Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 25


Cerbung by : Rini Diah Mardiyati

"Bangun sayang, kita udah sampai di Jakarta. Yuk." ucap Gigi. 
"Udah sampai ya, cepet banget sih. Padahal aku masih ngantuk."
"Kamu kecapean ya?tidurnya nyenyak banget. Jadi gak kerasa kalo udah nyampe."
"Hehehe. Iya juga. Maklum aku kan dari Jakarta-Perth langsung balik ke Jakarta lagi cuma buat kamu sayang."
"Hehehe, terimakasih ya Fi buat semuanya."
"Sama-sama. Ya udah yuk, eh bentar aku ambil barang-barang dulu."
Akhirnya aku sampai di Jakarta setelah menempuh perjalanan cukup lama. Dan tentu saja aku bersama dengan Gigi, calon istriku. Aku suka sekali menyebutkan kata-kata itu. Aku begitu bangga mengucapkannya. Setiap kata itu keluar dari mulutku selalu saja diiringi dengan senyuman manis di wajahku. Itu artinya aku benar-benar sedang bahagia saat ini. 
"Fi, aku mau ke toilet dulu bentar yaa."
"Iya sayang, aku tunggu di coffe shop itu ya. Mau sekalian aku pesenin sesuatu gak??"
"Boleh,,"
"Okey,,"
Kami lalu berpencar ke tujuan masing-masing, dengan ringan aku melangkah maju. Aku sangat lega, tidak ada lagi beban di hati. Karena hatiku ini sudah kembali ke rumah dimana ia seharusnya menetap yaitu cinta Gigi. Hidupku kembali berwarna setelah satu tahun kemarin hanya sebatas hitam dan putih tanpa indahnya cinta. Aku akan memulai sesuatu yang baru, sesuatu yang selalu aku impikan yaitu hidup bersama dengan orang yang aku cintai. 
"Ada yang bisa dibantu Pak?? "
"Saya mau pesan ice vanilla latte satu, ice jelly latte caramel coffe satu, dan dua croissant almond." 
"Itu saja Pak?? "
"Iya," 
"Ini pesanan bapak, terimakasih."
"Terimakasih,"
Selesai membayar kemudian aku duduk santai di bangku sambil menunggu Gigi kembali dari toilet. Hari itu bandara tampak lengang karena memang bukan weekend. Tak lama Gigi pun datang. 
"Udah,??"
"Udah, ini minuman aku??"tanya Gigi. 
"Iya, yang itu punya kamu sama ini tadi aku beliin kamu roti, lumayan buat ganjel perut."
"Ih, pengertian banget sih."
"Tambah cinta gak sama aku?? "tanyaku 
"Tambah cinta gak yaa, ehm, gimana ya." 
"Ah, pasti jawabannya gak."gerutu ku. 
"Hehehe, kamu lucu banget sih kalo lagi marah. Jangan manyun dong."goda Gigi. 
"Apa,?? Aku tuh kesel sama kamu. Gengsi banget sih bilang cinta sama aku. Sekali-kali kek bikin aku seneng gitu. Tinggal jawab iya sayang aku tambah cinta sama kamu. Apa susahnya sih."
"Aduh, marah beneran nih ternyata. Ciyee yang marah. "
"Bodo." 
"Raffi sayang, jangan marah dong kan becanda."
"Gak usah panggil-panggil aku sayang,"ucapku sambil melengos. 
"Heii Raffi, hei lihat aku sini,"ucap Gigi seraya memutar wajahku agar melihatnya. Kami saling menatap satu sama lainnya. Aku lihat wajah Gigi berubah menjadi sangat serius. 
"Dengerin aku baik-baik. Aku bukan gak mau nyenengin kamu, tapi aku tau ada waktunya becanda ada waktunya serius. Kamu gak usah ngelakuin kayak gini, aku tuh udah tambah cinta dari satu detik berganti menit lalu berubah jadi jam dan seterusnya. Aku cinta banget sama kamu Raffi, lebih dari yang kamu tahu. Cukup rasain pake hati kamu." ucap Gigi. 
"Kalo aku gak setiap hari bilang sayang sama kamu bukan berarti aku gak cinta. Kita udah dewasa bukan kayak anak SMA yang lagi jatuh cinta. Tapi kalo kamu maunya aku bilang sayang ke kamu setiap hari, bakal aku lakuin."
Aku hanya tertegun mendengarnya. Ini kata cinta terpanjang yang pernah diucapkan oleh Gigi untukku, dengan raut wajah yang serius pula. Aku sangat bisa merasakan apa yang dia ucapkan sangat tulus dari dalam hatinya, hatiku sangat tersentuh saat kalimat demi kalimat terdengar di telingaku. Aku tatap matanya. Aku juga tidak bisa berucap apa-apa lagi yang aku lakukan hanya mengusap-usap tangan Gigi yang berada di wajahku. Menciumi tangannya yang sangat halus, dibelainya wajahku dengan tangan halus itu. Ya Tuhan, terimakasih. Engkau telah memberikan bidadari cantik untuk aku miliki. Aku sangat mencintainya Tuhan. 
"I love you Raffi,"
"I love you too Nagita,"
"Eits, gak boleh."ucap Gigi sambil menutup mulutnya. 
"Ih dasar GR, sapa juga yang mau cium kamu."
"Hehehe, udah gak marah lagi kan??"
"Gak kok, aku gak mungkin bisa lama marah sama kamu. Aku gak bisa kalo harus jauh dari kamu lagi."
"Gak akan sayangku."
"Ya udah yuk pulang, keburu dicari Mama kamu nanti. Disangkanya aku nyulik anak perempuannya lagi." 
"Raffi, kita ke Bandung aja yuk,,,"ucap Gigi. 
"Hah, ke Bandung??? "tanyaku heran. 
"Iya, langsung ke Bandung. Aku mau ketemu Mama kamu. Tenang tadi aku telpon Mama soal ini waktu aku habis dari toilet." 
"Beneran?? "
"Bener, lagian Mama juga lagi di Surabaya. Aku pulang ke rumah paling juga tidur doang. Mending ke Bandung. Boleh kan??" 
"Ya, boleh boleh aja sih."
"Let's go,, "
Kami berdua menuju ke Bandung. Sebenarnya aku berniat membawa Gigi ke rumah bertemu dengan Mamanya terlebih dahulu yah setidaknya izin dulu baru setelah itu aku mengajaknya ke Bandung untuk menemui Mama. Tapi ya sudahlah lagipula Gigi sudah memberitahu Mamanya. 
Sesampainya di kota Kembang Bandung, 
Aku dan Gigi sengaja tidak meminta sopir taksi untuk berhenti di halaman rumah, kami ingin membuat kejutan untuk Mama. Aku turun lebih dulu. Aku lihat Mama sedang menyiram tanaman, aku meminta Gigi untuk bersembunyi. Lalu aku pun mendekati Mama. 
"Assalamualaikum Ma,"
"Waalaikumsalam, Eh kasep,, anak Mama."
"Sehat Ma?? "
"Alhamdulillah,, Affi sendirian?? Gigi mana??" 
"Gigi,,huh,,"ucapku pelan seraya menarik napas panjang. 
"Ya udah Affi, memang ini sudah takdir dari Allah. Terima aja ya kasep. Ikhlasin Gigi buat orang lain."ucap Mama sambil memelukku. 
"Selamat sore Tante,,"
Mama terkejut melihat seseorang yang tiba-tiba muncul dari kejauhan. Seorang wanita cantik yang tidak pernah lagi berjumpa sejak saat itu. Wanita itu datang mendekat dan meraih tangannya dan menciumnya. 
"Apa kabar Tante?? "
"Nak Gigi,,, jadi,, kalian,," 
"Iya Tante, saya sama Raffi sudah bersama lagi."
"Ya Allah, terimakasih Ya Allah,"
Mama pun beralih memeluk Gigi dan menciumi pipinya. Mereka sangat terharu sampai-sampai air matanya mengalir, apalagi Gigi. Tubuh Gigi sampai berguncang hebat. Aku hampiri dua wanita penting di hidupku, aku peluk mereka. Aku ciumi satu persatu. 
"Aduh, kenapa jadi cengeng gini ya. Bukannya disuruh masuk. Ayo Gigi masuk, pasti capek kan. Ayo Affi masuk."
"Mari Tante,,"
"Eh, jangan panggil Tante, panggil Mama saja yaa."
Aku dan Gigi terkejut mendengar perkataan Mama, tapi tak lama kami pun tersenyum bahagia. 
"Iya Ma,,"
Kami pun larut dalam perbincangan yang seru, terlebih Mama dan Gigi, mereka seperti temu kangen. Masih terus membicarakan tentang semua hal. 
"Ma, Affi ke kamar dulu ya. Mau bersih-bersih dulu. Sayang, aku ke kamar ya. Kalo kamu mau istirahat, kamar kamu masih sama kayak yang dulu. Tuh disana."
"Iya sayang."
"Affi, mau makan malam apa? Biar Mama masakin."
"Apa aja Ma."
Aku pun berlalu ke kamar. Meninggalkan Mama dan Gigi. 
"Mama, mau masak, yuk aku bantuin. Eh, iya Nanas mana Ma??"
"Nanas belum pulang, habis maghrib biasanya kalo gak ya habis isya Gi."
"Nanas kerja Ma,?? "
"Affi belum cerita ya, Nanas kerja di bengkel. Usahanya Affi, usaha kecil-kecilan trus Nanas yang pegang bengkelnya." 
"Oo gitu, Alhamdulillah."
"Gi, Mama boleh tanya sesuatu?? "
"Boleh dong Ma," 
"Waktu Affi nyusul Gigi kesana, Affi bilang apa??"
"Maaf Ma, Gigi kurang paham maksud pertanyaan Mama tadi."
"Maksud Mama, Affi tuh kesana ngapain aja. Cuma kesana bilang cinta atau apa gitu?? "
"Ehm, aduh gimana ya Ma, Gigi jadi malu." 
"Kok malu, cerita atuh ke Mama."
"Raffi ngelamar Gigi Ma, ini cincinnya."
"Nah, itu maksud Mama. Gak sia-sia Mama didik Affi, ternyata berani juga melamar kamu. Mama lega sekarang, terimakasih ya Gi, udah mau terima Raffi lagi."
"Sebenarnya, Gigi kesini juga karena itu. Gigi mau minta maaf atas kesalahan Gigi di masa lalu. Gigi benar-benar minta maaf."
"Udah atuh Gi, Mama udah maafin kamu kok dari dulu. Kamu juga udah baca surat dari Mama kan?? "
"Udah Ma,, terimakasih ya Ma. Gigi lega sekarang." 
"Ya udah yuk, buruan masak. Keburu makan malam nanti."
"Yuk Ma,,"
Beberapa jam berlalu, 
"Assalamualaikum Ma, Nanas pulang."
"Waalaikumsalam,"jawab Gigi. 
"Kak Gigi??? "
"Gitu banget sih kagetnya, iya ini kak Gigi." 
"Ini beneran, emang aku capek banget hari ini tapi masa iya sampe berhalusinasi kaya gini."
"Sini,, kak Gigi pijitin kalo kamu capek."
"Eh, beneran loh. Pijitannya kerasa, jadi ini kak Gigi beneran."
"Emang iya dari tadi, ini aku Nas."
"Aaaaaa,, Nanas kangen sama kak Gigi."
"Kak Gigi juga,"
"Aa Raffi ikut??"
"Ikut kok, tadi sih bilangnya cuma mau mandi tapi sampe sekarang belum keluar kamar, mungkin ketiduran."
"Oo gitu, aku bener-bener gak nyangka kak Gigi disini. Udah lama banget ya, terakhir ketemu ya waktu di rumah sakit." 
"Iya, waktu kak Gigi ngusir kamu kan, hehehe."
"Ah, kak Gigi bisa aja."
"Maaf ya Nas buat waktu itu."
"Iya, santai aja kak. Lagian Nanas gak pernah marah sama kak Gigi."
"Hahh, kakak lega udah minta maaf sama kamu, Mama dan Raffi. Sana gih mandi."
"Oke deh, kalo gitu Nanas ke kamar dulu ya. Sampai ketemu di meja makan kak Gigi."
"Iya,,"
Tok,, tok
"Affi, bangun kasep. Udah waktunya makan malam. Affi,,"
"Belum bangun Ma??"tanya Gigi. 
"Belum kayanya Gi, gak ada jawaban dari tadi. Ya udah yuk makan duluan aja. Soalnya Mama habis ini mau pergi sama Nanas jenguk tetangga sebelah."
"Oo gitu, ayo deh Ma,," 
Makan malam selesai tapi Raffi tak kunjung keluar kamarnya. Sebelum Mama dan Nanas pergi, Mama berpesan bahwa Raffi harus dibangunkan karena dia tidak bisa kalau tidak makan. Lalu aku putuskan untuk mengetuk kembali kamarnya. 
Tok, Tok, Tok
"Raffi,,, Raffi,, sayang, bangun yuk. Makan dulu."
"Hadeh, dasar kebo. Langsung masuk aja deh kalo gitu."
Aku dekati Raffi, dia memang terlihat sangat lelah. Aku belai rambut dan wajahnya perlahan, takut kalau dia terganggu. Aku tatap wajahnya yang begitu manis saat tertidur seperti ini,selain manis tentu saja juga sangat tampan. Dengan sedikit bulu halus disekitar wajahnya karena sudah dua hari ini Raffi tidak mencukurnya. 
"Ganteng banget kan calon suami kamu ini??"
"Raffiiiiiiiiii, kaget tau."
"Hahahaha, hahahaha. Salah sendiri pegang-pegang. Emang enak aku kerjain. Aku sebenernya udah bangun dari tadi pas kamu buka pintu."
"Ih dasar, sukanya ngerjain. Sini aku gigit."
"Aaa, aduh, Iya-iya ampun sayang. Aduh sakit."
"Biar tau rasa,"
"Aduh sayang, sakit nih tanganku."
"Udah, gak usah manja. Ayo makan malam dulu nanti kamu sakit."
"Suapin,,"
"Dasar manja,,ayo cepetan."
"Disuapin kan?? "
"Iya sayangku, cintaku." 
"Hehehe,"
"Buka mulutnya, aa emm,, pinter banget sih."
"Mama sama Nanas kemana, kok sepi banget?? "
"Ke rumah sakit, nengok tetangga sebelah katanya." 
"Jadi, disini cuma tinggal kita berdua dong sayang."ucapku sambil bergerak mendekati Gigi, jauh lebih dekat daripada sebelumnya. 
"Aduh, agak geser sana dong Fi, sempit nih."
"Gak mau."
"Bentar, ini aku gak bisa gerak. Aku mau ambil minum dulu buat kamu. Ayo dong please."
"Bilang gini dong, Raffi sayang minggir bentar aku mau ambil minum, gitu."
"Raffi sayang, aku mau ambil minum tolong beri jalan dong."
"Nah, gitu atuh neng. Aa kan seneng dengernya."
"Nih, minum dulu."
"Terimakasih sayang. Sini, duduk deket aku."
"Iya,,"
"Maincourse udah, minum udah, pencuci mulutnya kan belum sayang,"ucapku. 
"Kamu mah, gak minta dari tadi. Aku kan udah terlanjur duduk nih. Ya udah, kamu mau apa. Kayaknya ada buah di kulkas."
"Aku gak mau itu, aku maunya ini."ucapku sambil menunjuk ke bibir Gigi. Tanpa meminta ijin darinya aku langsung menciumnya. Gigi sempat terkejut saat bibirku mulai menempel di bibirnya. Aku dorong tubuhnya agar berbaring mengikuti apa yang aku lakukan.
"Kamu suka banget yaa sama bibir aku?? "
"Banget, banget sayang hehehe." 
"Dasar kamu mah gitu, mesum."
"Biarin aja."
Tanpa sengaja aku melihat ke leher Gigi karena saat ini dia sedang memakai baju model V. Ada benda asing di sana karena memang baru kali pertama aku melihat benda itu. 
"Gi, aku baru tau kalo kamu suka pake kalung gitu. Sejak kapan??" 
"Oo ini, ini dari Mama kamu makanya aku pakai. Waktu aku mau berangkat ke Aussie dikasih sama Kia."
"Oo gitu, kok Mama gak ngasih tau ke aku ya."
"Ya gak lah. Ini urusan perempuan."
"Iya deh iya. Sayang, yuk duduk diluar. Ngobrol sekalian liat bintang di teras."
"Yuk,"
"Nah, duduk sini aja Gi."
"Lumayan dingin juga ternyata."
"Sini aku peluk. Minta dipeluk aja harus ngasih kode segala."
"Ih, apaan."
"Tuh gengsi lagi kan."
"Hehehe."
"Seandainya Papa masih ada, pasti Papa seneng banget deh punya calon mantu kayak kamu."
"Masa sih, semoga aja Papa disana merestui kita ya."
"Pasti dong. Ngomong-ngomong kamu mau konsep pernikahan kayak apa Gi??"
"Yang sakral,"ucap Gigi. 
"Trus apalagi??"
"Apalagi ya?? "
"Mau adat atau internasional??" 
"Ehm terserah aja deh,"
"Kok terserah, kan biasanya setiap perempuan punya impian pernikahan mereka masing-masing. Kamu gak punya??"
"Aku cuma mau yang sakral, intim, dan memorable. Gak harus mewah. Serahin aja sama Mama-mama kita pasti beres."
"Ya udah kalo gitu, yuk masuk. Kamu belum istirahat kan."
"Yuk,,"
"Silahkan tuan putri, met bobok ya."
"Aku mau kamu nyanyi buat aku kayak dulu." 
"Nyanyi?? Lagu apa??"
"Terserah, apa aja. Kamu nyanyi sampe aku tidur baru kamu boleh keluar."
"Okey, apa sih yang gak buat kamu sayang. Bentar aku ambil gitar dulu di kamar."
"Iya,,"
"Nah,ini gitarnya. Lho kok bangun, sambil tiduran aja sayang."
"Gak, aku mau dengerin kamu nyanyi dulu baru aku tidur nanti."
"Ya udah aku nyanyi ya, lagu ini ungkapan isi hati aku buat kamu. Resapi liriknya baik-baik ya."
Aku mulai memetik senar gitarku, 
****Keindahanmu tak pernah dapat terlukiskan 
Kecantikanmu menghancurkan hati
Ketulusanmu mengalir sebening kasihmu 
Setiamu menguatkan aku 
Kau begitu berarti, sungguh sangat berarti 
Kesempurnaan cinta kau beri 
Aku menyayangimu dalam senyum dan tangisku 
Dan aku mencintaimu dalam hidup dan matiku
[Kesempurnaan Cinta-Naff] 
"Bagus gak lagunya??Hei, kok malah nangis? sini-sini, kamu kenapa sayang??"
Gigi menangis di pelukanku, pertanyaanku juga hanya dijawab dengan anggukan dan gelengan kepala saja. Tangannya memeluk tubuhku dengan sangat erat, aku ciumi kepalanya. 
"Jangan Raffi,"ucap Gigi saat aku ingin melepaskan pelukannya dari tubuhku. Gigi tidak mau aku jauh darinya. 
"Kalo kamu gak lepasin ini, kapan kamu tidurnya sayang, hem,,"
Gigi mulai mengendurkan pelukannya pada tubuhku. 
"Kamu kenapa??"
"Aku cuma gak mau lagi nglepasin laki-laki baik kayak kamu. Kamu tuh sayang banget sama aku. Kamu tuh bisa buat aku bahagia dengan kamu nyanyi kayak tadi, dengan hal-hal yang sederhana. Terimakasih Ya Allah , karena Engkau telah mengirim laki-laki baik yang sedang duduk di depan hamba sekarang. Terimakasih, Engkau telah menakdirkan laki-laki ini hanya untuk hamba. Aku cinta banget sama kamu Raffi."
"Aku lebih lebih lebih cinta sama kamu Gi."
Cup,, aku cium keningnya. 
"Kamu sekarang tidur ya, good night sayang. Mimpiin aku ya hehehehe."
"Kamu juga tidur ya, see you tomorrow."
Setelah aku menyelimuti Gigi, kembali aku mencium keningnya. Aku matikan lampu kamar Gigi lalu aku keluar dari kamarnya menuju kamarku sendiri. 
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Bandung di pagi hari memang sangat menyenangkan, tidak ada yang bisa menggantikan perasaan ini. Sejuk udaranya menenangkan hati dan pikiran. Sekarang aku sedang berada diatas sepeda berkeliling. Memang sengaja aku bangun lebih pagi untuk melakukan ini. Disaat orang rumah belum bangun, sekalipun itu Mama, aku sudah mengeluarkan sepedaku dari garasi. Ketika perjalanan pulang aku melihat ada penjual bunga di tepi jalan raya, aku membeli beberapa tangkai bunga lalu bergegas kembali ke rumah. 
"Assalamualaikum Ma, selamat pagi. Cup. Ini buat Mama Affi tercinta."ucapku menyapa ibuku tersayang. 
"Waalaikumsalam, selamat pagi juga Kasep. Terimakasih bunganya. Affi darimana, Mama kira Affi masih tidur. "
"Sepedaan Ma, Nanas belum bangun kan Ma??" 
"Belum, Nanas mah kalo bangun agak mepet."
"Ya udah, Raffi ke dalam dulu ya Ma."
"Iya,,"
Di kamar Nanas, 
"Woy, bangun Woy, udah siang tau. Cepetan, "seruku seraya menarik selimut Nanas.
"Aa apaan sih, ini masih pagi banget. Tuh belum ada jam 6. Nanas masih ngantuk banget nih, jangan bangunin Nanas dulu. Sejam lagi aja ya A'."
"Gak bisa, kamu harus bangun dulu."
"Apaan sih A'?? "
"Melek dulu makanya,,nih buat adek Aa yang paling cantik sedunia." 
"Hah, bunga,??tumben. Aa gak salah kamar kan. Ini bukan kamarnya kak Gigi lho."
"Aa gak salah, bunga ini emang buat Nanas biar Nanas tambah semangat kerjanya hari ini. Cup. Semangat ya adek Aa yang cantik."
"Makasih Aa,, Nanas jadi terharu deh. Cup."
"Sama-sama."
Bunga ketiga adalah bunga yang aku beli untuk bidadariku yang saat ini pasti masih tertidur pulas di kamarnya. Berhubung ini dirumahku sendiri, kalau aku nekat masuk ke kamar Gigi pasti Mama akan marah begitu juga Gigi. Lalu bagaimana caranya aku memberikan kejutan ini pada Gigi. 
"Ma, Affi mau nyiapin sarapan buat Gigi."
"Aduh Affi romantis banget, mau bikin apa. Nasi goreng atau apa?"
"Roti aja Ma, sama susu coklat. Tapi Affi mau minta ijin masuk ke kamar Gigi. Boleh gak Ma??"
"Eits, gak boleh. Gak pantes laki-laki masuk ke kamar perempuan apalagi perempuannya masih tidur."
"Selamat pagi semuanya, maaf bangunnya kesiangan,"ucap Gigi tiba-tiba mengejutkan ku dan Mama. 
"Eh, kamu udah bangun, pagi juga sayang."
"Pagi Gi,"
"Tuh gara-gara Mama nih aku telat ngasih kejutan ke Gigi,"ucapku setengah berbisik. 
"Lhoh, kok Mama yang disalahin."
"Ada apa sih, kok bisik-bisik??"tanya Gigi. 
"Gak kok Gi, gak ada apa-apa."
"Iya Gigi, betul kata Affi. Gigi mending mandi dulu deh terus nanti sarapan sebelum ke Jakarta."
"Iya Ma, Gigi mandi dulu ya. Kamu udah mandi belom??"
"Ini juga mau mandi, mandi bareng yuk Gi hehehe."
"Affiiiiiiii,,,,"
"Becanda Ma,mandinya bareng tapi kamar mandinya kan beda. Mama mah su'udzhon terus sama Affi. Kan belum sah jadi belum boleh. Ya kan sayang??"
"Ih kamu mah. Malu di denger sama Mama. Udah ah, aku mau mandi dulu."
Akhirnya semua sudah siap di meja makan untuk sarapan pagi. Setelah itu kami semua akan beraktifitas kembali seperti biasa. Nanas akan ke bengkel, Mama ada kegiatan dengan teman-temannya, tinggal aku dan Gigi yang menunggu waktu untuk kembali ke Jakarta. 
"Kak Gigi mau nikah sama Aa??"
"Aduh, kamu nanya nya langsung to the point banget sih."ucap Mama. 
"Hehehe, Nanas gak sabar Ma."
"Iya Nas, kakak mau nikah sama Aa kamu."
"Tuh Nas, dengerin. Aa kamu yang ganteng ini mau nikah sama perempuan paling cantik di Indonesia."
"Iya deh iya."
"Affi, kapan kamu mau kerumah Gigi buat ngelamar??"
"Secepatnya Ma,"
"Nas, nanti bantuin kakak nyiapin semuanya ya."
"Beres, pasti Nanas bantuin."
"Ma, Nas, Affi sama Gigi sekalian mau pamit nanti siang kita balik ke Jakarta. Affi mau nganterin anak perempuan kesayangan ke mamanya. Takut kena marah nanti kalo gak dibalikin hehehe."
"Iya, kalian hati-hati. Semoga semuanya lancar ya."
"Amin,,"
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Di Jakarta, 
"Pak Bambang, tolong buka pintunya."
"Lhoh, Non Gigi. Kenapa gak kasih tau saya, kan bisa saya jemput di Bandara."
"Gak usah Pak, saya gak sendiri kok."
"Selamat sore Pak Bambang."
"Eh Mas Raffi, kok bisa ehm maksud saya ehm anu,,"
"Hehehe,, bisa kok Pak Bambang. Kami masuk dulu ya."
"Mama udah pulang kan??"
"Udah Non, saya ikut senang liat Non sama Mas Raffi kayak gini lagi."
"Terimakasih Pak."
Di ruang tengah, aku melihat Tante Rieta yang sedang menonton televisi sambil dipijit oleh bik Surti. 
"Ma, Gigi pulang."
"Sayang, aduh Mama kangen deh sama kamu. Hai, anak muda akhirnya kamu berhasil bawa anak Tante pulang rupanya."
"Iya Tante, dan anak Tante yang cantik ini juga sudah menerima pinangan dari saya."
"Selamat ya Gigi sayang, akhirnya anak Mama laku juga hehehe."
"Emang Gigi barang dagangan pake laku segala."
"Weits, calon pengantinnya marah bik,"
"Selamat ya Non Gigi, Mas Raffi. Bibik sampe kaget liatnya kenapa bisa dateng barengan tapi bibik sekarang ikut bahagia. Akur terus ya Non, langgeng, awet dan bahagia selalu sama Mas Raffi."
"Amin. Terimakasih doanya bik." 
"Tante, secepatnya saya beserta rombongan keluarga ingin datang kesini untuk melamar Gigi."
"Iya, Tante siap menerima kamu dan keluarga kamu disini. Raffi, Gigi, semoga semuanya berjalan lancar seperti yang kita inginkan. Tidak ada halangan lagi. Apa yang terjadi dulu harus kalian jadikan pelajaran ya. Bismillah pokoknya."
"Bismillah."
"Ehm bik Surti, mending mijitin nya pindah ke kamar aja. Kalo disini kita ganggu dua sejoli yang sedang mabuk asmara."
"Iya Nyonya hehehe."
"Hehehe terimakasih banyak atas pengertiannya ya Tante dan bik Surti. Tante Rieta pinjem anaknya dulu."
"Silahkan, tapi jangan dinakali ya."
"Siap Tante."
"Tuh, kamu denger sendiri. Mama kamu udah kasih ijin sama aku."
"Kamu mau ngapain, ih, aku jadi takut."
"Bentar ya, aku mau ambil sesuatu di tas. Tunggu sini."
"Apa sih??"
"Ini buat kamu."
"Wow, bunga. Terimakasih Raffi. Kapan belinya."
"Udah dari tadi pagi, waktu di Bandung. Tadi belum ada waktu baru sempet sekarang. Maaf kalo udah agak layu."
"Gak kok, ini masih bagus."ucap Gigi seraya memelukku. 
"I love you Raffi."
"I love you too."
Gigi melepaskan pelukannya berganti dengan tangannya yang mengenggam tanganku. Tapi tanganku digerakkan olehnya lalu diletakkan di sisi kiri bagian atas dadanya. 
"Eh, kamu ngapain Gi,??ucapku canggung karena tanganku sedang berada di tubuh Gigi. 
"Aku mau kamu ngerasain setiap detak jantung aku ini selalu ada kamu. Hati ini cuma milik kamu Raffi."
"Aku gak ragu sedikitpun tentang itu sayang. Aku dan kamu saling mencintai lebih dari yang orang lain tahu. Detak jantung kita berdegup serempak karena kita sudah ditakdirkan untuk bersama."
Aku cium bibirnya, bukan hanya sekedar nafsu semata melainkan dengan sepenuh hatiku. Aku begitu memuja wanitaku ini, wanita yang sebentar lagi menjadi istri dan ibu dari anak-anak ku nanti. Kami masih saling menikmati apa yang sedang kami lakukan. Dan ciuman kami terlepas disaat kami mulai kehabisan nafas. 
"Aku gak sabar deh nunggu kamu sah jadi istri aku sayang."
"Emang kenapa?? "
"Ehm, kalo udah resmi kan. Aku bisa cium kamu tiap saat. Kamu tau kan bibir kamu tuh udah kayak candu buat aku." 
"Iya, makanya bibir aku hampir jontor dicium kamu terus."
"Hehehe. Maaf ya sayang."
Cup,, aku cium keningnya. Aku menatap mata yang mampu membuatku jauh lebih tenang ketika aku melihatnya. 
"Kalo ada kata lebih dari sekedar cinta pasti udah aku bilang ke kamu Gi,,"
"Ada kok,"
"Apa?? "
"Tergila-gila." 
"Iya ya. Jadi, sekarang aku mau bilang. Aku sangat amat tergila-gila sama kamu Nagita Slavina. Aku gak bisa jauh dari kamu."
"Aku juga Raffi. Kamu jangan menyerah ya mencintai aku."
"Gak akan pernah sayang."
Bersambung,,,

Related Posts :

0 Response to "Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 25"

Post a Comment