Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 26


Cerbung by : Rini Diah Mardiyati

"Ciyee,yang mau lamaran. Ganteng banget sih,,"
"Eh kamu Nas, beneran?? Emang sih, kan Aa kamu ini emang udah ganteng dari lahir hehehe,"
"Iya aja deh, biar seneng. Sini deh A' biar Nanas bantuin pake sepatunya,,"ucap Nanas sambil duduk di bawah menghadap ke arahku, tangannya memegang kakiku.
"Eh gak usah Nas, Aa bisa sendiri kok, kamu bantuin Mama aja sana,,. "
Nanas tidak bergeming, dia meneruskan apa yang ia lakukan. Nanas tidak beranjak dari tempatnya, yang terjadi adalah aku mendengar suara isak tangisan yang berasal darinya. Aku mencari tahu apa yang terjadi lalu aku angkat badannya. Aku melihat wajah Nanas dan disana aku melihat linangan air mata di pipinya. Dengan segera aku menghapus air mata yang jatuh di wajah adikku tersayang ini. Entah apa yang bergejolak di hatinya saat ini.
"Nanas kenapa, kok malah nangis, hem, sini duduk dulu deket Aa,,ayo cerita apa yang bikin Nanas sedih,"
"Hiks,hiks,.."
"Kok malah tambah kenceng, ntar jadi jelek lho mukanya."
"Aa mah gitu, hiks,,"
"Makanya kasih tau Aa, kenapa Nanas nangis. Ini kan malam yang harusnya kita semua seneng."
"Iya A',,Nanas sebenarnya bahagia. Bahagia banget. Liat Aa udah nemuin pasangan yang cocok, baik, cantik dan sayang sama keluarga kita, tapi.... "
"Tapi kenapa Nas??"
"Tapi Nanas juga merasa sedikit sedih, karena nanti Aa udah bukan lagi milik Nanas seutuhnya."
"Maksudnya gimana sih Nas, Aa kok gak ngerti ya,"
"Aa pasti nanti setelah menikah bakal tinggal di rumah Aa yang baru sama kak Gigi, punya keluarga baru. Jadi, pasti kita gak sesering sekarang ketemunya. Setelah kepergian Papa kan cuma Aa satu-satunya laki-laki yang jadi pelindung Nanas. Cuma Aa yang jadi tempat Nanas bertanya kalo Nanas lagi ada masalah. Cuma Aa yang selalu ada kalo Nanas butuh."
Hal itu rupanya yang membuat adikku tersayang menangis di malam ini. Keresahan yang wajar terjadi. Karena memang selama ini Nanas sangat manja terhadapku. Tapi aku harus meyakinkan Nanas bahwa yang dia takut kan tidak akan pernah terjadi. Tidak ada yang akan berubah selain status diriku dari lajang menjadi suami dari seorang wanita. Aku pun mengelus punggungnya agar sedikit lebih tenang. Aku coba memberikan pengertian kepada Nanas.
"Dengerin Aa, kamu sama Mama tetap akan jadi tanggung jawab Aa sampai kapanpun. Walaupun Aa nanti udah punya istri,dan punya anak. Aa masih milik Mama sama Nanas sepenuhnya. Jadi jangan pernah berpikir seperti itu lagi. Aa gak suka. Jangan pernah Nanas merasa kalo Aa bakal gak perhatian lagi sama Mama dan Nanas. Aa akan tetap jadi Aa yang dulu. Aa udah janji sama Papa bakal jagain kamu dan Mama sampai nanti, sampai dimana Aa gak akan sanggup lagi."
"Janji??"
"Aa janji Nas."
"Udah jangan nangis katanya udah gede."ucapku terus menerus menenangkan hati Nanas.
Mama pun tiba-tiba masuk ke dalam kamarku dengan busana kebaya warna hijau yang cantik. Malam ini aku beserta keluarga akan datang ke rumah Gigi untuk mengadakan acara lamaran lengkap dengan segala barang bawaan yang menjadi seserahan. Sedikit gugup tapi juga sangat antusias untuk segera tiba di rumah Gigi. Aku berpakaian rapi dengan setelan batik dengan warna yang senada dengan baju kebaya Gigi nanti. Karena ini memang baju pilihan dari Gigi yang dibeli beberapa waktu lalu.
"Aduh, anak-anak Mama yang paling kasep dan paling geulis kenapa malah disini, ayo keluar, semua orang udah siap didepan. Lho Nanas kenapa?? Kok nangis,?? "
"Ini Ma, Nanas tuh takut kalo Affi udah nikah nanti, Affi bakal lupain Mama sama Nanas, lucu kan Ma,"
"Ih Aa jangan bilang-bilang dong. Malu jadinya."
"Biarin, kan emang kenyataannya. Wek."
"Oo gitu. Nanas gak usah khawatir Aa bukan tipe kayak gitu. Lagi pula calon menantu Mama itu juga wanita yang baik gak mungkin dia akan membiarkan itu terjadi." ucap Mama seraya duduk di dekat Nanas.
"Tuh dengerin kata-kata Mama,"
"Iya deh, kan tadi Nanas cuma ngeluarin uneg-uneg di hati. Sekarang Nanas udah lega karena udah ngomongin semuanya."
"Percaya aja sama Aa. Udah yuk berangkat, keburu macet jalanan."
"Iya deh, Nanas percaya sama Aa,"
"Iya, ayo cepetan tapi Nanas bedakan dulu itu, make up nya jadi luntur abis nangis kan tadi. Mama tunggu di mobil ya."
"Oke Ma,,"
Kemudian Mama dan Nanas keluar dari kamarku, aku kembali memulai mematut diri di cermin, memastikan penampilan sudah sempurna. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sepertinya semua sudah keren tinggal memakai jam tangan saja, setelah memakai aku pun segera keluar dari kamar. Pintu kamar kubuka sudah ada Om John disana selaku perwakilan dari keluargaku, ada Irwan juga beserta teman-teman yang lain.
"Nah, orang yang ditunggu-tunggu sudah keluar dari kamar, sepertinya juga sudah siap untuk berangkat. Jadi, mari semua rombongan keluarga masuk ke mobil. Kita berangkat,"ucap Om John.
Semua orang tampak sangat bahagia ikut serta berpartisipasi dalam acara malam ini, semoga semuanya berjalan dengan lancar tanpa ada halangan. Karena rangkaian peristiwa penting di hidupku dimulai dari malam ini. Tampak Om John dan Irwan menghampiriku.
"Fi, gimana?? Sudah siap??
"Siap Om,"
"Yuk, Om, Fi,, udah waktunya berangkat, bismillah bro."
"Bismillah,"
Beberapa mobil sudah penuh berisi seluruh rombongan, tak terkecuali mobilku. Mobil yang kudapatkan dari hasil bekerja walaupun jarang aku memakainya karena lebih nyaman menggunakan motor untuk bepergian. Jarak antara rumahku dan rumah Gigi tidak terlalu jauh hanya sekitar 20 menit kalau tidak macet. Aku tidak sabar untuk bertemu Gigi. Memintanya secara resmi didepan keluarga dan para sahabat. Dan akhirnya sampai juga di rumah Gigi, kami pun disambut dengan baik oleh keluarga Gigi. Aku dan semua anggota keluarga dipersilahkan untuk duduk di kursi yang sudah disiapkan, tapi keberadaan Gigi belum juga terlihat. Mungkin dia masih bersiap-siap di kamarnya. Maklum, namanya juga perempuan. Kaum yang sangat memikirkan penampilan.
Di kamar Gigi,
"Ki,, gue deg-degan nih,"ucapku sambil memegang tangan Zaskia
"Iya,gue ngerti. Gue juga pernah ngerasain kok Gi, tapi dibawa santai aja."
"Menurut loe gue pake gelang yang mana, gue bingung nih. Yang ini atau yang ini??"
"Yang ini aja, matching kan."
"Iya sih."
"Apalagi Non, udah semua kan. Yuk turun."
"Ehm, kayaknya sih udah Ki. Suer, gue deg-degan banget. Jantung gue gak karuan detaknya. Raffi udah dateng??"
"Kata Irwan sih, rombongan calon suami loe udah dateng dibawah jadi yuk cepetan turun."
"Raffi udah dateng?? Beneran?? Aduh tambah deg-degan nih, tangan gue ampe keringat dingin gini. Gue udah cantik belum, menurut loe kurang apanya Ki,,??"
"Udah, udah cantik banget malah, Gi,, "
"Ayo udah belum dandannya, lama banget sih. Keburu pulang tuh ntar calon suaminya," ucap Mama mengagetkanku.
"Iya nih, anak perempuan Tante satu ini lagi ribet banget. Aku aja yang nunggu dari tadi ampe ngantuk, gak slese-slese."
"Ya udah yuk,,eh tapi beneran udah cantik kan??"
"Udaaahhh,,"ucap teriak Mama dan Zaskia serentak.
"Hehehe."
Kami pun bergegas menuju ke bawah menemui para tamu.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Raffi,,"
"Eh, Om Gideon,, apa kabarnya, sudah lama tidak bertemu??"
"Kabar Om sehat, kamu makin keren saja kalo Om perhatikan,"
"Ah Om ini bisa saja, hehehe,"
"Bagaimana?? Deg-degan??"
"Hehehe lumayan Om. Saya sedikit gugup sebenarnya."
"Tarik napas Fi, tenang saja. Apa yang berasal dari hati yang tulus pasti akan berjalan dengan lancar."
"Iya Om, terimakasih atas supportnya. Ngomong-ngomong, ada perlu apa Om sampai Om datang ke kursi saya."
"Fi, Om kesini untuk berbicara dengan sesama pria. Tolong dengarkan baik-baik apa yang Om katakan."
"Baiklah Om."
"Seperti yang kamu tahu, Gigi anak Om satu-satunya. Dia harta yang Om miliki yang sangat berharga lebih dari apapun di dunia ini. Selama ini, Om selalu berusaha membuatnya bahagia tanpa merasa kehilangan sosok Om sebagai ayah karena Om telah bercerai dengan Mamanya. Om selalu menjadikan Gigi ibarat sebuah harapan. Harapan Om yang selalu impikan bahwa Gigi akan selalu bahagia dengan atau tanpa Om disisinya. Dan dari pembicaraan Om barusan semua tertuju pada satu point, jangan pernah sakiti hati anak Om. Jangan pernah terlintas di pikiran kamu walaupun setitik saja. Om percaya kamu laki-laki yang baik, jadi kamu harus berjanji dihadapan Om akan buat Gigi selalu tersenyum."
"Saya berjanji Om. Saya akan memperlakukan Gigi seperti Om memperlakukan dia bahkan saya akan berusaha melebihi Om meskipun tidak akan bisa, Om bisa pegang kata-kata saya,"
"Om percaya sama kamu Fi."
"Terimakasih banyak Om"
"Nah, berhubung semua sudah kamu ketahui jadi sepertinya Om harus segera pergi sekarang,"
"Om mau kemana,?? "
"Om akan duduk di tempat yang seharusnya, lihatlah disana Fi,,."
Aku mengikuti petunjuk yang diberikan Om Gideon. Aku melihat ke arah tangga. Dan aku tidak tahu harus bagaimana, karena aku melihat seorang bidadari cantik yang baru saja turun dari tangga. Senyuman manis selalu menghiasi wajahnya, ada Tante Rieta dan Zaskia disampingnya. Dia lah Nagita Slavina calon istriku. Gigi sangat cantik dengan kebaya warna kuning cocok sekali dengan kulitnya yang putih.
"Woy bro, kedipin tuh mata ama tutup tuh mulut loe. Takut basah baju loe kena iler," ucap Irwan membuyarkan lamunanku. 
Aku tidak memperdulikan kata-kata Irwan. Aku sangat terpesona dengan apa yang ada di depan mataku. Betapa beruntung aku bisa memilikinya. Memiliki wanita yang tidak hanya cantik parasnya tapi juga hatinya. Tiba-tiba suara Om John yang menyapa para tamu membuatku tersadar. Setelah tersadar dari lamunanku aku duduk seraya terus memandang satu wajah wanita yang duduk di seberang sana. Gigi tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumnya. Dan acaranya pun dimulai. Setelah beberapa sambutan dari para orangtua dan perwakilan dari masing-masing keluarga tiba saatnya untuk aku meminta Gigi untuk menjadi pendamping hidupku secara langsung di hadapan orang tuanya dan semua hadirin yang datang.
"Silahkan Raffi,,"ucap Om John selaku perwakilan ku. 
"Terimakasih Om,, sebentar,, Fiuhh, maaf saya ambil nafas dulu,"
"Saya agak merasa sedikit gemetar, mohon pengertiannya,"ucapku lagi seraya disambut gelak tawa orang-orang. Tidak maksud untuk bercanda tapi itu yang sebenar-benarnya aku rasakan. Aku benar-benar gugup telapak tanganku menjadi basah karena aku berkeringat dingin saat ini. Dan yang aku lakukan hanya bisa berdoa dalam hati agar kata-kata yang keluar dari mulutku lancar dan benar. Aku tidak ingin melakukan kesalahan sedikitpun malam ini. Ketika sudah mulai merasa sedikit rileks aku mengambil sikap berlutut di hadapan Gigi. 
"Eghemm,, Nagita Slavina,"ucapku diiringi suara riuh para hadirin. 
"Sudikah engkau menerima lamaran tulus dari saya Raffi Ahmad. Ehm,, sebenarnya aku udah nyiapin kata-kata yang panjang, tapi sepertinya aku udah mulai lupa semua kata-kata itu Gi,, jadi cuma kalimat itu yang aku ingat,"ucapku. 
Kembali gelak tawa riuh terdengar di seluruh ruangan ini. Ada yang menyorakiku, ada yang menyebutku payah,dan pasti sekarang Irwan sedang tertawa puas melihatku seperti ini tapi mau apalagi memang aku betul-betul lupa. Akibat dari kegugupan ini membuat semua kata-kata yang aku susun semalam menjadi buyar. Aku lihat Mama yang berada di sebelah kananku tampak mengeleng-gelengkan kepalanya, mungkin Mama sedikit malu akan kelakuanku barusan. Aku jadi merasa tidak enak hati karena membuat suasana yang seharusnya romantis malah berubah jadi bahan tertawaan. Benar-benar sangat keterlaluan kemampuan ingatanku ini ditambah lagi dengan rasa deg-degan yang aku rasakan. Membuat aku jadi bahan tertawaan disini. 
"Iya, aku bersedia menerima lamaran kamu Raffi Ahmad, aku juga gak suka kata-kata yang terlalu panjang. Langsung to the point aja. Yang terpenting kan memang kalimat itu."
Aku tersenyum bahagia mendengar jawaban Gigi. Rasa maluku seketika hilang karena jawaban Gigi yang disambut dengan tepuk tangan para hadirin. Memang wanitaku ini berbeda daripada yang lain, dia tidak menyukai hal-hal yang bertele-tele. Membuatku semakin jatuh cinta padanya. Dia tidak terlalu memusingkan hal-hal kecil seperti itu. 
"Nah, untuk itu para hadirin semua. Setelah mendengar jawaban dari calon pengantin wanita tadi, maka, dengan sangat berbahagia saya ambil kesimpulan bahwa lamaran dari pihak keluarga Raffi Ahmad telah diterima dengan baik oleh pihak keluarga Nagita Slavina, selamat untuk kalian berdua,"ucap Om John. 
"Terimakasih Om,,"ucapku disusul oleh Gigi.
Selesai sudah acara puncak lamaran, aku dan beserta para hadirin larut dalam suasana malam itu. Sambil mengabadikan momen lamaran ini, aku dan Gigi tidak dapat saling berjauhan satu sama lain. Aku terus memegang tangannya. Gigi pergi kemana aku selalu ada disampingnya. Kami berkeliling untuk bertemu dan saling berkenalan dengan keluarga kami masing-masing. Sesuai dengan apa yang aku dengar, Tante Rieta ingin pesta pernikahan kami dilaksanakan satu bulan dari sekarang. Dan pihak keluargaku juga sudah menyetujuinya. 
Tibalah saatnya untuk pulang. Aku menghampiri Gigi yang sedang mengobrol dengan teman-temannya, untuk berpamitan. 
"Sayang,,"
"Eh kamu, apa sayang,?! "
"Maaf, pinjam Giginya sebentar, boleh ya," ucapku ke teman-temannya Gigi. 
"Iya deh Fi,boleh, silahkan aja. Kita kesana dulu ya Gi, bye Fi,,"
"Bye,,,"
"Tuh udah pada pergi, sekarang kita berdua aja. Kamu sama aku. Mau ngomong apa sih,"ucap Gigi.
"Aku mau bilang kamu cantik banget malem ini sayang."
"Hehehe, apa sih. Dasar gombal." 
"Bener sayang. Aku gak salah pilih calon istri. Memang kamu yang pantes buat jadi pendamping hidupku Gi."
"Amin. Makasih ya pujiannya. Kamu juga ganteng banget malem ini."
"Pasti, aku udah ganteng dari dulu kali,,"
"Iya deh iya hehehehe."
"Aku lega banget sayang,karena malam ini langkah pertama kita lancar, dan semoga langkah kita sampai di hari H nanti tetap lancar ya," 
"Amin, "
"Terimakasih juga, kamu udah terima lamaran aku," 
"Sama-sama Fi,"
"Sekarang aku pamit pulang dulu, udah ditunggu rombongan tuh di mobil, padahal aku pengen sama kamu terus, aku gak bisa jauh dari kamu Gi," ucapku. 
"Jangan kaya gitu dong kan bikin aku sedih, nanti kalo udah resmi jadi suami istri kita bisa bareng-bareng terus 24 jam nonstop, dan selamanya sampai maut yang memisahkan. Ya kan??"ucapnya. 
"Iya, itu pasti sayang."
Aku pegang wajah Gigi dengan kedua tanganku, menikmati setiap inci wajahnya adalah salah satu hal yang paling aku suka. Gigi pun tampak nyaman dengan perlakuanku, dia mengambil tanganku dan mengecupnya. 
"Aku bahagia banget bisa jadi calon istri kamu, aku akan memiliki kamu sepenuhnya."
"Aku juga begitu,"
"Ya udah sana buruan pulang, keburu ditinggal rombongan kamu. Hati-hati ya."
"Mau cium tapi banyak orang sayang, trus gimana dong caranya ya,"ucapku sambil menoleh ke kanan dan kiri. 
"Hehehe,,"
Tiba-tiba Gigi menarik tanganku lalu membawaku
bersembunyi di balik gorden rumahnya yang sangat besar,dan Gigi mengalungkan tangannya ke leherku. Gigi mendekatkan wajahnya lalu mencium bibirku dengan sangat lembut seperti yang biasa dilakukannya. Aku balas ciuman darinya dengan sangat lembut pula. Aku sangat menikmati perlakuan Gigi padaku. Aku peluk tubuhnya agar lebih menempel ke tubuhku. Ciuman yang cukup singkat daripada sebelum-sebelumnya tapi aku sudah merasa puas. 
"Udah,,?? "tanya Gigi padaku saat mulai menjauh dari bibirku. 
"Udah kok sayang, terimakasih ya, kamu romantis banget sih. Tuh liat, lipstik kamu sampe berantakan hehehe." 
"Masa??"
"Cuma dikit kok, sini aku bantu bersihin. Nah, udah selesai."
"Terimakasih sayangku."
"Sama-sama. Ya udah aku pulang dulu ya, i love you," 
"I love you too,"
############################
Di hari H pernikahan,
Setelah dua minggu lamanya aku tidak bertemu dengan Gigi karena kami sedang dalam proses pingitan. Akhirnya aku bisa melihatnya hari ini tapi setelah aku mengucapkan ijab qobul di depan penghulu. Betapa beruntungnya aku dan Gigi memiliki orang-orang yang baik di sekitar kami. Bisa dibilang selama proses menuju hari pernikahan, kami tidak terlalu dipusingkan dengan urusan ini itu tentang pernikahan. Entah kenapa semua sangat mudah dan lancar hampir tidak ada kendala yang berarti. Banyak keluarga dan teman-teman yang membantu. Urusan undangan, baju, tempat resepsi dan lainnya sudah diurus oleh Mama dan Tante Rieta. Sisanya ada Om John, Om Gideon, Irwan-Zaskia, dan Nanas sebagai tim sukses. Mereka sangat semangat mewujudkan pernikahanku dengan Gigi. Karena memang mereka lah yang menjadi saksi jatuh bangunnya kisah cintaku sampai pada akhirnya aku akan memiliki Gigi secara halal. Bertempat di sebuah ballroom hotel yang juga akan jadi tempat resepsi aku akan melaksanakan tugasku sebagai mempelai pria. Aku sudah duduk di depan hadapan penghulu dan ada Om Gideon sebagai wali dan sebentar lagi akan menjadi ayah mertuaku, serta beberapa orang yang akan menjadi saksi nikah. Dan sekarang waktunya sudah tiba, penghulu sudah menjabat erat tanganku.
"Saudara Raffi Ahmad bin Munawar Ahmad, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya Nagita Slavina dengan mas kawin seperangkat perhiasan dibayar tunai,"
"Saya terima nikah dan kawinnya putri bapak, dengan mas kawin yang tersebut, tunai,"
"Sah,,,?? "
"Sah,,"
"Alhamdulillah,"
Selesai mengucapkan ijab qobul, sudah saatnya aku bertemu dengan Gigi yang sekarang sudah resmi menjadi istriku. Dari balik kaca aku melihat seorang wanita cantik berkebaya putih didampingi oleh Zaskia dan Nanas disampingnya. Sempurna, hanya itu yang yang terpikir di kepalaku. Serangkaian prosesi sudah dilewati, cincin nikah pun juga sudah terpasang di jari manis kami. Acara berlanjut dengan resepsi pernikahan, tidak banyak yang kami undang karena memang aku dan Gigi hanya mengutamakan orang-orang terdekat saja. Agar terasa lebih hangat suasananya. Acara resepsi pernikahan selesai. Sudah saatnya untuk kembali ke kamar untuk beristirahat setelah seharian penuh dengan rangkaian acara.
Tok, tok, Tok..
"Sayang, tolong bukain pintunya dong, aku lagi ribet hapus make up nih,"ucap Gigi.
"Iya, istriku sayang,,"jawab ku sambil mencium pipinya sebelum menuju pintu kamar.
"Terimakasih suamiku,"
"Sama-sama sayang."
"Haiiiiiiiiiiii,Fi,"ucap sang tamu.
"Ini ada apaan,,"ucapku begitu terkejut melihat siapa yang berada di depan pintu kamar hotel ku dan Gigi.
"Siapa yang datang sayang,,,, "
"Haiiiiiiiiiiiii, Gigi,"
Gigi juga tak kalah terkejut mengetahui siapa yang datang ke kamar.
"Begini Fi, Gi, gue sebagai perwakilan rombongan ini. Atas nama Tante Rieta, Tante Amy, Nanas, Om John, Om Gideon,dan Irwan, kami semua memutuskan untuk menemani kalian malam ini,"
"Bentar, bentar,loe bilang apa Ki,, nemenin kita malam ini??"
"Iya Affi, Mama dan yang lainnya pengen ngobrol rame-rame disini, gapapa kan Gigi sayang,,?? "ucap Mama Amy.
"Iya pasti gapapa dong. Ya kan Gi. Mama udah bawa cemilan kok tenang aja, kita gak akan nyusahin kamu sama Raffi." ucap Mama Rieta.
"Gue juga udah bawa PSP Fi, kita bisa main game kalo loe bosen,, ehm ngomong-ngomong kita gak disuruh masuk nih. Tangan gue pegel nih bawa barang."
"Iya, Nanas juga udah bawa baju ganti buat nemenin kak Gigi tidur nanti. Yuk langsung masuk."
Aku dan Gigi hanya bisa saling memandang satu sama lain. Ini malam pertama kami sebagai pengantin, seharusnya ini menjadi malam yang indah untuk kami berdua tapi kenapa jadi ramai begini. Aku mencoba mencari jawaban dari Om John dan ayah mertua ku, tapi mereka hanya senyum-senyum saja.
"Ah kelamaan, yuk semua masuk,."ucap Mama Rieta.
"Horeeee,,"ucap mereka serentak.
Aku hanya mampu menatap lesu terhadap mereka, mengacak-acak rambutku sendiri. Gigi yang mengetahui perasaanku hanya bisa menenangkan dengan memeluk tubuhku.
"Suamiku sayang, gak harus malem ini kan, hem, jangan kaya gitu ah,jangan manyun gitu dong, yuk ikut ngumpul bareng,"ucap Gigi.
Aku hanya menganggukkan kepala pelan, tak ada sedikitpun kata keluar dari mulutku. Bukan maksud untuk marah tapi kenapa mereka tidak mengerti tentang arti malam pertama untuk seorang pengantin seperti aku dan Gigi.
"Fi, duduk sini lah bro, temenin gue main kali. Loe kenapa sih, gak suka gue disini??"ucap Irwan.
"Pikir aja sendiri,"ucapku sambil mengambil stik PSP.
"Fi, gimana rasanya udah punya istri,??tanya Om John.
"Seneng Om tadinya, tapi sekarang agak sebel,"
"Kenapa gitu, gak bahagia nikah sama anak Papa,?? "tanya Papa Gideon.
"Eh, gak gitu Pa maksud aku, ehm,,"
"Syukurin loe, hahahaha,"ucap Irwan.
Irwan tampak bahagia sekali melihatku mati kutu di depan Papa mertuaku.
"Nih Papa punya sesuatu buat kamu,Fi,"
"Apa itu Pa,,?? "
"Buka aja, nanti juga tau,,"
Perlahan aku membuka kotak yang diberikan oleh Papa Gideon, dan aku hanya bingung apa maksudnya ini.
Di dalam kamar pengantin,
"Kak Gigi, gimana rasanya jadi pengantin baru, seneng gak?? "
"Ya senenglah Nas, kamu gimana sih," ucap Zaskia
"Gigi sayang, Mama titip Affi ya. Kalian berdua harus saling menjaga, saling menghargai, saling percaya. Dan cepetan kasih Mama cucu yang banyak, ya kan Mama Rieta,"
"Betul itu Gi, apa kata Mama Amy. Nih Mama punya sesuatu buat kamu,biar bisa cepet kasih cucu."
"Apa ini Ma,?? "
"Buka dong kalo pengen tau,"
"Wow, tiket ke Jepang. Ini buat aku sama Raffi Ma, ahh makasih banyak Ma,,"
"Iya sayang, sama-sama."
"Tuh Gi, nyokap loe pengertian banget sama kalian. Cepet aja, jangan pake nunda. Biar rame.
"Urusan selesai yuk keluar, gabung sama para lelaki diluar sana."
"Yuk,, yuk,,"
"Lhoh, kok semua keluar katanya mau nemenin. Gimana sih??" ucap Gigi kesal.
"Heii para lelaki, sepertinya kita harus pergi sekarang, keburu ada yang bete nanti."ucap Zaskia yang keluar bersama yang lainnya juga.
"Yuk, disini juga udah beres. Ayo Om kita cari tempat lain aja,"ucap Irwan dan disambut dengan bangkitnya Papa Gideon dan Om John dari tempat duduk masing-masing.
"Kok pergi?? Katanya mau ngumpul-ngumpul disini,?? tanya Gigi.
"Iya nih, jadi bingung sendiri,"ucapku
"Jangan bingung Affi, silahkan nak Irwan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi," ucap Mama Amy.
"Begini Fi, ini semua ide bini gue. Kita semua mau ganggu malam pertama loe sebelum loe kita kasih hadiah."
"Hadiah??"
"Iya Fi, yang kamu pegang itu adalah hadiah dari kami semua, Gigi juga udah pegang tuh."ucap Mama Rieta.
"Oo, sekarang gue ngerti. Kita dikerjain sama keluarga sendiri sayang, hadeh,,"ucapku.
"Iya nih, kasian suami aku, ya kan sayang,"ucap Gigi.
"Huuuu,, huek, mual gue liatnya,"ucap Irwan.
"Biarin aja, loe mau mual kek bodo amat. Yang penting udah resmi."
"Hahahaha, ya udah kita semua pergi dulu ya. Selamat menikmati malam pertama ya Gi, yuk semua rombongan harap meninggalkan tempat ini."
"Dah, Aa,, dah kak Gigi, kasih ponakan yang lucu ya buat Nanas."
"Beres Nas,."ucapku.
Semua orang sudah pergi meninggalkan kamar pengantin kami, hanya tinggal kami berdua didalam kamar yang dipenuhi dengan bunga mawar.
"Sayang,,"panggilku lembut kepada istriku tercinta. Ku peluk tubuhnya dari belakang dan kuciumi lehernya dengan lembut.
"Apa sayang,??"
"Karena sekarang tinggal aku sama kamu dikamar ini, boleh gak aku minta itu,??
"Itu apa sih,."
"Jangan gitu dong Gi, kamu pasti ngerti apa yang aku mau,"
"Hehehe, iya sayang. Aku becanda."
"Jadi,,?? "
"Ya udah ayo,,,"
"I love you Gi,"
"I love you too,"
Dan akupun menggendong Gigi menuju ranjang kami melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh pengantin baru. Aku memulai semuanya dengan perlahan tapi pasti. Takkan aku sia-siakan malam ini, malam ini hanya milik aku dan Gigi.
Bersambung,,,

Related Posts :

0 Response to "Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 26"

Post a Comment