku. Aku mengambil kertas itu kupandang kertas itu baik-baik. Aku pandang Tante Rieta dan kertas itu secara bergantian. Tante Rieta tersenyum padaku. Entah apa namanya perasaan ini tapi seperti ada kembang api yang membuncah didalam hati. Dan aku tak tahu alasannya kenapa aku tiba-tiba merasa sangat bersemangat untuk membawa Gigi kembali. Mungkin karena cinta sejati, semua bisa terjadi. Dan tentu saja atas seizin-Nya.
"Tante yakin Gigi juga masih memiliki perasaan yang sama denganmu, tidak berubah sedikitpun. Dengan sedikit perjuangan yang tulus kamu pasti bisa buat Gigi kembali lagi sama kamu Fi."
"Terimakasih Tante, cinta Raffi pasti kembali, Nagita pasti kembali buat saya. Apakah Tante merestui saya,?? "
"Kalo saya tidak merestui kamu, buat apa saya kasih alamat ini ke kamu, cepat temui Gigi, bahagiakan anak Tante jangan pernah nyakitin dia, kalo sampe itu terjadi, kamu berhadapan dengan saya Raffi Ahmad, hehehe,"
"Pasti Tante, Insyaallah saya akan berusaha membuatnya selalu tersenyum bahagia."
Setelah mengetahui apa yang jadi alasan Gigi dari Tante Rieta, aku bertekad membawanya pulang. Kembali ke hidupku lagi, mengisi hari-hari yang indah bersama. Karena dia memang wanita yang pantas untuk diperjuangkan. Aku pernah melepaskan Gigi untuk kedua kalinya, dan tidak akan terjadi untuk ketiga kalinya. Aku menelepon Mama untuk meminta restunya, aku tahu Mama akan sangat bahagia kalau aku dan Gigi bersama lagi, dan seperti dugaanku Mama sangat menyambut baik rencanaku. Beliau mendoakan agar semua berjalan lancar. Tidak lupa aku juga memberitahu kepada Om John, tidak berbeda dengan Mama. Om John juga sangat gembira mendengar niatku tersebut. Om John berkata agar aku tidak membuang banyak waktu lagi. Aku pun menghubungi kantor untuk mengajukan ijin cuti,setelah itu aku bergegas memesan tiket pesawat.
Di hari berikutnya,
Penerbangan menuju Australia dilakukan malam hari,tiba-tiba aku teringat Irwan-Zaskia. Mereka belum mengetahui tentang keberangkatanku dan untuk apa aku kesana. Aku segera menghubungi Zaskia dan Irwan. Aku mempunyai satu ide dan aku ingin agar mereka membantuku membuat kejutan untuk Gigi. Dan mereka pun menyambutnya dengan sangat gembira. Aku memberi tahu tentang apa yang ingin aku siapkan untuk pujaan hatiku itu, mereka sangat antusias untuk membantuku. Setelah urusan kejutan selesai semuanya, aku pun bergegas menuju bandara. Sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya. Gigi, tunggu aku sayang.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Sekarang aku sudah tiba di Australia, Irwan juga sudah
menjemputku di bandara. Aku langsung menghampirinya. Lalu kami duduk mengobrol
santai di kedai kopi bandara sambil menunggu waktu untuk bertemu dengan Gigi
nanti.
"Apa kabar loe,?? "
"Baik, bro, akhirnya gue mampir juga ke negeri loe ini bro,,"
"Iya, itu juga bukan karena gue kan, dasar loe," ucap Irwan sewot.
"Hehehe, yah mau gimana lagi bro. Yang penting kan gue disini sekarang, dan satu lagi gue kesini pake duit gue sendiri."
"Iya-iya, harusnya juga gitu. Loe kan udah sukses sekarang."
"Ini semua berkat bokap loe juga,"
"Apaan, ini semua murni usaha loe bro."
"Iya deh,, ehm oh ya gimana Wan, semua beres kan, aduh perasaan gue kok jadi gak karuan gini rasanya,"tanyaku gelisah.
"Santai aja kali bro, tugas yang loe kasih ke gue beres, sekarang tinggal bini gue yang bertindak. Tenang aja, tau beres aja deh loe. Tapi gue pengen nanya satu hal deh sama loe,"
"Apaan,,?? "
"Kenapa sih baru sekarang loe kayak gini Fi,heran gue. Kemaren-kemaren loe kemana, loe bisa kesini dari dulu bro." "Udah setahun lamanya waktu yang loe buang percuma. Untung aja Gigi masih sendiri kalo gak, hehm bisa nyesel tujuh turunan loe. Pasti loe cuma bisa nangis doang di pojokan meratapi nasib."
"Astaga omongan loe Wan, amit-amit. Jangan sampai omongan loe kejadian, semua kan sudah diatur memang jalannya harus kayak gini Wan, doain aja ini berhasil."
"Tapi loe yakin Gigi masih sendiri kan Wan??"
"Tuh kan, loe juga kepikiran. Setau gue sih belum Fi. Bini gue juga gak pernah cerita apa-apa soal itu. "
"Semoga saja begitu, semoga semua lancar sesuai harapan. Amin,"
"Amin, eh Fi. Nih bini gue ngasih tau target udah mulai deket ke lokasi, ayo kita siap-siap berangkat,"
"Okey, bro. Yuk,,"
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Apa kabar loe,?? "
"Baik, bro, akhirnya gue mampir juga ke negeri loe ini bro,,"
"Iya, itu juga bukan karena gue kan, dasar loe," ucap Irwan sewot.
"Hehehe, yah mau gimana lagi bro. Yang penting kan gue disini sekarang, dan satu lagi gue kesini pake duit gue sendiri."
"Iya-iya, harusnya juga gitu. Loe kan udah sukses sekarang."
"Ini semua berkat bokap loe juga,"
"Apaan, ini semua murni usaha loe bro."
"Iya deh,, ehm oh ya gimana Wan, semua beres kan, aduh perasaan gue kok jadi gak karuan gini rasanya,"tanyaku gelisah.
"Santai aja kali bro, tugas yang loe kasih ke gue beres, sekarang tinggal bini gue yang bertindak. Tenang aja, tau beres aja deh loe. Tapi gue pengen nanya satu hal deh sama loe,"
"Apaan,,?? "
"Kenapa sih baru sekarang loe kayak gini Fi,heran gue. Kemaren-kemaren loe kemana, loe bisa kesini dari dulu bro." "Udah setahun lamanya waktu yang loe buang percuma. Untung aja Gigi masih sendiri kalo gak, hehm bisa nyesel tujuh turunan loe. Pasti loe cuma bisa nangis doang di pojokan meratapi nasib."
"Astaga omongan loe Wan, amit-amit. Jangan sampai omongan loe kejadian, semua kan sudah diatur memang jalannya harus kayak gini Wan, doain aja ini berhasil."
"Tapi loe yakin Gigi masih sendiri kan Wan??"
"Tuh kan, loe juga kepikiran. Setau gue sih belum Fi. Bini gue juga gak pernah cerita apa-apa soal itu. "
"Semoga saja begitu, semoga semua lancar sesuai harapan. Amin,"
"Amin, eh Fi. Nih bini gue ngasih tau target udah mulai deket ke lokasi, ayo kita siap-siap berangkat,"
"Okey, bro. Yuk,,"
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Beberapa saat yang lalu di sebuah kafe di sudut kota
Perth,
"Hai, sory telat beb, tadi ada yang perlu diurus mendadak, agak bikin puyeng, udah lama nungguin??"ucap Zaskia.
"Emang udah kebiasaan sih mau gimana lagi, gue sih udah hafal jadi dimaklumi aja, lumayan buat nongkrong ngilangin capek sambil ngopi-ngopi."
"Ini juga kenapa sih dadakan banget loe ngajak ketemuan, ada apaan Ki,??"
"Hehehe,iya, kan udah minta maaf tadi, loe lagi gak sibuk kan Gi,??
"Yeee,, kalo ditanya itu dijawab bukan malah balik nanya,"
"Iya-iya, loe lagi dapet yaa, marah-marah melulu kerjaannya, yang perlu loe tau adalah ajakan gue kali ini pasti bikin loe seneng deh nanti,gue jamin seratus ribu persen. Pokoknya loe ikut gue."
"Kagak ada nilai persen segitu banyak tapi Okelah, awas aja kalo gak,"
"Sukanya ngancem ya ini anak satu,,"
"Harus kalo sama loe Ki, biar kapok hehehe,"
"Ehm Gi, boleh nanya gak,?? "
"Tanya aja, kayak sama siapa aja loe,,"
"Begini Gi, loe ehm,,gimana perasaan loe sekarang,??
"Apa sih maksud loe, perasaan apa maksud loe, perasaan gue ya gini-gini aja Ki, loe aneh deh nanyanya. "
"Hai, sory telat beb, tadi ada yang perlu diurus mendadak, agak bikin puyeng, udah lama nungguin??"ucap Zaskia.
"Emang udah kebiasaan sih mau gimana lagi, gue sih udah hafal jadi dimaklumi aja, lumayan buat nongkrong ngilangin capek sambil ngopi-ngopi."
"Ini juga kenapa sih dadakan banget loe ngajak ketemuan, ada apaan Ki,??"
"Hehehe,iya, kan udah minta maaf tadi, loe lagi gak sibuk kan Gi,??
"Yeee,, kalo ditanya itu dijawab bukan malah balik nanya,"
"Iya-iya, loe lagi dapet yaa, marah-marah melulu kerjaannya, yang perlu loe tau adalah ajakan gue kali ini pasti bikin loe seneng deh nanti,gue jamin seratus ribu persen. Pokoknya loe ikut gue."
"Kagak ada nilai persen segitu banyak tapi Okelah, awas aja kalo gak,"
"Sukanya ngancem ya ini anak satu,,"
"Harus kalo sama loe Ki, biar kapok hehehe,"
"Ehm Gi, boleh nanya gak,?? "
"Tanya aja, kayak sama siapa aja loe,,"
"Begini Gi, loe ehm,,gimana perasaan loe sekarang,??
"Apa sih maksud loe, perasaan apa maksud loe, perasaan gue ya gini-gini aja Ki, loe aneh deh nanyanya. "
"Maksud gue, ehm, perasaan loe sama Raffi,,??"
Pertanyaan Zaskia membuatku
tersentak, kuletakkan cangkir kopi yang sedari tadi kupegang, aku berpikir
kenapa tiba-tiba Zaskia bertanya tentang hal itu. Aku tatap matanya. Apa yang
sebenarnya Zaskia rencanakan. Zaskia lah satu-satunya orang yang tahu secara
detail tentang apa yang aku rasakan setelah aku memutuskan pergi menjauh dari
Raffi, bagaimana setiap harinya aku menangis di pelukannya, mencoba meredam
luka yang perih terasa, curhat tentang rasa kehilangan, kesedihan, kekecewaan
dan semuanya. Zaskia juga mengetahui bahwa tidak ada yang sanggup menggantikan
sosok Raffi dihatiku, dari dulu sampai detik ini. Biarpun banyak laki-laki baru
yang datang mencoba mengetuk hatiku. Tapi tidak ada yang bisa membuatku
tersenyum bahagia sama seperti yang dilakukan Raffi. Setiap kali teringat
kejadian itu, aku yang hanya bisa menyesal dengan keputusan yang aku buat
sendiri. Aku menarik nafas panjang, memegang kalung pemberian Mamanya Raffi
yang kudapatkan dari Zaskia sewaktu di bandara sebelum berangkat. Kalung yang
tidak pernah aku lepaskan sejak pertama kali barang itu menjadi milikku.
Pemberian dari Mamanya Raffi yang selalu aku simpan, beliau ternyata tidak
membenciku bahkan di suratnya beliau menginginkanku untuk tetap mendampingi
anaknya. Tapi saat itu memang tidak memungkinkan untuk terjadi apa yang beliau
inginkan. Tidak lepasnya kalung itu, menjadi salah satu bukti bahwa aku pun
sebenarnya juga menginginkan hal yang serupa. Karena aku meyakini satu hal.
Bahwa suatu saat nanti aku akan kembali ke cinta sejatiku. Kalau Tuhan memang
mengizinkannya terjadi.
"Woy Gi, malah bengong,"
"Eh iya, kenapa Ki,,?? "
"Ya udah, gak usah dijawab, kelamaan. Lagian gue juga udah tau jawabannya. Yuk cabut, udah ditunggu soalnya, yuk."
"Idih sok tau, ehh bentar, ditunggu siapa emang,??
"Udah, ikut aja."
"Iya-iya, "
"Woy Gi, malah bengong,"
"Eh iya, kenapa Ki,,?? "
"Ya udah, gak usah dijawab, kelamaan. Lagian gue juga udah tau jawabannya. Yuk cabut, udah ditunggu soalnya, yuk."
"Idih sok tau, ehh bentar, ditunggu siapa emang,??
"Udah, ikut aja."
"Iya-iya, "
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Wan, mana Gigi,?? "ucapku tidak sabar.
"Loe sadar gak, pertanyaan itu udah kesekian kalinya keluar dari mulut loe, capek gue jawabnya."
"Loe gak pernah kan di posisi gue sih, jadi loe gak bakal tau rasanya gimana,"
"Gue juga ogah di posisi loe, amit-amit jangan sampe. Sekarang gue tanya, emang loe bener-bener udah siap ketemu dia?? udah siap lahir batin?? ntar ngompol lagi saking groginya,,"
"Sialan loe,,dasar kampret."
"Hahahaha,, akhirnya kita berantem lagi kayak gini. Eh eh itu mereka Fi, buruan sembunyi loe, cepetan sana."
"Oo iya itu mereka. Wow, Gigi tambah cantik ya Wan."
"Woy, cepetan, kenapa masih disini sih."
"Itu Wan,, Gigi cantik banget." "
"Loe mau semua ketauan??"
"Hehehe gak gak. Okey,, gue ngumpet dulu,, bismillah semoga lancar."
"Amin,"
Aku pun bersembunyi di tempat yang sudah disiapkan oleh Irwan,sekarang kita berada di sebuah lapangan basket letaknya dekat pinggir pantai. Itu tempat yang sangat pas untuk momenku dengan Gigi. Dengan view di tepi pantai dan terdapat alat proyektor dan layar putih berukuran besar sudah terbentang disana. Di layar putih itulah akan jadi saksi saat aku mengungkapkan semua isi hatiku. Dan it's show time.
"Nah, kita sampai, yuk turun,loe kenapa,"
"Gak, cuma bingung aja,,"ucap Gigi.
"Bingung kenapa, udah yuk turun,,"
"Iya-iya,, "
"Tuh laki gue,, sayang, muach muach, udah lama nunggunya?? "
"Lumayan sih, hai Apa kabar Gi," ucap Irwan.
"Baik Wan, bentar deh kita ngapain disini, ini udah mulai gelap, angin pantainya kenceng banget pula, dingin tauk, loe berdua enak bisa pelukan,, lhah gue,, "protes Gigi.
"Loe mah, dari tadi bawel banget sih Gi, udah sekarang loe duduk dulu disini, gue sama Irwan beli makanan, okey beb,, dah."
"Eh loe pada mau kemana, Woy. Dasar pasangan aneh, trus gue disini mau ngapa,,,in,,"
Belum selesai aku menggerutu, tiba-tiba ada sebuah layar besar menyala, dan ada nama serta gambar wajahku disana.
"Wan, mana Gigi,?? "ucapku tidak sabar.
"Loe sadar gak, pertanyaan itu udah kesekian kalinya keluar dari mulut loe, capek gue jawabnya."
"Loe gak pernah kan di posisi gue sih, jadi loe gak bakal tau rasanya gimana,"
"Gue juga ogah di posisi loe, amit-amit jangan sampe. Sekarang gue tanya, emang loe bener-bener udah siap ketemu dia?? udah siap lahir batin?? ntar ngompol lagi saking groginya,,"
"Sialan loe,,dasar kampret."
"Hahahaha,, akhirnya kita berantem lagi kayak gini. Eh eh itu mereka Fi, buruan sembunyi loe, cepetan sana."
"Oo iya itu mereka. Wow, Gigi tambah cantik ya Wan."
"Woy, cepetan, kenapa masih disini sih."
"Itu Wan,, Gigi cantik banget." "
"Loe mau semua ketauan??"
"Hehehe gak gak. Okey,, gue ngumpet dulu,, bismillah semoga lancar."
"Amin,"
Aku pun bersembunyi di tempat yang sudah disiapkan oleh Irwan,sekarang kita berada di sebuah lapangan basket letaknya dekat pinggir pantai. Itu tempat yang sangat pas untuk momenku dengan Gigi. Dengan view di tepi pantai dan terdapat alat proyektor dan layar putih berukuran besar sudah terbentang disana. Di layar putih itulah akan jadi saksi saat aku mengungkapkan semua isi hatiku. Dan it's show time.
"Nah, kita sampai, yuk turun,loe kenapa,"
"Gak, cuma bingung aja,,"ucap Gigi.
"Bingung kenapa, udah yuk turun,,"
"Iya-iya,, "
"Tuh laki gue,, sayang, muach muach, udah lama nunggunya?? "
"Lumayan sih, hai Apa kabar Gi," ucap Irwan.
"Baik Wan, bentar deh kita ngapain disini, ini udah mulai gelap, angin pantainya kenceng banget pula, dingin tauk, loe berdua enak bisa pelukan,, lhah gue,, "protes Gigi.
"Loe mah, dari tadi bawel banget sih Gi, udah sekarang loe duduk dulu disini, gue sama Irwan beli makanan, okey beb,, dah."
"Eh loe pada mau kemana, Woy. Dasar pasangan aneh, trus gue disini mau ngapa,,,in,,"
Belum selesai aku menggerutu, tiba-tiba ada sebuah layar besar menyala, dan ada nama serta gambar wajahku disana.
"Nagita Slavina, 1 tahun 3 bulan lebih 8 hari
kamu pergi.
cukup lama juga yaa kita berpisah,hehehe tapi asal kamu tau hatiku ini tetap jadi milik kamu. Kita pernah berjanji akan jadi teman hidup kan, masih ingat gak kamu tentang itu, Nagita Slavina. Tapi karena satu dan lain hal kita tidak bersama lagi. 1 tahun 3 bulan lebih 8 hari aku terus kangen sama kamu. Di setiap hari aku selalu membunuh rasa rindu aku buat kamu. Terkadang aku juga menjadi laki-laki yang cengeng. Tapi sekarang, aku disini memintamu untuk kembali untuk cinta kita, kembalilah cintaku. Aku akan menggantikan setiap tetes air mata yang kau keluarkan, setiap perih dari luka yang kau rasakan, setiap waktu yang kamu buang percuma untuk merindukanku. Aku akan menggantikan itu semua dengan kebahagiaan yang tidak ada habisnya. Aku datang kesini untuk mencari dimana cinta sejatiku berada dan memastikan bahwa dia juga yakin aku lah cinta sejatinya."
cukup lama juga yaa kita berpisah,hehehe tapi asal kamu tau hatiku ini tetap jadi milik kamu. Kita pernah berjanji akan jadi teman hidup kan, masih ingat gak kamu tentang itu, Nagita Slavina. Tapi karena satu dan lain hal kita tidak bersama lagi. 1 tahun 3 bulan lebih 8 hari aku terus kangen sama kamu. Di setiap hari aku selalu membunuh rasa rindu aku buat kamu. Terkadang aku juga menjadi laki-laki yang cengeng. Tapi sekarang, aku disini memintamu untuk kembali untuk cinta kita, kembalilah cintaku. Aku akan menggantikan setiap tetes air mata yang kau keluarkan, setiap perih dari luka yang kau rasakan, setiap waktu yang kamu buang percuma untuk merindukanku. Aku akan menggantikan itu semua dengan kebahagiaan yang tidak ada habisnya. Aku datang kesini untuk mencari dimana cinta sejatiku berada dan memastikan bahwa dia juga yakin aku lah cinta sejatinya."
Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku, tidak
menduga bahwa akan ada sebuah kejutan seperti ini yang disiapkan khusus
untukku. Aku mulai menangis karena terharu. Aku tidak percaya ini terjadi.
"Aww,, "
Aku mencubit tanganku, apa mungkin ini hanya mimpi. Tapi ini memang nyata bukan sebuah khayalan. Di tengah suasana hatiku yang tidak karuan tiba-tiba saja sudah ada tangan yang memeluk tubuhku dari belakang. Aku terkejut, aku mencoba mengelak dari pelukan ini tapi tangan ini tetap memeluk tubuhku dengan sangat erat. Lalu aku pun berbalik perlahan seraya terus waspada. Seandainya orang yang berada di belakangku saat ini ingin berbuat jahat padaku. Pelan-pelan aku mencoba melihat wajah orang itu dan yang aku lihat adalah seraut wajah seseorang yang tidak asing. Wajah yang tak pernah aku kira akan aku lihat kembali apalagi untuk sedekat ini jaraknya. Wajah yang selalu ada di dalam benakku. Wajah yang selalu ingin aku jumpai satu tahun terakhir ini.
"Aku memintamu untuk kedua kalinya, Maukah kamu jadi teman hidupku Nagita Slavina,??
"Raffi,,"
Hanya rasa kaget, kaget, dan kaget yang aku rasakan.
"Kok gak dijawab, udah gak usah gengsi. Aku udah tau semua dari Kia dan Mama kamu, kalo kamu juga masih sayang sama aku kan,"
"Dasar tu anak, gak bisa nyimpen rahasia, awas."
"Heii, kamu kenapa kok malah ngedumel. Jadi, gimana nih, mau apa gak, kalo gak aku pulang lagi ke Indonesia dan cari cewek lain aja,"
"Ehm, ehm,,"
"Masih diem aja, kenapa?? kaget?? Liat aku disini,"
"Iya,,"
"Mau dijawab gak,?? "
"Mau,."
"Ayo cepetan dijawab dong makanya,"
"Iya, "
"Ya Tuhan,, dari tadi cuma iya iya aja, kamu gak ngehargaiin semua perjuangan aku, aku udah bikin sedemikian rupa supaya semuanya jadi momen romantis buat kamu. Yah walaupun cuma minimalis kayak gini. Tapi ini tulus dari hati aku yang paling dalam lho. Kalo kamu gak cepet jawab ya udah aku balik lagi aja ke Jakarta."
"Eh, Affi jangan pergi, iya aku mau. Lagian kalo kamu udah tau dari Kia, kenapa masih nanya,"ucap Gigi kesal sambil mendorong tubuhku.
"Eh, kok didorong sih."
"Biarin aja,"
"Jadi, tadi kamu jawab apa Gi?? "
"Gak ada siaran ulang."
"Oo gitu, okey deh. Sia-sia nih kayaknya aku sampai sini, besok balik aja deh. Cari yang laen."ucapku sambil melirik Gigi.
"Aku mau Raffi,, tuh udah aku jawab lagi."
"Mau apa,??" godaku padanya.
"Ya, aku mau yang tadi itu,"
"Itu apa, kalo gak mau jawab yang jelas aku cari cewek lain lho,,"
"Apa kamu bilang, ulangin terus aja tuh kata-kata."teriak Gigi sambil berkacak pinggang.
"Becanda sayang, kan biar seru,hehehe. Jangan marah dong. Sini peluk aku dulu. Aku kangen sama kamu, kangen banget,". Kami pun berpelukan.
"Akhirnya aku bisa peluk tubuh ini lagi. Bisa ngerasain hangatnya pelukan kamu lagi sayang. Bisa denger suara detak jantung kamu juga, I miss you so much Gi, miss you so much."
"Apalagi aku, maafin aku ya udah ninggalin kamu Fi, maafin aku atas perlakuan aku ke kamu waktu itu. Aku udah kasar sama kamu, gak peduli sama perasaan kamu. Tapi mulai sekarang aku janji gak bakal kayak gitu lagi, aku akan selalu disamping kamu selamanya, aku akan coba lebih ngertiin kamu. "
"Iya-iya sayangku. Udah, lupain aja masalah itu. Itu kan masa lalu kita, cukup jadiin pelajaran aja ya."
Gigi menganggukkan kepalanya. Kami terus berpelukan dengan sangat erat, tubuh kami menempel sangat kuat seakan-akan ada lem diantaranya. Selain untuk saling menghangatkan satu sama lain karena udara yang semakin dingin, kami juga ingin menghabiskan rindu yang terlalu lama tersimpan didada.
"Boleh cium gak,,"ucapku berbisik di telinga Gigi, Gigi pun menganggukkan kepala lagi disela pelukanku. Aku lakukan ritual sebelum mencium Gigi yaitu dengan menatap matanya. Lalu aku menempelkan bibirku ke bibir Gigi, kucium bibirnya dari mulai lembut kemudian kasar dan kasar sekali. Gigi juga mengimbangi apa yang aku lakukan, kami saling menikmati perlakuan masing-masing. Selesai mencium bibirnya aku pun melepaskan ciumanku.
"Udah sayang, buka matanya dong, nikmatin banget sih dicium sama aku,hehehe."
"Jangan gitu dong, aku malu nih."
"Ciyee yang malu, pipinya jadi merah tuh hehehe."
"Apaan sih, udah deh. Malu nih."
"Iya deh. Gi, aku ada sesuatu buat kamu, bentar ya."
"Apa itu Fi,,"
"Aku udah lama nyiapin ini," ucapku sambil membuka kotak kecil di tanganku. Ada sebuah cincin bertahta berlian berwarna merah muda dan berbentuk hati didalamnya. Cincin itu aku temukan saat sedang bepergian ke luar negeri beberapa bulan lalu. Entah kenapa saat pertama kali melihatnya yang terlintas di kepalaku hanyalah wajah Gigi. Aku meyakini pasti cincin itu bisa melingkar di jari manis Gigi suatu hari nanti. Dan sekarang itu terwujud.
"Cincin ini pertanda aku melamar kamu secara pribadi sayang, tapi nanti setelah sampai Jakarta, aku akan bawa semua keluargaku untuk meminta kamu jadi istriku di depan Mama Papa kamu, i love you Nagita Slavina."
Terlihat Gigi menangkupkan kedua tangan di wajahnya, dia terlalu bahagia rupanya, dia tidak sadar air matanya mulai mengalir. Air mata bahagia.
"Terimakasih Fi, i love you too. Aku bahagia banget setelah semua yang terjadi akhirnya aku bisa memilikimu lagi."
Setelah kupasangkan cincin di jari Gigi, lalu kami pun berpelukan kembali,
"Duh, yang udah akur lagi, pelukan mulu. Udahan yuk pelukannya, udah malem nih, pelukannya dilanjut lagi nanti,"ucap Irwan
"Iya nih, ntar masuk angin baru tahu rasa loe pada, by the way, selamat ya kalian, cepet nikah sono biar halal mau ngapain aja, iya kan yank" ucap Zaskia.
"Betul, biar gak galau lagi, biar ada yang nemenin tidur juga hehehe,,"
"Makasih banyak buat kalian berdua, udah mau bantuin gue, untung ada kalian, semuanya jadi seperti harapan gue. Pokoknya the best deh kalian."
"Sama-sama bro, gue juga ikut bahagia kalo sohib gue bahagia,"
"Iya Fi, tolong jaga baik-baik sahabat gue, jangan bikin dia sedih. Kamu juga Gi, kalo ada masalah diomongin baik-baik biar gak salah paham kayak dulu."ucap Zaskia
"Pasti Ki,, Thanks ya Ki,,"
"Ya udah yuk pulang,"ajak Zaskia.
"Yuk,, "
"Aduh dingin banget Fi,"ucap Gigi lirih.
"Kamu kedinginan yaa sayang, sini aku pelukin biar anget, kasian nih sayangnya aku, nah udah mendingan kan sekarang sayang,??"
"Iya, makasih ya,"
"Hadeh yank, pengen muntah rasanya liat mereka kayak gitu, kalo lagi akur udah berasa dunia milik berdua deh sekarang. Gak inget waktu berantem hahahaha."
"Apaan sih loe Wan, sirik aja, noh pelukin bini loe noh,"
"Hahahaha, dasar kalian berdua ya, berantem mulu kerjaannya,,haduh pusing gue, "ucap Zaskia seraya menepuk jidatnya.
Kami berempat berjalan pulang ke rumah Irwan sebelum besok pagi aku kembali pulang ke Indonesia, membawa serta Gigi, calon istriku. Aku sudah menepati janjiku kepada Mama dan Tante Rieta, karena akan membawa Gigi pulang kembali ke rumah. Aku sangat bersyukur atas nikmat Tuhan, semuanya berjalan seperti yang aku inginkan, semoga ini bisa terus berlanjut di persiapan pernikahan kami, dan rumah tanggaku nanti. Amin.
"Affi,,"
"Iya sayang,"
"Kamu nginep disini malam ini,?? "
"Iya, kenapa, masa aku nginep di tempat kamu, kan belum sah."
"Kalo gitu aku nginep disini juga ahh, aku gak mau pisah sama kamu, aku mau pelukin kamu malam ini."
"Terus barang-barang kamu gimana,??
"Aku gak bawa barang banyak kok, besok aja aku ambilnya. Sama kamu ya besok,"
"Pasti sayang,"
"Sayangku,, aku boleh tanya sesuatu,?? "
"Tanya apa, biar aku jawab."
"Tadi kenapa kamu langsung mau aku peluk dan cium, padahal kita udah lama gak ketemu."
"Iya ya, aku baru sadar. Aku mau-mauan aja langsung dipeluk sama kamu."
"Ihh, kok gitu. Aku kira kamu bakal jawab karena aku kangen kamu sayang eh ternyata gak,"
"Eh, kok manyun. "
"Biarin aja."
"Tadi tuh aku sebenarnya juga agak takut, sapa nih yang berani meluk aku dari belakang."
"Kamu kira aku penjahat?? "
"Ya kan aku gak tau sayang."
"Ya Tuhan,"ucap Raffi sambil menepuk kepalanya. Dia mulai kesal.
"Tapi Itu tadi bukan jawabannya sayang. Mau denger gak jawaban yang beneran dari aku?? Kok diem aja?? Hei, aku ngomong sama kamu Fi."
Cup, Gigi mencium pipiku. Aku pun jadi tersenyum.
"Huh, dasar laki-laki. Kalo udah dicium aja baru ketawa."
"Cepetan jawab dong Gi, jawab yang serius."
"Sebenernya aku juga gak tahu kenapa. Semua berasal dari sini," ucapnya sambil menunjuk ke dadanya.
"Hati aku gak bisa bohong. Aku juga ingin kita bersama lagi Fi, aku gak mau lagi pisah sama kamu Fi."
"Gak akan sayang,"
Gigi mengeratkan pelukannya, karena kami sedang berbaring sambil berpelukan. Aku pun tak kalah mesra. Aku ciumi rambutnya. Posisi kami sekarang sangat amat intim. Hampir tidak ada jarak. Aku angkat dagu Gigi, dan dia mengerti apa yang aku mau. Gigi memejamkan mata bersiap menerima perlakuan dariku. Lalu aku cium bibir lembutnya, aku gigit bibirnya dan berlanjut dengan menikmati setiap inci kulit wajahnya. Aku tidak terkendali lagi. Ciumanku menjalar ke lehernya. Sementara itu, tanganku mulai bergerak di tubuh Gigi. Tapi untungnya aku cepat tersadar, lalu seketika aku hentikan.
"Maaf sayang, maaf, aku udah kurang ajar sama kamu."
"Maaf untuk apa?? "
"Aku takut kebablasan."
"Hehehe,, kamu memang laki-laki yang baik Fi, terimakasih."
"Sama-sama,"
"Aww,, "
Aku mencubit tanganku, apa mungkin ini hanya mimpi. Tapi ini memang nyata bukan sebuah khayalan. Di tengah suasana hatiku yang tidak karuan tiba-tiba saja sudah ada tangan yang memeluk tubuhku dari belakang. Aku terkejut, aku mencoba mengelak dari pelukan ini tapi tangan ini tetap memeluk tubuhku dengan sangat erat. Lalu aku pun berbalik perlahan seraya terus waspada. Seandainya orang yang berada di belakangku saat ini ingin berbuat jahat padaku. Pelan-pelan aku mencoba melihat wajah orang itu dan yang aku lihat adalah seraut wajah seseorang yang tidak asing. Wajah yang tak pernah aku kira akan aku lihat kembali apalagi untuk sedekat ini jaraknya. Wajah yang selalu ada di dalam benakku. Wajah yang selalu ingin aku jumpai satu tahun terakhir ini.
"Aku memintamu untuk kedua kalinya, Maukah kamu jadi teman hidupku Nagita Slavina,??
"Raffi,,"
Hanya rasa kaget, kaget, dan kaget yang aku rasakan.
"Kok gak dijawab, udah gak usah gengsi. Aku udah tau semua dari Kia dan Mama kamu, kalo kamu juga masih sayang sama aku kan,"
"Dasar tu anak, gak bisa nyimpen rahasia, awas."
"Heii, kamu kenapa kok malah ngedumel. Jadi, gimana nih, mau apa gak, kalo gak aku pulang lagi ke Indonesia dan cari cewek lain aja,"
"Ehm, ehm,,"
"Masih diem aja, kenapa?? kaget?? Liat aku disini,"
"Iya,,"
"Mau dijawab gak,?? "
"Mau,."
"Ayo cepetan dijawab dong makanya,"
"Iya, "
"Ya Tuhan,, dari tadi cuma iya iya aja, kamu gak ngehargaiin semua perjuangan aku, aku udah bikin sedemikian rupa supaya semuanya jadi momen romantis buat kamu. Yah walaupun cuma minimalis kayak gini. Tapi ini tulus dari hati aku yang paling dalam lho. Kalo kamu gak cepet jawab ya udah aku balik lagi aja ke Jakarta."
"Eh, Affi jangan pergi, iya aku mau. Lagian kalo kamu udah tau dari Kia, kenapa masih nanya,"ucap Gigi kesal sambil mendorong tubuhku.
"Eh, kok didorong sih."
"Biarin aja,"
"Jadi, tadi kamu jawab apa Gi?? "
"Gak ada siaran ulang."
"Oo gitu, okey deh. Sia-sia nih kayaknya aku sampai sini, besok balik aja deh. Cari yang laen."ucapku sambil melirik Gigi.
"Aku mau Raffi,, tuh udah aku jawab lagi."
"Mau apa,??" godaku padanya.
"Ya, aku mau yang tadi itu,"
"Itu apa, kalo gak mau jawab yang jelas aku cari cewek lain lho,,"
"Apa kamu bilang, ulangin terus aja tuh kata-kata."teriak Gigi sambil berkacak pinggang.
"Becanda sayang, kan biar seru,hehehe. Jangan marah dong. Sini peluk aku dulu. Aku kangen sama kamu, kangen banget,". Kami pun berpelukan.
"Akhirnya aku bisa peluk tubuh ini lagi. Bisa ngerasain hangatnya pelukan kamu lagi sayang. Bisa denger suara detak jantung kamu juga, I miss you so much Gi, miss you so much."
"Apalagi aku, maafin aku ya udah ninggalin kamu Fi, maafin aku atas perlakuan aku ke kamu waktu itu. Aku udah kasar sama kamu, gak peduli sama perasaan kamu. Tapi mulai sekarang aku janji gak bakal kayak gitu lagi, aku akan selalu disamping kamu selamanya, aku akan coba lebih ngertiin kamu. "
"Iya-iya sayangku. Udah, lupain aja masalah itu. Itu kan masa lalu kita, cukup jadiin pelajaran aja ya."
Gigi menganggukkan kepalanya. Kami terus berpelukan dengan sangat erat, tubuh kami menempel sangat kuat seakan-akan ada lem diantaranya. Selain untuk saling menghangatkan satu sama lain karena udara yang semakin dingin, kami juga ingin menghabiskan rindu yang terlalu lama tersimpan didada.
"Boleh cium gak,,"ucapku berbisik di telinga Gigi, Gigi pun menganggukkan kepala lagi disela pelukanku. Aku lakukan ritual sebelum mencium Gigi yaitu dengan menatap matanya. Lalu aku menempelkan bibirku ke bibir Gigi, kucium bibirnya dari mulai lembut kemudian kasar dan kasar sekali. Gigi juga mengimbangi apa yang aku lakukan, kami saling menikmati perlakuan masing-masing. Selesai mencium bibirnya aku pun melepaskan ciumanku.
"Udah sayang, buka matanya dong, nikmatin banget sih dicium sama aku,hehehe."
"Jangan gitu dong, aku malu nih."
"Ciyee yang malu, pipinya jadi merah tuh hehehe."
"Apaan sih, udah deh. Malu nih."
"Iya deh. Gi, aku ada sesuatu buat kamu, bentar ya."
"Apa itu Fi,,"
"Aku udah lama nyiapin ini," ucapku sambil membuka kotak kecil di tanganku. Ada sebuah cincin bertahta berlian berwarna merah muda dan berbentuk hati didalamnya. Cincin itu aku temukan saat sedang bepergian ke luar negeri beberapa bulan lalu. Entah kenapa saat pertama kali melihatnya yang terlintas di kepalaku hanyalah wajah Gigi. Aku meyakini pasti cincin itu bisa melingkar di jari manis Gigi suatu hari nanti. Dan sekarang itu terwujud.
"Cincin ini pertanda aku melamar kamu secara pribadi sayang, tapi nanti setelah sampai Jakarta, aku akan bawa semua keluargaku untuk meminta kamu jadi istriku di depan Mama Papa kamu, i love you Nagita Slavina."
Terlihat Gigi menangkupkan kedua tangan di wajahnya, dia terlalu bahagia rupanya, dia tidak sadar air matanya mulai mengalir. Air mata bahagia.
"Terimakasih Fi, i love you too. Aku bahagia banget setelah semua yang terjadi akhirnya aku bisa memilikimu lagi."
Setelah kupasangkan cincin di jari Gigi, lalu kami pun berpelukan kembali,
"Duh, yang udah akur lagi, pelukan mulu. Udahan yuk pelukannya, udah malem nih, pelukannya dilanjut lagi nanti,"ucap Irwan
"Iya nih, ntar masuk angin baru tahu rasa loe pada, by the way, selamat ya kalian, cepet nikah sono biar halal mau ngapain aja, iya kan yank" ucap Zaskia.
"Betul, biar gak galau lagi, biar ada yang nemenin tidur juga hehehe,,"
"Makasih banyak buat kalian berdua, udah mau bantuin gue, untung ada kalian, semuanya jadi seperti harapan gue. Pokoknya the best deh kalian."
"Sama-sama bro, gue juga ikut bahagia kalo sohib gue bahagia,"
"Iya Fi, tolong jaga baik-baik sahabat gue, jangan bikin dia sedih. Kamu juga Gi, kalo ada masalah diomongin baik-baik biar gak salah paham kayak dulu."ucap Zaskia
"Pasti Ki,, Thanks ya Ki,,"
"Ya udah yuk pulang,"ajak Zaskia.
"Yuk,, "
"Aduh dingin banget Fi,"ucap Gigi lirih.
"Kamu kedinginan yaa sayang, sini aku pelukin biar anget, kasian nih sayangnya aku, nah udah mendingan kan sekarang sayang,??"
"Iya, makasih ya,"
"Hadeh yank, pengen muntah rasanya liat mereka kayak gitu, kalo lagi akur udah berasa dunia milik berdua deh sekarang. Gak inget waktu berantem hahahaha."
"Apaan sih loe Wan, sirik aja, noh pelukin bini loe noh,"
"Hahahaha, dasar kalian berdua ya, berantem mulu kerjaannya,,haduh pusing gue, "ucap Zaskia seraya menepuk jidatnya.
Kami berempat berjalan pulang ke rumah Irwan sebelum besok pagi aku kembali pulang ke Indonesia, membawa serta Gigi, calon istriku. Aku sudah menepati janjiku kepada Mama dan Tante Rieta, karena akan membawa Gigi pulang kembali ke rumah. Aku sangat bersyukur atas nikmat Tuhan, semuanya berjalan seperti yang aku inginkan, semoga ini bisa terus berlanjut di persiapan pernikahan kami, dan rumah tanggaku nanti. Amin.
"Affi,,"
"Iya sayang,"
"Kamu nginep disini malam ini,?? "
"Iya, kenapa, masa aku nginep di tempat kamu, kan belum sah."
"Kalo gitu aku nginep disini juga ahh, aku gak mau pisah sama kamu, aku mau pelukin kamu malam ini."
"Terus barang-barang kamu gimana,??
"Aku gak bawa barang banyak kok, besok aja aku ambilnya. Sama kamu ya besok,"
"Pasti sayang,"
"Sayangku,, aku boleh tanya sesuatu,?? "
"Tanya apa, biar aku jawab."
"Tadi kenapa kamu langsung mau aku peluk dan cium, padahal kita udah lama gak ketemu."
"Iya ya, aku baru sadar. Aku mau-mauan aja langsung dipeluk sama kamu."
"Ihh, kok gitu. Aku kira kamu bakal jawab karena aku kangen kamu sayang eh ternyata gak,"
"Eh, kok manyun. "
"Biarin aja."
"Tadi tuh aku sebenarnya juga agak takut, sapa nih yang berani meluk aku dari belakang."
"Kamu kira aku penjahat?? "
"Ya kan aku gak tau sayang."
"Ya Tuhan,"ucap Raffi sambil menepuk kepalanya. Dia mulai kesal.
"Tapi Itu tadi bukan jawabannya sayang. Mau denger gak jawaban yang beneran dari aku?? Kok diem aja?? Hei, aku ngomong sama kamu Fi."
Cup, Gigi mencium pipiku. Aku pun jadi tersenyum.
"Huh, dasar laki-laki. Kalo udah dicium aja baru ketawa."
"Cepetan jawab dong Gi, jawab yang serius."
"Sebenernya aku juga gak tahu kenapa. Semua berasal dari sini," ucapnya sambil menunjuk ke dadanya.
"Hati aku gak bisa bohong. Aku juga ingin kita bersama lagi Fi, aku gak mau lagi pisah sama kamu Fi."
"Gak akan sayang,"
Gigi mengeratkan pelukannya, karena kami sedang berbaring sambil berpelukan. Aku pun tak kalah mesra. Aku ciumi rambutnya. Posisi kami sekarang sangat amat intim. Hampir tidak ada jarak. Aku angkat dagu Gigi, dan dia mengerti apa yang aku mau. Gigi memejamkan mata bersiap menerima perlakuan dariku. Lalu aku cium bibir lembutnya, aku gigit bibirnya dan berlanjut dengan menikmati setiap inci kulit wajahnya. Aku tidak terkendali lagi. Ciumanku menjalar ke lehernya. Sementara itu, tanganku mulai bergerak di tubuh Gigi. Tapi untungnya aku cepat tersadar, lalu seketika aku hentikan.
"Maaf sayang, maaf, aku udah kurang ajar sama kamu."
"Maaf untuk apa?? "
"Aku takut kebablasan."
"Hehehe,, kamu memang laki-laki yang baik Fi, terimakasih."
"Sama-sama,"
Keesokan harinya di Bandara,
"Udah waktunya gue pulang nih Wan, sekali lagi terimakasih atas bantuannya, loe juga Ki."
"Iya-iya, itu terus ngomongnya. Pokoknya gue doain semoga semua lancar. Nanti kalo butuh apa-apa tinggal hubungi gue Fi,,"
"Gigi sayang, aku bahagia banget liat senyum itu lagi. Aku ikut seneng kamu udah nemuin cinta yang kamu cari. Akur-akur ya kalian. See you soon on your wedding guys,,"
"Terimakasih Ki,, loe baik-baik disini. Dan loe berdua harus dateng di pernikahan gue sama Raffi, awas aja kalo gak,"
"Iya-iya, pasti gue bela-belain dateng. Ya udah gih masuk udah harus berangkat kan. Hati-hati ya, bye,"
"Bye Ki, bye Wan,"
Aku dan Gigi sudah waktunya pergi, dan sekarang kami sudah di kursi pesawat. Tangan kami tak bisa terlepas selalu menggenggam satu sama lainnya. Setiap ada kesempatan aku ciumi tangan calon istriku ini.
"Sayang,,"
"Iya, ada apa sayang,,"balas Gigi.
"Setelah pesawat ini sampai di Jakarta, berarti kita udah harus siap dengan proses kehidupan kita yang baru. Kamu siap?? "
"Selama kamu ada disamping aku, aku selalu siap menghadapi semuanya."
"I love you Nagita,."
"I love you Raffi,,"
"Yuk tidur, biar nanti seger bangunnya,,"ajak ku.
"Yuk,,"
"Tapi cium dulu dong sayang," pintaku
"Gak ah, bosen."
"Huuu, dasar calon istri macam apa kamu. Dikit aja Gi. Please."
"Hehehe,"
"Malah ketawa, cepetan. Dikasih apa gak nih calon suaminya??"
"Lain kali ya sayang,,,hehehe cup, cup jangan nangis ya."
"Ya udah deh,,"
"Udah waktunya gue pulang nih Wan, sekali lagi terimakasih atas bantuannya, loe juga Ki."
"Iya-iya, itu terus ngomongnya. Pokoknya gue doain semoga semua lancar. Nanti kalo butuh apa-apa tinggal hubungi gue Fi,,"
"Gigi sayang, aku bahagia banget liat senyum itu lagi. Aku ikut seneng kamu udah nemuin cinta yang kamu cari. Akur-akur ya kalian. See you soon on your wedding guys,,"
"Terimakasih Ki,, loe baik-baik disini. Dan loe berdua harus dateng di pernikahan gue sama Raffi, awas aja kalo gak,"
"Iya-iya, pasti gue bela-belain dateng. Ya udah gih masuk udah harus berangkat kan. Hati-hati ya, bye,"
"Bye Ki, bye Wan,"
Aku dan Gigi sudah waktunya pergi, dan sekarang kami sudah di kursi pesawat. Tangan kami tak bisa terlepas selalu menggenggam satu sama lainnya. Setiap ada kesempatan aku ciumi tangan calon istriku ini.
"Sayang,,"
"Iya, ada apa sayang,,"balas Gigi.
"Setelah pesawat ini sampai di Jakarta, berarti kita udah harus siap dengan proses kehidupan kita yang baru. Kamu siap?? "
"Selama kamu ada disamping aku, aku selalu siap menghadapi semuanya."
"I love you Nagita,."
"I love you Raffi,,"
"Yuk tidur, biar nanti seger bangunnya,,"ajak ku.
"Yuk,,"
"Tapi cium dulu dong sayang," pintaku
"Gak ah, bosen."
"Huuu, dasar calon istri macam apa kamu. Dikit aja Gi. Please."
"Hehehe,"
"Malah ketawa, cepetan. Dikasih apa gak nih calon suaminya??"
"Lain kali ya sayang,,,hehehe cup, cup jangan nangis ya."
"Ya udah deh,,"
Bersambung...
0 Response to "Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 24"
Post a Comment