
Cerbung by : Rini Diah Mardiyati
Hari ini entah mengapa cuacanya begitu terasa dingin
mendung yang menyelimuti pagi membuatku sedikit malas untuk melakukan
aktifitas. Dari mulai bangun tidur, mandi, sarapan kemudian berangkat sekolah.
Di halte bus pun begitu, sampai-sampai aku tak melihat bis jurusan ke sekolah
kalau si abang kernet yang sudah hafal denganku karena setiap hari aku selalu
menunggu di halte ini, tidak memanggilku mungkin aku sudah terlambat sampai di
sekolah.
"Woy lay, kenapa dari tadi aku perhatikan kau ini bengong saja," ucap abang kernet dengan logat Medan nya. Aku elus dadaku karena terkejut mendengar suaranya yang lantang tapi itu sedikit membuatku melek mata.
"Gak papa bang, eh iya nih ongkosnya," ucapku sambil memberi uang padanya.
"Ya sudah lay, kau siap-siap turun saja. Sekolah kau sudah nampak rupanya,"
"Makasih bang,"
Aku pun sudah sampai di depan gerbang sekolah bersiap untuk menuntut ilmu tapi ku urungkan niat untuk buru-buru masuk ke kelas, ku berjalan perlahan karena aku ingin menantikan kedatangan seseorang. Mungkin tak lama lagi dia segera tiba karena sebentar lagi bel masuk sekolah berbunyi. Benar saja,tak lama seseorang yang ku nanti pun datang,aku pun menghampirinya
"Pagi Gi,, tumben baru dateng,, masih sakit kaki loe,?"
"Pagi juga Fi,,kaki gue udah enakan kok,kemaren Nanda bawa gue ke Dokter pulang dari sekolah."terang Gigi.
Raut wajahku pun seketika berubah, dalam hatiku, aku tak begitu senang mendengar penjelasan dari Gigi barusan. Entah mengapa membuatku dada ini sedikit terasa sesak dan tentu sakit sulit untuk bernapas. Seharusnya ku temani Gigi kemarin bukannya langsung pulang. Kenyataan yang baru saja kuketahui membuatku semakin malas menjalani hari ini.
"Oo,," respon ku singkat.
"Ao Ao,bantuin napa.Loe yang salah, loe kan juga ambil bagian dari kejadian kemarin," ucap Gigi.
"Emang pacar loe kemana,tumben gak nganterin, jadi loe laporin gue ke dia, " tanyaku dengan sedikit kesal.
"Loe bener-bener mau gue bilangin Nanda,loe berani??"
"Berani lah, siapa takut,"
"Kita kan mau ujian semester,, nanti kalo udah selesai baru gue laporin loe, karena sama-sama sibuk sama urusan masing-masing jadi Nanda gak nemenin gue hari ini tapi tadi udah sempet telepon kok nanyain kaki gue," ucap Gigi menjelaskan.
"Sweet banget kan pacar gue,"ucapnya membuatku semakin kesal dibuatnya.
"Beuh, sweet darimana. Itu udah suatu keharusan kalau kita punya pacar ya harus perhatian,"
"Sok tau loe kayak pernah punya pacar aja, tapi iya sih pasti minggu ini bakal jarang ketemu sama dia, jadi berkurang deh perhatiannya."
Setelah mendengar pernyataan Gigi terbersit di pikiranku untuk melakukan hal yang sudah aku pertimbangkan masak-masak semalam,keputusan sudah aku ambil dan sekarang adalah waktu yang tepat. Seburuk apapun nanti resikonya akan aku tanggung sendiri karena itu sudah menjadi konsekuensi dari sebuah pengambilan keputusan.
"Jadi,sekarang kita punya banyak waktu luang dong buat berduaan,"godaku pada Gigi sambil tersenyum manis.
"Ihh apaan sih Fi,, kenapa jadi genit loe,gue bilangin pacar gue baru tau rasa loe,"
"Tapi suka kan,," ujarku sambil mencolek dagunya.
"Ihh,,, Gakkkkkkkkkkk," teriak Gigi sambil berlari kecil karena pincang.Akupun tertawa terbahak-bahak melihatnya.
"Woy Gi, tungguin gue dong, hahahaha."
"Woy lay, kenapa dari tadi aku perhatikan kau ini bengong saja," ucap abang kernet dengan logat Medan nya. Aku elus dadaku karena terkejut mendengar suaranya yang lantang tapi itu sedikit membuatku melek mata.
"Gak papa bang, eh iya nih ongkosnya," ucapku sambil memberi uang padanya.
"Ya sudah lay, kau siap-siap turun saja. Sekolah kau sudah nampak rupanya,"
"Makasih bang,"
Aku pun sudah sampai di depan gerbang sekolah bersiap untuk menuntut ilmu tapi ku urungkan niat untuk buru-buru masuk ke kelas, ku berjalan perlahan karena aku ingin menantikan kedatangan seseorang. Mungkin tak lama lagi dia segera tiba karena sebentar lagi bel masuk sekolah berbunyi. Benar saja,tak lama seseorang yang ku nanti pun datang,aku pun menghampirinya
"Pagi Gi,, tumben baru dateng,, masih sakit kaki loe,?"
"Pagi juga Fi,,kaki gue udah enakan kok,kemaren Nanda bawa gue ke Dokter pulang dari sekolah."terang Gigi.
Raut wajahku pun seketika berubah, dalam hatiku, aku tak begitu senang mendengar penjelasan dari Gigi barusan. Entah mengapa membuatku dada ini sedikit terasa sesak dan tentu sakit sulit untuk bernapas. Seharusnya ku temani Gigi kemarin bukannya langsung pulang. Kenyataan yang baru saja kuketahui membuatku semakin malas menjalani hari ini.
"Oo,," respon ku singkat.
"Ao Ao,bantuin napa.Loe yang salah, loe kan juga ambil bagian dari kejadian kemarin," ucap Gigi.
"Emang pacar loe kemana,tumben gak nganterin, jadi loe laporin gue ke dia, " tanyaku dengan sedikit kesal.
"Loe bener-bener mau gue bilangin Nanda,loe berani??"
"Berani lah, siapa takut,"
"Kita kan mau ujian semester,, nanti kalo udah selesai baru gue laporin loe, karena sama-sama sibuk sama urusan masing-masing jadi Nanda gak nemenin gue hari ini tapi tadi udah sempet telepon kok nanyain kaki gue," ucap Gigi menjelaskan.
"Sweet banget kan pacar gue,"ucapnya membuatku semakin kesal dibuatnya.
"Beuh, sweet darimana. Itu udah suatu keharusan kalau kita punya pacar ya harus perhatian,"
"Sok tau loe kayak pernah punya pacar aja, tapi iya sih pasti minggu ini bakal jarang ketemu sama dia, jadi berkurang deh perhatiannya."
Setelah mendengar pernyataan Gigi terbersit di pikiranku untuk melakukan hal yang sudah aku pertimbangkan masak-masak semalam,keputusan sudah aku ambil dan sekarang adalah waktu yang tepat. Seburuk apapun nanti resikonya akan aku tanggung sendiri karena itu sudah menjadi konsekuensi dari sebuah pengambilan keputusan.
"Jadi,sekarang kita punya banyak waktu luang dong buat berduaan,"godaku pada Gigi sambil tersenyum manis.
"Ihh apaan sih Fi,, kenapa jadi genit loe,gue bilangin pacar gue baru tau rasa loe,"
"Tapi suka kan,," ujarku sambil mencolek dagunya.
"Ihh,,, Gakkkkkkkkkkk," teriak Gigi sambil berlari kecil karena pincang.Akupun tertawa terbahak-bahak melihatnya.
"Woy Gi, tungguin gue dong, hahahaha."
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Tetttttt,,Tetttttt bel istirahat pun berbunyi. Sejenak
merendam kinerja otak dengan makan atau sekedar bersendau-gurau bersama
teman-teman. Aku pun menghampiri bangku dimana Gigi duduk.
"Loe mau makan apa Gi biar gue beliin ke kantin,loe disini aja biar kaki loe cepet sembuh, masih sakit kan buat jalan?" tanyaku
"Ga,, gue gak laper. Lidah gue rasanya pahit gara-gara minum obat, bikin nafsu makan gue ilang," kata Gigi.
"Kok gitu,loe harus makan karena loe juga harus minum obat biar cepat sembuh.Biar kita bisa seru-seruan bareng lagi," ucapku memohon. Kutatap matanya dalam-dalam agar dia mengabulkan permintaan ku,dan tampaknya jurus ku ini berhasil.
"Okey,, tapi dengan satu syarat,,," ucapnya. Aku pun mengernyitkan dahi mencoba mencari tahu apa yang ada di pikiran perempuan satu ini.
"Apa,,loe gak minta gue beliin lapangan golf kan, gue mengundurkan diri sebagai temen loe kalau loe minta itu," protes ku.
"Ya gak mungkinlah gue minta itu,emang loe punya uang segitu,"celoteh nya
"Gue mau makan asalkan loe bawa gue ke tempat rahasia loe kemaren yang selama ini loe tutupin dari semua orang," tambahnya lagi.
Tak ku sangka Gigi akan mengucapkan permintaan itu padaku,memang selama ini tak ada satupun orang yang mengetahui gudang tersebut, tempat yang ku jadikan pelarian termasuk Gigi. Setelah membeli beberapa makanan di kantin sekolah lalu aku kembali menghampiri Gigi di ruang kelas untuk menjemputnya.
"Yuk Gi, jangan lupa bawa obat loe. Perlu bantuan,??" tanyaku karena ku perhatikan Gigi masih agak pincang. Gigi mengulurkan tangannya padaku pertanda dia butuh bantuan. Dengan sangat hati-hati ku membantunya berdiri dari bangku lalu kami berjalan beriringan, dipundak ku terdapat tangan halus yang mencengkeram kuat.
"Hati-hati Gi, pelan-pelan aja jalannya,"
"Loe mau makan apa Gi biar gue beliin ke kantin,loe disini aja biar kaki loe cepet sembuh, masih sakit kan buat jalan?" tanyaku
"Ga,, gue gak laper. Lidah gue rasanya pahit gara-gara minum obat, bikin nafsu makan gue ilang," kata Gigi.
"Kok gitu,loe harus makan karena loe juga harus minum obat biar cepat sembuh.Biar kita bisa seru-seruan bareng lagi," ucapku memohon. Kutatap matanya dalam-dalam agar dia mengabulkan permintaan ku,dan tampaknya jurus ku ini berhasil.
"Okey,, tapi dengan satu syarat,,," ucapnya. Aku pun mengernyitkan dahi mencoba mencari tahu apa yang ada di pikiran perempuan satu ini.
"Apa,,loe gak minta gue beliin lapangan golf kan, gue mengundurkan diri sebagai temen loe kalau loe minta itu," protes ku.
"Ya gak mungkinlah gue minta itu,emang loe punya uang segitu,"celoteh nya
"Gue mau makan asalkan loe bawa gue ke tempat rahasia loe kemaren yang selama ini loe tutupin dari semua orang," tambahnya lagi.
Tak ku sangka Gigi akan mengucapkan permintaan itu padaku,memang selama ini tak ada satupun orang yang mengetahui gudang tersebut, tempat yang ku jadikan pelarian termasuk Gigi. Setelah membeli beberapa makanan di kantin sekolah lalu aku kembali menghampiri Gigi di ruang kelas untuk menjemputnya.
"Yuk Gi, jangan lupa bawa obat loe. Perlu bantuan,??" tanyaku karena ku perhatikan Gigi masih agak pincang. Gigi mengulurkan tangannya padaku pertanda dia butuh bantuan. Dengan sangat hati-hati ku membantunya berdiri dari bangku lalu kami berjalan beriringan, dipundak ku terdapat tangan halus yang mencengkeram kuat.
"Hati-hati Gi, pelan-pelan aja jalannya,"
"Nah udah sampai,, sorry
tempatnya agak berantakan namanya juga gudang, gak ada kursi jadi kita duduk di
bawah ya hehehe," seloroh ku. Pandangan Gigi menyapu seisi gudang. Dari
atas bawah kanan kiri, semuanya.
"Nyaman banget ya tempatnya pantes loe betah disini, ini
yang bersihin loe sendiri Fi?? ucap Gigi.
"Iya, lumayan lah buat istirahat kalo lagi bete,"
"Beneran gak ada yang tau tempat ini selain
loe sendiri, dan gue tentunya terhitung sejak kemaren siang, "
"Yup,, jadi sekarang cuma
gue,elo,sama Tuhan yang tahu tempat ini jangan ada orang lain lagi yang
tahu,okey, ini rahasia kita," kata ku.
"Okey bos,,just you and
me," ucapnya.
"Sekarang loe makan habis itu minum obat loe, "
"Sekarang loe makan habis itu minum obat loe, "
"Ah loe mah inget aja, gue males
minum obat rasanya gak enak Fi,"
"Loe gak boleh kayak gitu, gue
udah kabulin permintaan loe jadi sekarang loe harus makan terus minum obat.
Titik."
Kuambil obat yang berada di genggaman Gigi dan menyiapkan semuanya. Gigi masih
ogah-ogahan meminumnya. Dasar anak manja kalau tidak dipaksa mungkin obat ini
masih rapi dalam kemasan nya tak disentuh sedikit pun.
"Ayo cepetan, gue tinggalin disini kalo loe gak mau minum obat."
"Iya-iya ni juga lagi makan belum selesai, "jawabnya memelas. Setelah suapan terakhir akhirnya Gigi menyentuh obat yang aku siapkan. Sebelum meminumnya dia melihat ke arah ku, dia berharap aku berubah pikiran dan itu tidak mungkin terjadi. Glekk, obat pun sudah masuk ke tenggorokannya ekspresi Gigi begitu lucu saat menahan rasa pahit.
"Ihh huek pahit banget Fi,"
"Namanya juga obat kalo manis es krim nohh."
"Beliin Fi please," ucapnya sambil tersenyum lebar
Oh Tuhan tolonglah hambamu ini melihatnya tersenyum lebar seperti sekarang ini sangat membuat ku begitu bahagia apa aku sanggup kehilangan senyum itu dan apa aku tega memberikannya kesedihan.
"Iya-iya, nanti kalo obat loe udah habis baru gue beliin es krim,".
"Siap bos,".
"Anak pinter," ledekku sambil mengacak-acak rambutnya.
"Raffiiiiiiii,"
"Ayo cepetan, gue tinggalin disini kalo loe gak mau minum obat."
"Iya-iya ni juga lagi makan belum selesai, "jawabnya memelas. Setelah suapan terakhir akhirnya Gigi menyentuh obat yang aku siapkan. Sebelum meminumnya dia melihat ke arah ku, dia berharap aku berubah pikiran dan itu tidak mungkin terjadi. Glekk, obat pun sudah masuk ke tenggorokannya ekspresi Gigi begitu lucu saat menahan rasa pahit.
"Ihh huek pahit banget Fi,"
"Namanya juga obat kalo manis es krim nohh."
"Beliin Fi please," ucapnya sambil tersenyum lebar
Oh Tuhan tolonglah hambamu ini melihatnya tersenyum lebar seperti sekarang ini sangat membuat ku begitu bahagia apa aku sanggup kehilangan senyum itu dan apa aku tega memberikannya kesedihan.
"Iya-iya, nanti kalo obat loe udah habis baru gue beliin es krim,".
"Siap bos,".
"Anak pinter," ledekku sambil mengacak-acak rambutnya.
"Raffiiiiiiii,"
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Waktu terus berlalu hari terus berganti dan saatnya
akan segera tiba. Ku ubah keputusan dari yang semula ingin berpamitan kepada
Gigi menjadi menciptakan kenangan indah yang mungkin akan dikenang olehnya atau
bahkan dilupakannya.Setiap hari selalu ku berusaha untuk selalu berada
disampingnya,seperti saat ini aku sedang menemaninya makan es krim favorit
nya.
"Enak Gi, mau tambah lagi gak,?? "
"Emang boleh,??"
"Ya boleh lah asal pake uang loe sendiri. Uang jajan gue mepet hehehe, "ucapku
"Huuu, kenapa pake nawarin segala tadi. Dasar. Habis ini kita kemana Fi,??"
"Katanya mau ke toko buku,atau jalan-jalan aja ke taman kota, terserah loe aja Gi,".
"Untuk hari ini cukuplah, besok aja gue mau ke tempat rahasia kita, ehm gue liat ada gitar kan,?? "
"iya, terus kenapa," tanyaku.
"Liat besok aja yuk pulang,"ucapnya seraya menarik tanganku.
"Enak Gi, mau tambah lagi gak,?? "
"Emang boleh,??"
"Ya boleh lah asal pake uang loe sendiri. Uang jajan gue mepet hehehe, "ucapku
"Huuu, kenapa pake nawarin segala tadi. Dasar. Habis ini kita kemana Fi,??"
"Katanya mau ke toko buku,atau jalan-jalan aja ke taman kota, terserah loe aja Gi,".
"Untuk hari ini cukuplah, besok aja gue mau ke tempat rahasia kita, ehm gue liat ada gitar kan,?? "
"iya, terus kenapa," tanyaku.
"Liat besok aja yuk pulang,"ucapnya seraya menarik tanganku.
Keesokan harinya,
Dan ternyata hari ini dia memintaku untuk bermain gitar di tempat rahasia kami, Gigi ingin bernyanyi bersamaku.
"Mau nyanyi lagu apa," tanyaku
"Ehm apa ya, yang loe bisa aja ntar gue tinggal ikut tapi jangan yang susah,"
Kami pun bernyanyi bersama, satu, dua lagu sudah kami dendang kan. Kuletakkan gitarku karena mulai terasa lelah dan haus, ku ambil air mineral yang sudah kubeli sebelumnya.
"Ini Gi, minum dulu,"
"Fi,,loe liburan sekolah nanti mau kemana,kalau gue sih rencananya mau ke Singapore bareng Nanda dan keluarganya," cerita Gigi.
Uhuk, uhuk, uhuk, aku tersedak mendengar perkataan Gigi.
"Aduh Fi, gue tau loe haus tapi pelan-pelan aja minumnya,"
"iya, Gi, maaf hehehe, "
"Guee ke,,,,," ucapku terhenti karena bingung harus menjawab apa. Aku tidak mungkin berkata jujur untuk saat ini aku tidak mau merusak suasana.
"Eh iya kemarin gue liat elo sibuk mondar-mandir ke ruang TU sambil bawa map,terus tadi pagi gue liat loe masuk ke ruang Kepala sekolah sama bokap loe,ada apaan emangnya," tanya nya ingin tahu.
"Oo itu,,ehm itu ngurusin soal pembayaran sekolah gitu deh," ucapku berbohong. Gigi manggut-manggut tanda mengerti.
"Oh ya Gi, kenapa kemaren loe gak jujur sama Nanda soal kaki loe,? "
"Oo soal itu, karena gue tau, tempat ini privasi buat loe. Kalo gue jujur, Nanda bisa tau tempat loe ini,"
"Makasih ya,"ucapku, hanya itu yang bisa aku ucapkan atas pengertiannya.
"Pulang yuk Gi,, udah sore ini ntar dicariin Mama loe lagi apalagi sama pacar loe tuh,disangka gue ngapa-ngapain loe lagi,,"ajak ku.
"Yuk,gue udah capek juga. By the way thanks juga ya Fi buat waktu loe. Akhir-akhir ini banyak waktu gue habisin sama loe,, tetep seperti ini ya sampai nanti.Gue nyaman banget berteman sama loe," ucapnya sendu sambil menarik tanganku. Ku tatap matanya tersirat kejujuran dari perkataannya itu. Saat-saat seperti ini yang aku benci,saat dimana aku ingin memelukmu Gi,mengungkapkan rasa sayang ku padamu tapi apa daya itu tidak bisa terjadi. Ku duduk di depan Gigi menatapnya dalam-dalam.
"Selama Tuhan mengizinkannya,gue akan tetap ada buat loe Gi," jawab ku.
"Thanks Fi, "ucapnya tersenyum.
"Ehm yuk Gi," ucapku gugup sambil melangkah pergi aku takut terbawa suasana dan terjadi hal yang tidak diinginkan. Gigi pun mengikutiku langkahku.
Dan ternyata hari ini dia memintaku untuk bermain gitar di tempat rahasia kami, Gigi ingin bernyanyi bersamaku.
"Mau nyanyi lagu apa," tanyaku
"Ehm apa ya, yang loe bisa aja ntar gue tinggal ikut tapi jangan yang susah,"
Kami pun bernyanyi bersama, satu, dua lagu sudah kami dendang kan. Kuletakkan gitarku karena mulai terasa lelah dan haus, ku ambil air mineral yang sudah kubeli sebelumnya.
"Ini Gi, minum dulu,"
"Fi,,loe liburan sekolah nanti mau kemana,kalau gue sih rencananya mau ke Singapore bareng Nanda dan keluarganya," cerita Gigi.
Uhuk, uhuk, uhuk, aku tersedak mendengar perkataan Gigi.
"Aduh Fi, gue tau loe haus tapi pelan-pelan aja minumnya,"
"iya, Gi, maaf hehehe, "
"Guee ke,,,,," ucapku terhenti karena bingung harus menjawab apa. Aku tidak mungkin berkata jujur untuk saat ini aku tidak mau merusak suasana.
"Eh iya kemarin gue liat elo sibuk mondar-mandir ke ruang TU sambil bawa map,terus tadi pagi gue liat loe masuk ke ruang Kepala sekolah sama bokap loe,ada apaan emangnya," tanya nya ingin tahu.
"Oo itu,,ehm itu ngurusin soal pembayaran sekolah gitu deh," ucapku berbohong. Gigi manggut-manggut tanda mengerti.
"Oh ya Gi, kenapa kemaren loe gak jujur sama Nanda soal kaki loe,? "
"Oo soal itu, karena gue tau, tempat ini privasi buat loe. Kalo gue jujur, Nanda bisa tau tempat loe ini,"
"Makasih ya,"ucapku, hanya itu yang bisa aku ucapkan atas pengertiannya.
"Pulang yuk Gi,, udah sore ini ntar dicariin Mama loe lagi apalagi sama pacar loe tuh,disangka gue ngapa-ngapain loe lagi,,"ajak ku.
"Yuk,gue udah capek juga. By the way thanks juga ya Fi buat waktu loe. Akhir-akhir ini banyak waktu gue habisin sama loe,, tetep seperti ini ya sampai nanti.Gue nyaman banget berteman sama loe," ucapnya sendu sambil menarik tanganku. Ku tatap matanya tersirat kejujuran dari perkataannya itu. Saat-saat seperti ini yang aku benci,saat dimana aku ingin memelukmu Gi,mengungkapkan rasa sayang ku padamu tapi apa daya itu tidak bisa terjadi. Ku duduk di depan Gigi menatapnya dalam-dalam.
"Selama Tuhan mengizinkannya,gue akan tetap ada buat loe Gi," jawab ku.
"Thanks Fi, "ucapnya tersenyum.
"Ehm yuk Gi," ucapku gugup sambil melangkah pergi aku takut terbawa suasana dan terjadi hal yang tidak diinginkan. Gigi pun mengikutiku langkahku.
Bersambung,,,
0 Response to "Cerbung Raffi Nagita "Kembalilah Cinta" Part 5"
Post a Comment