"Sayang,
bangun yuk, udah siang,"
"Bentar
lagi ya sayang, aku masih ngantuk nih,"ucapku dari bawah bantal yang
menutupi mukaku.
"Ayo
dong Affi, aku udah gak nyaman nih, pengen mandi."
Gigi
mengeluh karena memang sekarang kami masih berada di balik selimut setelah
semalam kami berdua saling memadu kasih. Dan sekarang tidak ada satu pun baju
menempel di tubuh kami selain memakai selimut sebagai penutup. Tangan Gigi pun
tampak sibuk merapikan selimut yang menutupi tubuhnya.
"Apa
sih sayang. Ini tuh masih pagi tau."
"Pagi??
Tuh liat udah jam 10, ini tuh udah siang Raffi,"ucap Gigi dengan kesal.
"Kamu
kenapa sih, ribet banget,"ucapku.
Aku
mulai sedikit terganggu dengan tingkah laku Gigi yang sangat sibuk dengan
selimut di tubuhnya.
"Apanya
yang kenapa,??"
"Kamu
sadar gak, dari tadi kamu riweuh sama selimut kamu. Apa sih yang kamu tutupin,
orang aku juga udah liat semuanya kok."
Bukk,,
"Aww,
apa sih sayang, sakit nih. Kenapa aku dipukul??"
"Salah
sendiri, kamu jangan pernah ya ngomong kaya tadi lagi. Aku tuh malu
Raffi."
"Malu??
Kenapa coba pake malu segala. Kita kan udah resmi jadi suami istri. Kamu tuh
malu-malu tapi mau hehehe."
"Ih,
kan kamu yang minta, bukan aku. Wek,,"ucap Gigi.
"Tapi
kamu juga pengen kan. Hayo ngaku, hehehe."
"Raffiiiiiiiiii,,
jangan terusin lagi. Aku gak mau dengerin."ucapnya seraya menutup kedua
telinganya.
"Hahahaha,"
"Aku
mandi duluan kalo gitu yaa, kamu tidur aja lagi,"ujarnya
"Kok,
suaminya ditinggal,?? "
"Tadi
katanya kamu masih ngantuk, makanya aku tinggal."
"Tapi
aku gak mau jauh dari kamu sayang."
"Ya
udah ayo makanya cepetan bangun,"
"Emang
boleh aku ikut mandi sama kamu,??"
"Ayo,
mau apa gak, cepetan. Jangan banyak tanya,"
"Mauuuu,,"
Kami
pun bergegas masuk ke kamar mandi. Selesai mandi dan berganti pakaian kami
berdua turun untuk sarapan di lantai bawah karena kami masih menginap di hotel.
Namanya juga pengantin baru, semua masih terasa indah. Bergenggaman tangan
menjadi salah satu kegiatan yang tidak ketinggalan.
"Duduk
disini aja ya sayang,"
"Iya,
Fi. kamu mau sarapan apa,??"
"Aku
mau ayam goreng aja gak usah pake nasi ya,"
"Berapa
banyak, minumnya apa??"
"Yang
banyak pokoknya, minumnya jus jeruk aja,"
"Ya
udah aku ambilin dulu ya,"
"Jangan
lama-lama, aku kan gak mau jauh-jauh dari kamu,"ucapku sambil mencium pipi
Gigi.
"Iya-iya,"
Tak
lama setelah kepergian Gigi, ponselku berbunyi.
"Halo,
iya bener, ini siapa ya, Oo ternyata loe bro, baik-baik aja. Gue di hotel
HIGHTOWN. Okey gue tunggu di coffe shopnya ya, see you bro."
"Siapa
yang telpon,,"ucap Gigi mengejutkanku.
"Eh
kamu udah disini. Sini aku bantu. Hemm, kayaknya enak nih."
"Pasti
dong,"
"Enak
banget ya ternyata punya istri. Apa-apa disiapin, kenapa gak dari dulu aja kalo
gitu."
"Emang
dulu udah ada calonnya??"
"Ada,
tapi waktu itu lagi ada sedikit masalah gitu deh sama cewek itu."
"Terus,
sekarang dimana dia??"
"Sekarang
cewek itu udah ada yang punya. Suaminya ganteng banget, setia dan sholeh.
Pokoknya cewek itu beruntung banget punya suami kayak gitu."
"Oo
gitu,"ucap Gigi sambil manggut-manggut.
"Ih,
kamu mah ga romantis banget. Tanya kek nama suaminya siapa gitu. Kan jadi gak seru
kalo respon kamu cuma oo gitu."
"Hehehe,
hayo pasti ngambek deh. Jangan ngambek dong Raffi Ahmad suamiku yang paling
ganteng, setia dan juga sholeh."
"Nah,
gitu dong. Kan aku seneng dengernya."
"Iya
deh. Tadi kamu belum jawab pertanyaan aku, sapa yang telpon kamu kok akrab
banget."
"Coba
tebak siapa,?? "
"Aku
ya gak tau dong Raffi, aku nanya malah kamu balik tanya,"
"Hehehe,,
iyaa deh maaf sayangku. Nanti kamu juga tau kok. Setelah sarapan kita ke coffe
shop dulu ya nemuin orang ini."
"Emang
aku kenal? Kenapa aku harus ikut,?"
"Udah,
jangan banyak tanya. Inget, perintah suami itu harus dituruti sama istri. Itu
baru istri yang baik."
"Iya,
aku ikut kemana aja asalkan sama suamiku tercinta, ini sarapannya sayang,"
"Idih
gimana banget. Sok romantis kamu tapi terimakasih ya istriku sayang."
"Sama-sama,"
Selesai
sarapan kemudian kami langsung menuju ke coffe shop,,
"Sayang
aku ke toilet dulu ya,"
"Iya
sayang, perlu ditemenin gak,??"ucapku
"Gak
usah,kamu tunggu disini aja ya. Nanti temen kamu nyariin lho,"
"Okey,,"
10
menit berlalu,,
"Hai
bro, "
"Woy
bro,, gimana kabar loe, udah lama gak ketemu?"
"Baik-baik
aja, Gigi mana?? "
"Lagi
ke toilet, ayo duduk dulu,mau minum apa,??"
"Gak
usah, gue cuma bentar disini. Gue kesini cuma mau ngucapin selamat atas
pernikahan loe sama Gigi. Loe kenapa gak undang-undang gue sih, temen macam apa
loe."
"Maaf
bro, bukannya gitu. Ini juga cuma acara sederhana aja, Eh itu Gigi,,"
"Nanda,,??"
"Hai
Gi,, kenapa?? kaget liat gue disini?"
"Nih
orang yang pengen ketemu kita sayang, katanya dia mau marah-marah karena kita
gak undang dia kemaren ke pernikahan kita."
"Iya
Gi, loe jahat banget jadi temen, masa gue gak diundang di pernikahan loe sama
Raffi. Loe gak inget kita temen satu sekolah dulu. Untung gue balik ke Jakarta
kalo gak pasti gue gak akan tahu soal ini."
"Hehehe
maaf deh. Loe sendiri? katanya mau undang gue ke nikahan loe sama Jessica.
Sampe sekarang juga gak ada tuh undangan. Trus Jessica mana?gak loe ajak bareng
kesini,?? "tanyaku
"Gak,
gue dateng sendirian kesini,"
"Lagi
sibuk ya dia, emang tuh anak selalu sibuk dengan pekerjaannya, kadang ampe lupa
nikmatin hidup."ucap Gigi.
"Gue
batal nikah sama dia,"
"Hah,,
batal?? "ucap Gigi
"Kenapa
gitu,?? "ucapku kaget
"Ya
begitulah bro. Udah jalannya. Dia masih punya mimpi yang ingin dicapai dalam
karirnya. Dia lebih memilih ninggalin gue daripada karirnya. Jadi yaa begini
deh, gue batal undang loe berdua ke acara pernikahan gue."
"Sorry
Nan, gue gak tau soal itu."
"Santai
aja Gi, semua udah lewat. Dan sekarang gue ikut bahagia karena kalian udah
bersatu. Akhirnya cinta sejati loe kembali pulang ke tempat yang seharusnya
Gi."
"Iya
Nan, gue juga masih gak percaya ini nyata tapi inilah yang terjadi. Raffi udah
jadi suami gue sekarang."ucap Gigi sambil melihat ke arah ku, ku balas
tatapan mata penuh cinta darinya dengan senyuman manis. Begitu besar rasa cinta
Gigi padaku tapi jangan salah karena cinta yang aku miliki lebih dari itu.
"Fi,
titip temen gue ya, itu kan yang pernah loe bilang dulu sama gue sewaktu gue
resmi jadi pacarnya Gigi. Sekarang giliran loe, jangan sampai loe buat dia
menangis. Buat dia selalu tersenyum."
"Pasti
bro, bukan sama loe aja gue berjanji. Gue udah janji sama Tuhan, keluarga dan
ke diri gue sendiri bakal jagain Gigi sampai di saat gue gak mampu lagi buat
ngelakuin hal itu."
"Gue
percaya sama loe Fi. Emang cuma loe satu-satunya orang yang pantes memiliki Gigi,
ehm by the way kalian berdua mau honeymoon kemana?? "
"Rencana
sih ke Jepang tapi masih bulan depan, ya kan sayang??" ucap Gigi
"Iya,
gue juga lagi banyak kerjaan jadi cuma ambil cuti sebentar, baru deh bulan
depan ambil cuti panjang."
"Oo
gitu Fi. Aura pengantin baru susah ya ditutupin. Gue jadi ngiri liatnya.
Senyuman gak lepas dari wajah kalian berdua."
"Yoi
bro, gue bahagia lahir batin. Doain biar gue sama Gigi langgeng ya sampai maut
memisahkan."
"Amin
Fi,,nginep berapa hari disini??"
"2
hari, tapi gak tau deh nanti kalo extended."
"Oke,
yaudah gue pergi dulu ya."
"Mau
kemana Nan??"
"Gue
ditunggu klien di kafe deket sini Gi, "ucap Nanda.
"Buru-buru
banget bro, dasar orang sibuk hehehe,"
"Bisa
aja loe, gue pergi ya,"
"Nan,,"panggilku
"Iya
bro, kenapa?? "
"Jangan
terlalu sibuk dengan pekerjaan. Beri waktu buat diri loe sendiri. Nikmati hidup
loe dan jangan sampai lupa cari wanita yang baik buat hidup loe. Cinta gak
dateng sendiri, cinta itu harus ditemukan. Loe orang yang baik, loe berhak
bahagia. Banyak di luar sana yang pengen punya pasangan kayak loe. Buka hati
loe buat memulai semuanya."
"Terimakasih
banyak Fi, gue akan selalu inget pesen loe. Gue juga udah bosen hidup
sendiri."
"Iya
Nan, gue sama Raffi selalu doain buat kebaikan dan kebahagiaan loe. Take care
yaa, jangan lupa kabarin kalo udah ada calonnya."
"Beres
Bos,, gue cabut ya, see you next time. Bye,,"
"Bye,,"
Nanda
berjalan meninggalkan kami. Ternyata nasibnya lebih tragis daripada yang aku
alami bersama Gigi. Kalau aku di posisi seperti Nanda belum tentu aku akan
sekuat itu. Lalu kuraih tubuh Gigi dan merapatkannya ke tubuhku. Aku bersyukur
atas nikmat Tuhan yang satu ini, aku peluk erat tubuh Gigi dan menciumi
rambutnya.
"Yuk
balik ke kamar Gi,"
"Ayo,,"
Sesampainya
di kamar, aku dan Gigi bergotong-royong untuk mengemasi pakaian kami berdua,
karena kami bersiap akan checkout dari hotel dan pulang menuju rumah Gigi.
Seperti permintaan sang Mama mertua alias mamanya Gigi alias Mama Rieta agar
aku harus tinggal di rumahnya sampai di waktu dimana beliau mengijinkan kami
untuk memiliki rumah sendiri. Maklum saja, Gigi adalah anak satu-satunya jadi
beliau belum bisa ditinggal jauh oleh anak perempuannya ini. Dan aku tidak
mempermasalahkan itu, bagi ku itu hal yang wajar terjadi. Untuk sementara waktu
aku akan tinggal disana.
"Udah
selesai semuanya?? "
"Udah,."
"Sini
biar aku yang bawa barang-barangnya,"
"Terimakasih
suamiku,"
"Sama-sama
istriku,."
"Tapi
bentar deh sayang,"ucapku menahan tangan Gigi.
"Kenapa?
Ada yang ketinggalan? "
"Gak,
bukan itu. Aku punya panggilan baru buat kamu, kalo aku manggil kamu istriku
kan udah biasa."
"Trus,,"
"Aku
panggil kamu memsye, gimana? Suka gak? "
"Emang
itu artinya apa,??"
"Ya
gak ada artinya apa-apa, cuma panggilan sayang aja,"
"Trus,
aku panggil kamu apa dong, pepsye?? Jangan ah, itu kan kayak merk minuman. Ehm
aku panggil kau syesye aja, gimana, lucu kan."
"Iya,
lucu tuh, nah sekarang kita udah harus pulang memsye, yuk berangkat,"
"Yuk
sye,,"
Hal-hal
sepele seperti ini yang akan terus membuat cinta kami selalu hangat terasa.
Ucapan atau panggilan sayang di antara kami berdua, membuat kami akan selalu
mesra di setiap harinya. Saling berpegang tangan, berpelukan dan mencium satu
sama lain adalah bentuk kasih sayang yang selalu akan menjadi rutinitas kami
sampai nanti.
Tin,
tin,,
"Assalamualaikum
Pak Bambang, tolong buka pintu gerbangnya, terimakasih,"ucapku dari dalam
mobil.
"Waalaikumsalam,
baik den Raffi, silahkan,"
Setelah
mobilku terparkir rapi di garasi, aku dan Gigi pun turun dari mobil disambut
oleh Pak Bambang dan Bik Surti.
"Selamat
datang Non Gigi Den Raffi , aduh ganteng dan cantik banget. Masih aura
pengantin baru ya,"
"Pasti
dong bik, selamat ya Non, selamat ya Den,"ucap Pak Bambang.
"Terimakasih
banyak Bik Surti, Pak Bambang tapi jangan panggil den, panggil aja Mas Raffi
kayak biasanya yaa,"
"Oo,
iya Mas Raffi, saya juga kikuk kalo panggil den Raffi, iya kan bik Surti,"
"Iya,
Mas,, sudah kebiasaan. Sini biar bibi bawa ke kamar barangnya,"
"Gak
usah bik, ini enteng kok. Mama mana,?? "tanya Gigi
"Ada
didalam Non,"
"Ya
sudah kami masuk dulu, yuk sye,,"
"Yuk,,."
"Lhoh,
Mama mau kemana, kok udah rapi banget. Bawa koper juga?? "ucap Gigi
sesampai di ruang tengah dan mendapati Mama Rieta yang sepertinya tergesa-gesa.
"Eh,
kalian udah sampai. Iya nih Gi, Mama harus ke Semarang ada sedikit masalah
disana. Mama udah nyuruh bik Surti buat beresin kamar kamu jadi udah bisa
langsung buat istirahat."ucap Mama Rieta
"Mama,
mau Raffi anterin ke bandara,!?? "
"Gak
usah Fi, biar dianter Pak Bambang aja. Ya udah Mama berangkat dulu,
Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"ucapku
dan Gigi berbarengan.
Mama
Rieta sudah hilang dari pandangan, tapi aku lihat Gigi jadi berubah diam dan
agak ditekuk mukanya.
"Memsye
kenapa, kok cemberut,?? "
"Itu
sye, Mama selalu sibuk terus. Dikit-dikit keluar kota, kan aku mau
ngobrol-ngobrol sama Mama,"
"Mama
kan kerja, lagian kan ada aku disini nemenin kamu. Kamu bisa obrolin apa aja
sama aku."
"Iya
sih, ya udah yuk ke kamar. Pengen istirahat."
"Mau
aku gendong gak,?? "
Gigi
pun menganggukkan kepalanya tanda setuju. Aku pun mengangkat tubuhnya dan
berjalan ke lantai atas menuju kamar Gigi. Setelah menutup pintu aku letakkan
Gigi di ranjang miliknya. Aku lepas sepatunya. Aku merapat ke tubuhnya, Gigi
pun membelai-belai wajahku. Lalu kami pun berciuman. Bibir Gigi sangat lembut
membuatku tak bisa berhenti untuk menikmatinya. Saat aku ingin melakukan hal
yang lain tiba-tiba saja Gigi menghentikan tanganku.
"Ehm,
sye, bentar,,"
"Kenapa,
kamu gak mau,?? "
"Bukan,,
tapi pintunya belum dikunci sye,"
"Oh
iya, bentar ya. Nah sekarang udah aman. Memsye siap,?? "
"Siap,,"
Dan,,,,,,
terjadilah.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Hari
ini aku harus berangkat bekerja kembali setelah satu minggu lamanya aku
mengambil cuti. Dan hari ini juga untuk pertama kalinya Gigi sebagai istri
menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan baju, sepatu, celana dan
lain-lain. Semua hal yang harus disiapkan sebelum aku berangkat ke kantor.
"Mem,,
Memsye,,"panggilku dari dalam kamar mandi.
"Iya
sayang,"
"Baju
aku udah kamu siap belum??"
"Udah,"
"Mana,,??
"ucapku saat keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang terlilit di
bagian bawah tubuhku.
"Ya
Tuhan sayang, kamu jangan porno gitu ih, cepetan pake bajunya, tuh aku udah
siapin. Kalo kamu gak suka tinggal ambil aja sendiri di lemari."
"Apanya
yang porno sih, lagian kamu juga udah liat semuanya juga kan,"ucapku
sambil senyum-senyum kepada Gigi.
"Udah
sana, pake baju sama celananya, kamu mau sarapan dikamar apa dibawah,?? "
"Dibawah
aja ya."
"Ya
udah aku siapin bentar, habis itu aku kesini lagi,"
10
menit kemudian,,
"Memsye,
Mem,, Memsye,,"
Karena
tidak ada jawaban, aku memilih untuk ke bawah menyusul Gigi yang sedang
menyiapkan sarapan. Sesampainya di meja makan, tak kudapati seorang pun disana.
Ternyata Gigi sedang berada di dapur.
"Lhoh,
kok kamu turun sye,,? "
"Tadi
aku panggil-panggil kamu, tapi kamu gak denger ya udah aku turun. Nih sampe
belum pake dasi aku nya."
"Aduh,
suami aku manja banget sih, ngomongnya lucu gitu."ucap Gigi dengan kedua
tangan mencubit pipi ku.
"Hehehe,
ayo cepetan keburu macet nanti sayang."
"Oo
gitu, ya udah yuk sarapan dulu habis itu aku pasang dasinya."
Sarapan
pagi kami pun sudah selesai, saatnya untuk berangkat ke kantor. Gigi yang sudah
berjanji akan memakaikan dasi untukku sedang mencari dasi yang cocok dengan
warna bajuku.
"Nah
ini baru cocok sye, suami aku jadi ganteng banget kan hehehe."
"Masa
sih, kalo gitu dicium dulu dong suaminya yang ganteng banget ini, eh tapi kamu
belum mandi ya. Gak jadi deh."
"Oo
gitu, okey. Awas aja kalo kamu minta cium,"ucap Gigi kesal.
"Hahahaha,
aku becanda memsye. Hari ini kamu ada rencana kemana,??"ucapku sambil
memeluk tubuhnya.
"Gak
kemana-mana kok, dirumah aja."
"Oo
gitu, Yuk anterin aku ke depan, tapi cium dulu. Kali ini aku serius."
Cup,,
satu kecupan mendarat di pipiku. Satu kecupan sebagai mood booster ku pagi ini.
Aku pun mencium kening Gigi disusul Gigi yang mencium tanganku. Sebagai tanda
baktinya pada suami.
"Dah,
memsye,,i love you."
"Dah,
i love you too sye."
Aku
memilih untuk menggunakan mobil Gigi karena motorku masih tertinggal di
rumahku. Di kantor secara kebetulan aku bertemu dengan Om Tommy di lobby
kantor. Om Tommy mengucapkan selamat atas pernikahanku dan juga permintaan maaf
karena tidak bisa menghadirinya. Dan beliau juga sudah menyiapkan hadiah
untukku, tapi mungkin belum sampai katanya, entah apa hadiah dari beliau. Hanya
sebentar saja aku berbincang dengan beliau karena seperti biasa beliau harus
segera pergi untuk urusan bisnis. Aku pun segera kembali bekerja.
"Selamat
pagi semua,"ucapku menyapa orang kantor
"Selamat
pagi Pak Raffi, sudah kembali ke kantor rupanya.
"Iya
Pak, bagaimana keadaan kantor, lancar??"
"70
persen lancar Pak Raffi."
"Lalu
yang 30 persennya??"
"Sedikit
kendala karena akhir-akhir ini cuaca tidak menentu jadi pekerja di lapangan
kurang maksimal dalam proses pengiriman barang."
"Okey,
tolong kalian beritahu semua kepala divisi kita akan meeting satu jam
lagi."
"Baik
Pak,"
"Terimakasih,,"
Aku
kembali menduduki kursi yang beberapa hari ini aku tinggalkan kosong. Dan dalam
beberapa hari itu pula sudah banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.
Apalagi satu jam lagi ada meeting. Sepertinya aku harus mulai bekerja sekarang.
"Okey
Raffi, liburan selesai saatnya bekerja keras lagi,"ucapku pada diri
sendiri.
Baru
saja aku ingin membuka map, tiba-tiba terdengar suara telepon masuk.
"Iya,
ada apa??"
"Pak,
istri bapak menelepon di line tiga."ucap sekretaris ku.
"Iya,
terimakasih."
Klik,,
"Halo
sayang, ada apa??"
"Gak
sih, gak ada apa-apa. Cuma pengen denger suara kamu aja."
"Ya
Tuhan sayang, kamu mah suka gitu. Aku lagi kerja loh ini. Nanti dirumah aja ya
mesra-mesraan nya."
",,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
"
"Halo,
sayang,, halo Gigi,,"
"Aku
ganggu ya??"
"Gak
bukan gitu, tapi nanti kan ada waktunya buat kita berduaan. Sekarang aku kerja
dulu ya."
"Ya
udah,"
"Okey,
i love you sayang."
"I
love you too,"
Tok tok
tok,,,
"Masuk,,"
"Pak,
ini data yang Bapak minta."
"Tolong
letakkan di meja, terimakasih banyak."
"Permisi
Pak,"
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Bik
Surti,, bik,,"ucapku sambil menuruni anak tangga.
"Iya
Non,,"
"Pak
Bambang kemana??"
"Tadi
disuruh Nyonya ke kantor Non. Kenapa Non??"
"Huh,
semuanya sibuk kerja. Gak Raffi gak Mama. Jadi sebel saya bik."
"Yah,
namanya juga orang hidup kan harus kerja. Apalagi sekarang tanggung jawab Mas
Raffi bertambah."
"Iya
sih bik, tapi kan,,,,"
"Mending
Non Gigi istirahat aja di kamar. Tidur sambil menunggu Mas Raffi pulang. Atau
pengen makan apa gitu biar bibi masakin."
"Gak,
terimakasih bik. Ya sudah saya ke kamar dulu."
"Baik
Non."
Gigi
belum terbiasa tanpa Raffi terpisah jarak dalam waktu lama setelah mereka
menikah. Begitu menyiksa rupanya untuk Gigi. Gigi merasa bosan, karena semua
bisnisnya sudah berada di Australia jadi sekarang Gigi tidak memiliki kegiatan
apapun. Seharian penuh Gigi habiskan untuk menonton film di kamarnya. Sampai
ketika dimana perlahan mata Gigi terpejam.
"Halo,
Assalamualaikum Bik,, Gigi nya mana. Tadi saya coba telepon kok gak
diangkat."
"Mungkin
ketiduran Mas, mau saya panggil kan,??"
"Oo
gitu, gak usah bik. Biar saja Gigi tidur. Nanti kalo sudah bangun bilang saya
pulangnya telat."
"Baik
Mas Raffi,"
"Terimakasih
bik,,"
"Iya
Mas, sama-sama."
"Siapa
bik,??"terdengar suara dari lantai dua.
"Mas
Raffi Non, tadi titip pesen kalo pulangnya telat."
"Pulang
telat?? Jam berapa??"
"Wah,
bibi kurang tau juga Non."
"Mama
juga belum pulang??"
"Belum
Non,"
Gigi
pun terus menggerutu. Gigi tidak habis pikir kenapa ibu dan suaminya begitu
gila bekerja. Padahal waktu sudah hampir jam 6 petang yang menandakan bahwa itu
bukan jam kerja lagi. Gigi hanya bisa mondar-mandir kesana kemari, dia merasa
bingung harus berbuat apa. Setelah lelah menatap televisi, kemudian beralih
membaca buku dan kegiatan lainnya. Tapi tak juga ada orang yang pulang ke
rumah. Sampai-sampai di jam makan malam pun dia duduk sendirian di meja makan.
Tut,,
tut,, tut,,
"Halo,,,"
"Kamu
mau pulang jam berapa??"
"Ehm
belum tau sayang. Aku masih meeting nih."
"Oo
gitu, ya udah."
"Kamu
udah ngantuk? Klo memsye ngantuk tidur duluan aja."
"Gak,
aku mau nunggu kamu pulang sye. Cepet pulang ya, aku kangen."
"Iya,
aku juga kangen sama kamu."
Tik tok
tik tok, jarum jam terus berputar. Tapi Raffi tidak kunjung pulang padahal
sudah larut malam.
************
"Assalamualaikum,
malem Ma. Baru pulang juga Ma??"
"Iya
Fi, emang ada masalah di kantor kok kamu sampe pulang jam segini??"
"Begitu
lah Ma, ehm Ma,,,"
"Ada
apa Fi??"
"Soal
rencana bulan madu ke Jepang itu,, ehm bisa dicancel dulu ga??"
"Kalo
setau Mama sih gak bisa, kalo kamu gak berangkat ya tiketnya hangus."
"Aduh,
gimana dong Ma. Padahal Gigi juga udah excited banget pengen kesana tapi kerjaan
Raffi gak bisa ditinggal. Menurut Mama gimana caranya ngomong ke Gigi??"
"Yah
kalo itu Mama juga gak bisa bantu Fi. Udah bisa dipastiin kalo Gigi bakal
marah-marah tuh."
"Tuh
kan. Affi juga mikir gitu." ucapku bingung.
"Gini
aja nanti Mama bantu buat mikir gimana caranya, sekarang lebih baik kamu ke
kamar istirahat."
"Iya
Ma, Affi ke kamar dulu ya."
Semua
kegalauanku tadi disebabkan oleh ulah para klien yang secara mendadak berhenti
untuk bekerjasama dengan perusahaan. Dengan adanya itu, aku harus turun tangan
sendiri untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Maka dari itu aku belum
bisa pergi berbulan madu bersama Gigi. Malah mungkin sepanjang hari kedepan aku
akan sering pulang telat dari kantor.
"Mem,,
memsye,,,"panggil ku.
Aku
melihat ke arah ranjang tapi kosong, susunan bantal guling dan selimut masih
tertata rapi. Ku alihkan pandangan ke arah sofa, dan benar saja disofa itu Gigi
sudah terlelap tidur. Lalu aku pun bergegas melepaskan jas kerja ku kemudian
aku angkat tubuh Gigi memindahkannya ke ranjang kami. Untungnya Gigi tidak
terbangun, kulihat sejenak wajah istri ku tercinta itu sebelum aku pergi mandi.
Ternyata semakin hari aku semakin mencintainya.
"Sshhhh,,
seger."ucapku yang baru saja selesai mandi.
Belum
sempat aku memakai pakaian ku, ada sepasang tangan memelukku dari arah
belakang. Dan sudah bisa ditebak siapa pemilik tangan itu.
"Kamu
gak bangunin aku sye??"
"Mana
tega aku bangunin kamu sayang. Kamu tidurnya nyenyak banget gitu tadi."
Bukannya
merespon jawaban yang aku ucapkan, Gigi yang saat ini berada di belakangku
malah terus menciumi punggungku.
"Heii,
jangan sayang. Geli nih."
"Aku
kangen sama kamu sye."
"Yuk,
ngobrolnya sambil tiduran tapi biarin aku pake baju dulu ya."
"Iya,,"
"Udah,
sini memsye tidur disini,biar aku bisa peluk kamu."
"Sye,
seharian ini aku tuh gak ngapa-ngapain. Cuma diem aja dikamar. Kamu jangan
sibuk-sibuk dong sye."
"Iya
sayang, tapi karena kemarin aku habis cuti jadi banyak kerjaan yang perlu
diurusi."
"Kamu
boleh sibuk tapi nanti sehari sebelum berangkat ke Jepang kamu harus ada
dirumah lho."
"Ehm
sayang,, soal itu ehm gimana kalo kita undur rencana bulan madunya??"
Seketika
Gigi langsung bangkit dari pelukanku. Ekspresi wajahnya seperti tidak terima
dengan apa yang aku sampaikan padanya. Dan tentu saja dengan tatapan penuh
tanda tanya.
"Lagi
banyak masalah di kantor sayang, jadi bulan depan aku belum bisa ambil
cuti."
Tiba-tiba
mata Gigi berkaca-kaca, airmata sudah bersiap untuk jatuh. Aku benci melihat
Gigi seperti ini. Gigi sangat sedih mendengarnya. Dia hanya terdiam dan
sesekali menghapus air matanya sendiri.
"Ya
udah mau gimana lagi."ucap Gigi datar seraya menarik selimut dan mengambil
posisi tidur yang tidak biasa. Gigi menghadap ke arah berlawanan, aku tahu dia
sedang menangis. Aku pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menenangkan Gigi.
"Memsye,
maafin aku yaa. Aku benar-benar minta maaf."
Aku
peluk tubuhnya, walaupun Gigi sama sekali tidak meresponnya.
Bersambung,,,
0 Response to "Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 27"
Post a Comment